NAIROBI -- Presiden Kenya Uhuru Kenyatta dan wakilnya William Ruto menggelar buka puasa bersama. Dengan mengenakan pakaian Muslim, keduanya menjamu ratusan pemeluk Islam.
Namun, seperti dikutip Onislam, Ahad (14/7), buka puasa bersama pada tahun ini terasa canggung. Agenda tersebut dibayangi kecurigaan Muslim terhadap presiden.
Pemerintah dituduh bertindak diskriminatif dan melakukan penganiayaan terhadap Muslim di negara yang masuk dalam kawasan Afrika Timur itu.
"Ingatan terjadinya penangkapan massal, penahanan, dan penyiksaan Muslim yang tidak bersalah oleh pemerintah dalam beberapa bulan terakhir ini teringat jelas dalam pikiran kita," kata Al Amin Kimathi ketua Forum Muslim Hak Asasi Manusia kepada OnIslam.
Kegiatan buka puasa itu dilaksanakan pada Jumat (12/7) pekan lalu. Presiden Uhuru Kenyatta dan wakilnya William Ruto tak bosan-bosan tersenyum lebar dengan ratusan tamu sambil sesekali berguyon. Beragam makanan dan minuman pun disediakan bagi Muslim yang berpuasa.
Menurut Amin, presiden tak pernah bersikap lantang untuk menetang orang-orang yang melakukan penganiayaan terhadap Muslim ataupun mencegah menghentikan kejahatan. Alih-alih menghentikan, tak sedikit para pemimpin Islam setempat yang dibunuh agen-agen pemerintah. "Ini membuat selera umat Islam menjadi buruk untuk makan malam bersama presiden," lanjutnya.
Ramadhan ini merupakan tahun kedua yang diselenggarakan presiden. Tahun lalu, kegiatan juga dilangsungkan sebagai simbol niat baik dan solidaritas presiden terhadap komunitas Muslim. Tetapi, tahun ini kondisinya berbeda.
Bahkan, banyak para pemimpin organisasi Islam yang menolak menghadiri undangan buka puasa bersama itu. Salah satu di antaranya adalah Amin. Meski demikian, sejumlah sekutu politik presiden, seperti pemimpin pemerintahan di Parlemen Adan Duale dan Sekretaris Kabinet untuk Pertambangan Najib Balala tetap hadir.
Amin melanjutkan, beragam upaya pemimpin Muslim meminta presiden dan pejabat tinggi agar mengubah kebijakannya yang merugikan umat Islam tak membuahkan hasil. Amin mengklaim perubahan tempat berbuka yang dilakukan di Nairobi atau kota tepi pantai Mombasa karena kekhawatiran Istana Negara terhadap boikot tokoh Muslim.
"Sebagai pemimpin Muslim, kami menghormati Presiden, tapi hanya ingin mengirimkan pesan yang berisikan protes dan ketidaksenangan terhadap pengambinghitaman dan pelecehan yang dilakukan aparat pemerintah terhadap umat Islam." katanya.
Niat presiden
Uhuru Kenyatta mengatakan dalam pidatonya, ia tidak memiliki maksud apa pun kecuali niat baik untuk masyarakat. Dia juga menyebutkan, banyak orang Muslim yang menjabat di pemerintahan, termasuk empat posisi penting di dalam 18 anggota kabinet.
"Jika pemerintah menyerang Muslim maka saya tidak memberikan posisi penting dalam pemerintahan kepada Muslim. Bahkan, Amina Mohamed lahir di sini dan menjadi menteri luar negari bagi negara ini. Apakah itu pemerintah bertujuan untuk menyerang umat Muslim?" tanyanya.
Dalam pidato itu, presiden tidak menyinggung masalah pelanggaran hak yang dilakukan aparat pemerintah terhadap umat Islam. Ketua Pemimpin Forum Muslim, salah satu organisasi Islam terbesar di Kenya Abdullahi Abdi memuji kegiatan yang dilaksanakan presiden itu. Namun, Abdullahi kecewa dengan sikap presiden yang gagal bertindak tegas terhadap penganiayaan terhadap umat Islam.
"Apabila pemerintah terus berkelanjutan melakukan pelanggaran hak-hak umat Islam. Maka, sulit untuk melihat acara iftar (buka puasa) itu sebagai niat baik kepada umat Islam. Muslim hanya melihat sebagai latihan berhubungan dengan masyarakat saja," katanya menegaskan.
Pada malam sama dengan acara buka puasa tersebut, di Mombasa terjadi penembakan terhadap seorang pengusaha Muslim terkemuka di Kenya. Pengusaha itu tewas ditembak di dalam mobilnya. Pada April lalu aparat juga melakukan penangkapan massal terhadap Muslim menyusul ledakan bom oleh orang tak dikenal di ibu kota.
Beberapa pekan setelah kejadian, polisi menggeruduk permukiman Muslim dan menangkapn ribuang orang dan menahannya di fasilitas gedung olahraga untuk diperiksa. Dari mulai anak kecil, wanita, hingga orang tua. Kebanyakan merupakan imigran dari Somalia yang ditahan dengan kondisi buruk tanpa makanan, air, dan akses terhadap keluarga dan pengacara. rep:c64 /ap/reuters ed: teguh firmansyah