Oleh:Prof Nasaruddin Umar -- Nama yang paling sering kita sebut setiap hari ialah Nabi Muhammad SAW. Penyebutan nama Nabi lebih banyak kita lakukan ke dalam bentuk shalawat.
Shalawat atau selawat adalah ungkapan rasa cinta dan kerinduan kepada Nabi Muhammad dengan mengucapkan lafaz-lafaz shalawat, seperti Allahumma shalli ‘ala Muhammad. Bershalawat kepada Nabi merupakan seruan Allah.
"Sesungguhnya Allah dan para malaikat bershalawat kepada Nabi (Muhammad). Wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kepada Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya." (QS al-Ahzab [33]: 56).
Ayat ini menggunakan kata yushalluna, bentuk fi’il mudhari’ berarti sampai sekarang terus berlangsung Allah dan para malaikat terus bershalawat dan kita semua juga diminta untuk seperti itu.
Wajar kalau kita tidak pernah menggunakan istilah "Almarhum atau al-magfurlah Nabi Muhammad " karena sesungguhnya kita yakin ruh beliau masih tetap proaktif sebagaimana disebutkan di dalam sejumlah hadis sahih.
Di antara hadis itu, "Siapa yang bershalawat kepadaku maka aku tahu dan pada hari kiamat aku akan memberinya syafaat, pembelaan," demikian kata Nabi.
Dalam hadis lain dikatakan, "Alangkah kikirnya umatku manakala namaku disebut, tetapi tidak bershalawat kepadaku". Bershalawatlah dan merindukan Nabi, pada saatnya Nabi akan datang dalam bentuk mimpi menjumpai yang bersangkutan.
Nabi bersabda, "Barang siapa yang memimpikan aku maka aku sebenarnya yang dilihat. Satu-satunya wajah yang tak dapat dipalsukan iblis ialah wajahku." Beliau juga bersabda, "Siapa yang pernah memimpikan aku maka dia akan bersamaku di surga."
Banyak lagi hadis seperti itu. Penyebutan atau pemanggilan nama Nabi Muhammad diyakini oleh sebagian umat Islam mempunyai efek positif karena memang dia bukanlah manusia biasa.
Mereka yakin dengan bershalawat kepada Nabi mempunyai efek positif bagi yang bersangkutan. Lantunan pujian terhadap Nabi yang ditradisikan di dalam masyarakat merupakan sesuatu yang terpuji.
Kalangan ulama meyakini, saat nama Nabi disebut, dipuji, dan dirindukan maka ruh Nabi akan mengunjunginya. Itulah sebabnya mengapa dalam pembacaan berzanji ketika melantunkan shalawat badar, semua jamaah berdiri sebagai bentuk apresiasi dan penghormatan akan kehadiran ruh Rasulullah, Allahumma shalli ‘alaih.
Sayidina Umar pernah ditanya oleh Rasulullah, siapa yang paling dia cintai. Dia menjawab, "Demi Allah yang paling aku cintai ialah diriku sesudah itu engkau." Nabi berkata, "Itu salah, mestinya engkau lebih mencintaiku daripada dirimu sendiri."
Lalu, Umar meralat, "Demi Allah, aku lebih mencintaimu baru mencintai diriku sendiri." Mari kita mencintai Rasulullah dengan memperbanyak shalawat. Semoga dengan shalawat Nabi kita bisa mendapatkan syafaat dan pertolongannya di akhirat, seperti yang telah dia janjikan. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.