Kamis 17 Jul 2014 13:00 WIB

Rafidah Othman Munawaroh, Sulitnya Mencari Tempat Suci

Red:

Mengabdi di daerah terpencil dirasakan oleh Rafidah Othman Munawaroh pada Ramadhan ini. Sarjana Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Yogyakarta (PBI-UNY) meninggalkan kota kelahirannya di Yogyakarta pada September 2013.

Bersama enam orang kawannya dari UNY, Universitas Negeri Padang (UNP), dan Universitas Negeri Semarang (UNES), dia mengikuti program SM3T (Sarjana Mengajar di daerah Terpencil, Terluar, Tertinggal).

Fida, begitu dia disapa, mengajar bahasa Inggris di SMA Negeri Maurole. Dia juga mengajar TPA di tempat tinggalnya di Maurole di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Daerah ini berada di dekat Pulau Palue, tempat Gunung Rokatenda berada.

Dia merasa beruntung ditempatkan di daerah Ende kota. Di daerah ini, fasilitas yang ada jauh lebih baik daripada daerah lain di tempat penempatan kawan-kawannya. Minimal, dia dapat beribadah dengan baik karena sudah ada masjid di daerahnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:A.Syalaby Ichsan/dokpri

Rafidah Othman Munawaroh

Dia menceritakan, sebagian temannya ditempatkan di daerah yang jauh lebih terpencil. Di daerah-daerah tersebut mereka sulit mencari masjid untuk melakukan shalat Jumat. "Ada yang kalau mau shalat Jumat harus keluar uang Rp 100 ribu lebih. Soalnya harus ke kota dan kendaraannya sulit," kata Fida ketika dihubungi Republika, Rabu (16/7).

Masyarakat Ende sebagian besar beragama Nasrani. Anjing dan babi sangat umum ditemukan di daerah tersebut. Memelihara babi, Fida mengungkapkan, ibarat memelihara ayam di Jawa. Warga biasanya membiarkan anjing dan babi berkeliaran di halaman dan rumah mereka. Karena itu, mencari tempat suci untuk beribadah juga menjadi masalah tersendiri selama dalam menjalankan ibadah Ramadhan di Ende. "Beberapa teman akhirnya cuma bisa shalat di atas tempat tidur," ujar Fida.

Minimnya jumlah masjid membuat hampir semua guru SM3T yang ada di Ende mengalami masalah yang sama. Mereka sulit menemukan arah kiblat dan tidak tahu waktu shalat. Hanya, seiring berjalannya waktu, mereka beradaptasi dengan mengandalkan arah matahari.

Sebagian guru mengunduh aplikasi azan di handphone mereka untuk mengetahui waktu shalat. Sedangkan Fida, karena tinggal dekat dengan masjid, lebih nyaman menggunakan jadwal shalat dan imsakiyah dari masjid.

Menurut Fida, sambutan masyarakat terhadap para guru SM3T yang mengajar di Ende umumnya baik. Meski begitu, perbedaan kultural yang mencolok antara Ende dan tempat tinggal mereka terkadang menjadi hambatan untuk bersosialisasi dengan masyarakat. Beberapa temannya yang tinggal bersama keluarga asli Ende membutuhkan usaha ekstra untuk dapat menyatu dengan adat istiadat masyarakat sekitar.

"Ada yang tinggal di daerah terpencil, biasanya upacara adat paling primitif ada di sana. Ada teman kita tinggal dengan mosalaki di sana. Semacam ketua adat atau raja kecil. Di daerah itu dia sangat dihormati sekali," kata Fida.

Fida menceritakan, motivasi belajar menjadi salah satu masalah pokok di SMA Negeri Maurole. Anak-anak di Maurole umumnya pergi ke kebun sepulang sekolah. Mereka jarang mempunyai waktu berlibur. "Kalau ditanya senang nggak liburan, kebanyakan bilang nggak senang. Karena kalau liburan, mereka harus bekerja di kebun."

Karena aktivitas ini, banyak anak sekolah di Maurole bermasalah dengan motivasi belajar. "Umumnya karena mereka berpikir, tanpa sekolah saja mereka sudah bisa dapat uang."

Selain motivasi, fasilitas juga menjadi masalah di daerah Ende. Anak-anak yang diajar Fida umumnya tidak memiliki buku paket sehingga semua materi biasanya ditulis di papan tulis. Beruntung, SMA Negeri Maurole memiliki fasilitas LCD. Karena itu, Fida dapat menggunakan fasilitas ini untuk mengajar. Fasilitas tersebut jarang sekali ditemukan di sekolah lain di Maurole.

Fida mengatakan, dia merasa beruntung mendapatkan kesempatan mengajar dalam program SM3T. Dia pun senang bisa hidup di tengah masyarakat Ende yang sangat berbeda kultur dengannya. Sebagai "orang jauh", Fida merasa diterima dengan baik dan dianggap keluarga oleh masyarakat sekitar. rep:c92 ed: a syalaby ichsan

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement