DIYARBAKIR - Acara buka puasa bersama yang diadakan konsulat Amerika Serikat (AS), di Diyarbakir, tenggara Turki, diserang para pengunjuk rasa. Peristiwa itu terjadi pada Selasa (15/7) dan menyebabkan tujuh orang terluka.
Seorang perwira polisi pun menjadi korban dalam bentrokan lanjutan antara para demonstran dan polisi. Konsuler AS di Adana John L Espinoza mengutuk serangan tersebut. Sementara, sebanyak 72 anggota organisasi nonpemerintah, termasuk para buruh, berkumpul di Alun-alun Dangkapi untuk memboykot acara tersebut.
Hurriyet Daily News melaporkan, para penyerang membakar bendera AS bahkan mendorong polisi. Petugas membalas dengan melemparkan gas air mata. Mereka juga melempar telur dan petasan ke arah tenda acara dan merusak meja serta kursi.
"Kami menyelenggarakan acara makan malam tahun lalu di tempat yang sama dan masyarakat menyambutnya dengan baik," ujar Espinoza, seperti dilansir World Bulletin, Rabu (17/7).
Menurutnya, para demonstran brutal itu bukan berasal dari warga asli Diyarbarkir. "Kami mendukung hak untuk protes namun perbuatan melempar piring sungguh tak dapat dibenarkan," ujar Espinoza menegaskan. Ia mengatakan, tak membiarkan segala hal yang merusak hubungan antara Turki dan AS.
Sampai sekarang masih belum jelas alasan para pengunjuk rasa tersebut menghancurkan acara. Hanya saja, muncul dugaan unjuk rasa itu merupakan reaksi terhadap dukungan AS dalam operasi militer Israel di Jalur Gaza.
Isu Israel-Palestina merupakan persoalan yang sensitif. Bahkan, beberapa waktu lalu, kelompok Arab Amerika menyerukan aksi boikot terhadap pelaksanaan buka bersama yang digelar Presiden AS Barack Obama di Gedung. AS dianggap tidak mampu berbuat sesuatu ketika sekutu mereka Israel membombardir Jalur Gaza.
Secara terpisah, kelompok advokasi Muslim AS, Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), mencoba memfasilitasi umat Islam setempat untuk menyampaikan pandangannya terhadap kebijakan luar negeri. CAIR menjadi penghubung terhadap perwakilan mereka di Kongres.
"Kami harap dengan memfasilitasi kontak dengan cepat dan mudah terhadap anggota dewan meningkatkan partisipasi Muslim. Mereka diharapkan memberikan pandangan berbeda yang belum pernah didengar," ujar Robert McCaw, manajer hubungan pemerintah di CAIR dikutip Onislam. McCaw menambahkan, salah satu isu yang perlu dibahas yakni tentang Gaza. rep: c91 ed: teguh firmansyah