Jumat 18 Jul 2014 12:00 WIB

pengalaman berpuasa- Ingin Jadi Anak Baik

Red:

Muhammad Bintang Imansyah, (6 tahun), kelas 1 SDIT Al-Hamidiyah, Sawangan, Depok

Ini kali kedua saya menjalani ibadah puasa Ramadhan. Tahun lalu, saat masih murid TK Al Husain Sawangan, bunda mulai mengajari saya berpuasa. Saat itu, saya hanya kuat puasa sampai Zhuhur. Setelah makan siang, puasa saya lanjutkan lagi hingga selesai. Saya pun ikut shalat Tarawih di masjid.

Pada Ramadhan ini, saya yang justru mengatakan pada bunda untuk berniat menjalankan puasa. Kali ini, alhamdulillah, saya bisa menyelesaikan puasa sampai Maghrib. Sebenarnya, saya sudah hampir tidak kuat menahan lapar dan harus pada siang hari.

Setiap siang hari, saya sering merengek agar dibolehkan minum atau makan. Akan tetapi, bapak dan bunda selalu memberi semangat pada saya untuk terus berusaha menyelesaikan puasa hingga Maghrib.

Berkali-kali bunda mengingatkan saya. "Kakak (panggilan bunda kepada saya) sekarang sedang belajar puasa Ramadhan. Agar nanti bisa berpuasa dengan baik maka kakak harus belajar dengan baik pula,'' begitu nasihat bunda pada saya.

Saya akui, ada beberapa hari puasa saya yang tak selesai sampai Maghrib. Ketika itu, saya ikut bunda belanja ke sebuah pertokoan di Depok. Setelah jalan berputar-putar sekitar dua jam, saya menangis dan minta agar diizinkan minum. ''Bunda, Bintang berjanji setelah minum nanti akan melanjutkan puasa lagi hingga Maghrib,'' pinta saya.

Akhirnya, bunda membolehkan saya meminum segelas teh hingga tandas. Demikian pada siang hari, saya bermain sembari berlarian dengan teman-teman di sekitar rumah. Saya merasa sangat kehausan, sehingga tak kuat lagi menahan diri untuk tidak minum. Batallah puasa saya jadinya.

Hal paling berat yang saya rasakan sasat menjalani puasa adalah ketika dibangunkan untuk makan sahur. Saya selalu merengek karena rasa kantuk yang luar biasa. Kalau sudah begini, bapak dan bunda akan bergantian memeluk dan mengelus-ngelus saya sambil menasihati agar bisa menahan kantuk sebentar demi menjadi anak baik, soleh, dan budiman. Ya, saya memang ingin menjadi anak yang baik.

Dengan terkantuk-kantuk saya pun melahap nasi dan lauk yang sudah disiapkan. Biasanya, justru menjelang makanan habis, rasa kantuk sirna. Saat berbuka, saya selalu membaca doa buka puasa lebih dahulu. Selesai berbuka, bunda biasanya banyak memberikan nasihat, antara lain, penjelasan bahwa orang yang berpuasa akan disayang Allah dan mendapat pahala yang besar.

Saya tidak mengerti pahala itu apa. Bapak lalu menjelaskan pengertian pahala dengan semangat. Tetapi, tetap saja, sampai sekarang saya belum mengerti apa itu pahala.    ed: andi  nur aminah

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement