SAMPIT -- Penumpang mudik melalui kapal laut di Pelabuhan Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, mulai mengabaikan faktor keselamatan. Beberapa penumpang nekat menaiki sekoci yang ada di bagian atas kapal.
Budi, salah seorang penumpang kapal di Sampit mengaku, pernah naik sekoci karena di dalam kapal cukup padat. ''Memang berbahaya karena kapal sekoci itu bisa saja jatuh kalau talinya tidak mampu lagi menahan beban. Tapi, tetap saja banyak penumpang yang memilih naik di atas sekoci itu,'' kata Budi.
Foto:SAHRUL MANDA TIKUPADANG/ANTARAFOTO
Penumpang berdesakan ketika naik ke kapal Tilongkabila tujuan Bima, NTB di Pelabuhan Soekarno Hatta, Makassar, Sulsel, Rabu (31/7)
Ribuan penumpang mulai memadati Pelabuhan Sampit sejak Selasa (22/7). Sekitar 3.800 penumpang memenuhi Pelabuhan Sampit. Para pemudik tersebut kebanyakan menuju Semarang menggunakan dua kapal. KM Lawit mengangkut sekitar 3.000 penumpang, sedangkan KM Kirana I mengangkut sekitar 800 penumpang.
Kepadatan penumpang terlihat ketika KM Lawit hendak diberangkatkan. Ribuan penumpang yang didominasi karyawan perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di Kotim dan sekitarnya ini berusaha saling mendahului masuk ke kapal. Untungnya, kesiapan petugas gabungan dalam mengatur di lapangan membuat arus masuk penumpang berjalan lancar.
Tidak sampai terjadi penumpukan yang menimbulkan masalah. Karena, tiap kelompok penumpang diberi jeda waktu untuk menuju kapal, sehingga tidak sampai terjadi penumpukan.
Sayangnya, cukup banyak penumpang yang mengabaikan faktor keselamatan meski sudah diperingatkan. Mereka terlihat tanpa khawatir menaiki sekoci yang menggantung di sisi bagian atas kapal.
Tindakan sebagian penumpang itu sangat rawan dan berbahaya. Karena, tidak menutup kemungkinan tali penahan sekoci bisa putus akibat tidak mampu menahan beban. Jika hal itu terjadi, kapal darurat tersebut bisa jatuh. Salah seorang petugas mengatakan, para penumpang dilarang naik ke sekoci. Mereka biasanya menghindar ketika ditegur petugas. Tapi, kembali naik ke sekoci ketika petugas sudah pergi.
Gilimanuk kian padat
Arus penyeberangan dari Pelabuhan Gilimanuk, Bali Barat, menuju Pelabuhan Ketapang, Jawa Timur, Kamis (24/7) siang semakin padat. Manager Operasional PT ASDP Pelabuhan Gilimanuk Wahyudi Susyanto mengatakan, peningkatannya sangat signifikan dibandingkan hari sebelumnya. ''Terutama, kendaraan roda empat pribadi, antreannya sudah sampai di luar pelabuhan,'' kata Wahyudi.
Menurutnya, antrean panjang sudah terlihat sejak Rabu (23/7) malam dan terus bertambah hingga Kamis pagi. Sebelumnya, dia memperkirakan, antrean akan berkurang karena hari puncak diperkirakan terjadi pada Jumat dan Sabtu, yakni pada H-3 dan H-2 Lebaran. Tapi, ternyata prediskinya meleset karena banyak pemudik memilih mudik lebih cepat.
''Ada bagusnya juga mereka memilih pulang mendahului, sehingga pada hari puncak kemacetan tidak akan terlalu parah," katanya.
Berbeda dengan antrean panjang bagi kendaraan roda empat pribadi, kendaraan roda dua yang menyeberang dari Gilimanuk belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Antrean motor, sebutnya, masih berada di dalam wilayah atau tempat parkir pelabuhan.
Untuk mengangkut pemudik, PT ASDP menyiapkan 32 kapal di Selat Bali. Sebanyak 17 kapal feri dikhususkan mengangkut kendaraan bermuatan penumpang orang. Sedangkan, selebihnya untuk truk dan pikap yang khusus mengangkut barang.
Sementara itu, salah seorang warga Banyuwangi, Supri, yang hendak mudik menyebutkan, dia memilih mudik pada Kamis (24/7) untuk menghindari kemacetan pada hari puncak. Dia pulang mendahului, kendati kampungnya dekat dari Bali, dengan harapan bisa lebih lama berada di kampung. ''Saya tidak mau antre lama-lama di pelabuhan, jadi biarlah mudiknya lebih awal,'' katanya. rep:ahmad baraas/c60/antara ed: andi nur aminah