Pantai Kelapa Tujuh selalu dibanjiri puluhan ribu pengunjung ketika musim Lebaran. Para pengunjung dari berbagai daerah di Provinsi Banten hingga Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Depok memadati pantai di Suralaya, Pulo Merak, Cilegon, sejak pagi. Mereka tumpah ruah di pantai sepanjang satu kilometer tersebut. Wisatawan lokal berbagai usia memenuhi pantai.
Mereka berlarian di pantai sambil sesekali berendam di dalam air laut. Se bagian lain beristirahat kelelahan dan mulai mengisi perut dengan aneka makanan yang tersedia. Saat sebagian pengunjung telah membersihkan diri dari air laut, ribuan pengunjung lain baru datang dan siap menambah keriuhan di Pantai Kelapa Tujuh.
Pengunjung berangsur mendatangi pantai sejak pukul 07.00 WIB. Berbagai kendaraan yang digunakan mengangkut pengunjung berdatangan, mulai dari roda dua, roda empat, truk, hingga bus. Puncak kepadatan pengunjung terjadi sekitar saat siang hingga sore hari.
Foto:ASEP FATHULRAHMAN/ANTARA
Ratusan pengunjung memadati pantai Kelapa Tujuh, Merak, Banten saat libur Tahun Baru, Selasa (1/1).
Kedatangan mereka menjadi keberkahan bagi warga lokal. Mat Liyas (33 tahun) salah satunya. Dia menjadikan keramaian pantai sebagai peluang bisnis yang tidak boleh disia-siakan. Sebanyak 129 ban disiapkan untuk disewakan bagi pengunjung. Ban-ban itu memenuhi pundipundinya dengan rezeki.
Kepada Republika, dia membeberkan penghasilan dari berkah liburan Idul Fitri saat ini. "Alhamdulillah, Selasa (29/7), saya bi sa mendapatkan Rp 1,3 juta," ujar Liyas di Pantai Kelapa Tujuh, Rabu (30/7). Liyas menjadi satu di antara 20-an orang lainnya yang berprofesi yang sama. Mereka berjejer menjajakan bannya di pinggir pantai.
Sehari-hari, Liyas bekerja sebagai buruh di salah satu perusahaan konstruksi di kawasan industri Pulo Merak. Dia pun mengambil momentum liburan Lebaran yang baru berakhir hingga Ahad (3/8) itu untuk menambah penghasilan.
Pria yang rumah tinggalnya tidak jauh dari kawasan pantai ini mengaku sudah tujuh tahun terakhir melakukan kegiatan yang sama. Dia memprediksi puncak keramaian akan terjadi pada Sabtu dan Ahad.
Sejak pagi, saat pengunjung mulai berdatangan ke pantai, dia mulai menawarkan pengunjung yang melintas. Pria berkulit cokelat ini menawarkan ban miliknya dengan harga yang bervariasi. Harga sewa ban ukuran kecil Rp 5.000, tanggung Rp 10 ribu, dan ban besar Rp 15 ribu.
Untuk mendapat ban dengan harga murah, Liyas memburunya dari bengkel tambal ban. Dia membeli ban dalam mobil dan truk dengan harga yang terjangkau. Kata dia, ban mobil dihargai sekitar Rp 15 ribu, ban truk mulai Rp 25 ribu hingga Rp 90 ribu, bergantung pada ukuran dan kondisi masing-masing ban.
Banyaknya pesaing membuat Liyas harus berusaha lebih keras untuk mendapatkan harga lebih murah untuk satu ban. Dia mengaku, setahun terakhir kesulitan dalam menemukan ban bekas sebab beberapa pesaingnya telah memesan kepada bengkel sekitar Pelabuhan Merak. "Kalau sudah begitu ya terpaksa cari ban hingga ke Kota Cilegon," ujar dia.
Agar tidak tertukar dengan ban milik temannya saat di pantai, masing-masing pemilik ban menandai ban dengan cara motif tertentu dengan menggunakan cat. Liyas menandai ban miliknya dengan cat merah berbentuk segi empat.
Selain penyewa ban seperti Liyas, warga lokal melakukan usaha lain, seperti menyediakan toilet umum untuk membersihkan diri dari pasir usai terkena pasir karena mandi di pantai. Salah satunya Anisa Esti.
Anisa menjadi satu dari puluhan warga yang memodifikasi fungsi rumahnya untuk toilet umum bagi para pengunjung. Anisa mulai membuka ‘lapaknya’ pada pukul 09.00 WIB. Sama halnya dengan Liyas, Anisa menganggap pengunjung yang mandi air laut di pantai sebagai kesempatan besar.
Mahasiswi semester tiga di Universitas Banten Jaya ini lebih memilih mengisi kekosongan saat libur dengan kegiatan bermanfaat daripada hanya menghamburkan uang untuk berlibur. Anisa mengaku bisa mendapatkan uang hingga Rp 700 ribu. "Karena pantai selalu ramai setiap liburan, mengapa tidak diman faatkan saja?" ujar Anisa. rep:c60 ed: a syalaby ichsan