Jumat 01 Aug 2014 15:30 WIB

Open House Harus Diubah

Red:

JAKARTA -- Menggelar tradisi open house di rumah pejabat atau tokoh masyarakat tidak dicontohkan secara spesifik oleh Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin. Ketua Departemen Riset dan Kajian Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Ustaz Samson Rahman mengatakan, justru seorang pejabat yang saleh akan langsung datang ke tempat orang yang membutuhkan. "Seperti Umar bin Khatab yang langsung menyalurkan bantuan," paparnya kepada Republika, kemarin.

Tradisi mengunjungi kediaman pemimpin setelah Idul Fitri juga tidak ada pada zaman Rasulullah. "Waktu itu saat bertemu para sahabat hanya saling mengucapkan Taqaballahuminna wa minkum," paparnya. Meski begitu, menurutnya, melaksanakan open house tidak masalah karena kearifan lokal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:RENO ESNIR/ANTARA

OPEN HOUSE JK. Mantan Wapres Jusuf Kalla (tengah) bersama Ibu Mufidah Jusuf Kalla (kiri) berjabat tangan dengan ketua Umum ormas Nasdem Surya Palloh (kanan) saat menggelar "Open House" di kediamannya JK, Jl Brawijya, Jakarta, Kamis (1/9).

 

Tradisi open house para pejabat, ungkap Ustaz Samson, menjadi kurang pas jika ada embel-embel pemberian sedekah. Ustaz Samson mengatakan, sedekah terbaik saat tangan kanan memberi, tangan kiri tidak mengetahui. Saat ini suasananya politisasi juga cukup tinggi. Sehingga, dikhawatirkan dengan adanya liputan media dan simpati publik keikhlasan akan sulit terjaga.

Menteri Agama (Menag) Lukman Hakin Saifuddin mewanti-wanti agar pembagian zakat dan infak harus benar-benar siap secara teknis. Tujuannya, agar ketertiban terjaga, serta mencegah warga yang terinjak-injak, terluka, hingga meninggal dunia.

Menag mengimbau agar penyaluran zakat diserahkan ke lembaga resmi seperti Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), atau lembaga filantropi berpengalaman lain. "Agar penyaluran zakat lebih teratur dan tepat guna," ungkapnya.

Ditanya mengenai wacana pemberian sanksi hukum bagi para penyelenggara pembagian zakat yang lalai sehingga praktik pembagian tersebut memakan korban, Menag menekankan agar jangan sampai terjadi kriminalisasi. "Pembagian zakat itu diawali dengan niat baik dan harus diakhiri dengan baik pula," katanya.

Ketua Umum Badan Koordinasi Majelis Taklim (BKMT) Prof Hj Tutty Alawiyah memandang peristiwa pembagian zakat yang menelan korban menandakan belum mapannya masyarakat Islam dalam segi finansial.

Ia prihatin, karena pembagian zakat dengan nominal yang tidak begitu besar itu mampu mengundang massa yang banyak hingga jatuh korban. "Itu artinya, masyarakat yang hidup kekurangan memang masih banyak dan harus dibantu," katanya.

Di samping pembenahan teknis pembagian zakat, ia berharap, momen Lebaran membuat masyarakat lebih bekerja keras untuk meningkatkan status ekonomi mereka. Di samping itu, pemerintah seharusnya lebih memberikan perhatian yang lebih banyak yang merata untuk masyarakat.

Sekretaris Komunikasi dan Informasi serta Hubungan Luar Negeri PP Dewan Masjid Indonesia (DMI), Hery Sucipto, menegaskan, jatuhnya korban jiwa saat open house di kediaman wakil presiden terpilih Jusuf Kalla (JK), di Makasar bukan karena pembagian sedekah. "Itu musibah karena antusiasme warga untuk mengucapkan selamat ke JK sangat tinggi," ujar Hery.

Setiap tahun, jelas Hery, keluarga besar JK selalu membagikan sedekah dalam bentuk paket Lebaran yang berisi, antara lain, bahan sembako. Pemberian itu sudah berlangsung sekitar 10 tahun terakhir. "Bahkan, Pak JK berpesan, tidak usah sedekah itu diekspos ke media," ungkap Hery.

Paket Lebaran itu pun setiap tahun dibagikan ke masyarakat dan kaum dhuafa melalui ormas-ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah, HMI, Anshor, PII, dan omas Islam lainnya. rep:c57/c78 ed: hafidz muftisany

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement