PAMEKASAN — Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menegaskan, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) merupakan ancaman bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) karena kelompok ini ingin membentuk negara Islam. "Negara kita ini menghormati perbedaan keyakinan dalam beragama sedangkan ISIS berkeinginan membentuk khilafah. Tentu ini ancaman bagi NKRI," kata Lukman seperti dikutip kantor berita Antara, Selasa (5/8).
Pemerintah telah melakukan rapat kabinet soal ISIS dan menolak keberadaan mereka di Indonesia. Di sisi lain, kata Lukman, ajaran yang dibawa ISIS tak sesuai dengan Islam di Indonesia yang cinta damai dan toleran. Secara terpisah, imam besar Masjid Istiqlal Ali Mustafa Yaqub menilai ISIS merupakan kelompok esktrem. Gerakan ini tak berbeda jauh dengan Ahlu Sunnah Wal Jamaah sebab mereka menggunakan cara-cara kekerasan. Di antaranya, melakukan pembunuhan dan pengrusakan.
"Aktivitas ISIS tak mencerminkan ajaran cinta damai. Gerakan dengan menggunakan kekerasan tak diajarkan dalam Islam," kata Ali. Ia menambahkan, mengangkat senjata hanya boleh dilakukan pemerintah. Itu pun mesti dalam kondisi perang. Kalau memang mau memerangi kemungkaran, beri tahu pemerintah mengenai hal itu agar pemerintah yang melakukannya. Jadi, mestinya mereka memberi nasihat, bukan mengangkat senjata. Ali menduga, ISIS merupakan kelompok Muktazilah.
Ia beralasan, Muktazilah memerangi pemerintah. Ia juga memasukkan ISIS ke dalam Khawarij. Sebab, dalam praktiknya, mereka tidak taat kepada pemerintah. Karena itu, ia menegaskan, kelompok radikal semacam ISIS perlu diwaspadai. Mereka biasanya merekrut anak-anak muda. Menurut dia, anak muda paling mudah dipengaruhi dan mempunyai semangat Islam tinggi. Namun, tingkat ilmu keislamannya rendah. Pada umumnya, anak-anak muda itu belajar di sekolah umum.
Setelah mengenal Islam, ungkap Ali, mereka menginginkan keadilan global. Sementara, keislamannya masih rendah. Untuk mencegah menyebarnya ISIS di Indonesia, ulama perlu menjelaskan tentang ajaran Islam yang damai. Bagi orang yang sudah masuk ke kelompok radikal, termasuk ISIS, harus diberi penyadaran. "Selanjutnya, negara harus mencegah gerakan-gerakan radikal di Indonesia karena dapat mengganggu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," kata Ali.
Sekretaris Pascasarjana Pusat Studi Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia Cholil Nafis mengatakan, ISIS membahayakan umat Islam, termasuk di Indonesia. ISIS merupakan gerakan transasional yang menjalankan agenda berdirinya kekhalifahan di Jazirah Arab. Ia menegaskan, ISIS tak sesuai dengan syariat Islam sebab menggunakan teror dalam mencapai tujuan. Padahal, perjuangan Nabi Muhammad selalu menoleransi perbedaan agama, suku, dan etnik. Dalam konteks Indonesia, ISIS juga bertentangan dengan NKRI.
Pemerintah diminta mewaspadai terorisme baru yang diusung ISIS. Ini akan menghambat perkembangannya di Indonesia. Meski demikian, ia mendorong pemerintah tak berlebihan dalam merespons ISIS. "Agar suasana tak semakin mencekam." Ketua Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Jabodetabek Ahmad Hidaya menentang berkembangnya ISIS di Indonesia. "Mereka merusak citra Islam yang mengajarkan kedamaian," katanya.
Ahmad menyadari anak-anak muda merupakan sasaran utama kelompok radikal untuk direkrut. Rata-rata yang ikut kelompok radikal baru mengaji. Semangat keagamaan mereka tinggi, sayangnya tak dibarengi pengetahuan mumpuni. FSLDK, kata Ahmad, akan terus mengkaji Islam sejati yang menentang tindak kekerasan. Ini ditempuh untuk menangkal paham dan kelompok radikal yang berpotensi memengaruhi anak-anak muda. rep: c67 ed: ferry kisihandi