Rabu 13 Aug 2014 12:00 WIB

Boikot Produk Pendukung Israel

Red:

Banyak cara yang dilakukan warga Muslim seluruh dunia untuk melawan pembantaian Israel di jalur Gaza. Salah satu yang dilakukan adalah dengan cara boikot ekonomi.

Pada Ahad (10/8) sebuah ormas Malaysia menginisiasi satu bulan boikot kepada tiga perusahaan Amerika Serikat dan Inggris karena keberpihakannya mendukung perang Israel di Gaza.

Jalan boikot ditempuh sebagai cara untuk mengakhiri penyerangan Israel. "Kami tak ingin pemboikot untuk merusak, menyakiti, atau melakukan sesuatu yang membuat panas," ungkap Direktur Eksekutif kelompok pro-Palestina Aman Palestin, Abdullah Zaik Abd Rahman, kepada Malay Mail Online seperti dikutip Onislam.

Kampanye boikot tersebut bertajuk "Bulan Kemarahan Ummah". Aksi itu dimulai pada Ahad lalu untuk organisasi masyarakat Malaysia. Gerakan boikot berlangsung damai. Tiga perusahaan yang diboikot adalah McDonald, Starbucks, dan HSBC.

Tak hanya itu, para peserta aksi juga menyebut Coca-Cola dan perusahaan multinasional asal Swiss, Nestle, sebagai perusahaan lain yang harus diboikot umat Muslim. Para demonstran mengungkapkan, mereka diboikot karena telah menunjukkan dukungannya kepada zionis Israel.

Para demonstran berunjuk rasa di luar restoran dan outlet. Mereka memegang poster serukan boikot dan meminta konsumen tidak mengunjungi kantor tersebut. Meski terkesan provokatif, aksi itu jauh dari kekerasan.

Mereka mengingatkan warga akan kontribusi McDonald dan Coca-Cola. Mereka membandingkan setiap stik di McDonald menyumbang satu peluru untuk tentara Israel. Sementara, setiap tetes Coca-Cola sama dengan setiap tetes darah yang jatuh dari tubuh saudara di Palestina.

Israel masih menyerang jalur Gaza lewat udara. Hingga saat ini, lebih dari 2.000 nyawa warga Palestina tewas karena peluru dan mortir Israel. Pemerintah zionis mengklaim penyerangan ke Gaza merupakan reaksi dari serangan roket yang diluncurkan Hamas. 

Sementara itu, perusahaan minuman kopi yang berbasis di Amerika Serikat, Starbucks, secara resmi mengklarifikasi tudingan dukungan mereka terhadap Israel. Mereka menyatakan tidak mendukung gerakan politik atau agama tertentu.

Huffingtonpost, Senin (5/8), melansir, Starbucks sebagai perusaah maupun individu di dalamanya, termasuk CEO Howard Schultz, tidak memberi dukungan dana bagi Israel.

''Strarbucks merupakan perusahaan publik. Segala bentuk sumbangan korporasi harus dilaporkan secara terbuka tiap tahunya,'' demikian pernyataan resmi perusahaan minuman kopi internasional itu di laman resminya.

Dalam pernyataan berbentuk tanya jawab itu, terdapat pertanyaan apakah Starbucks menutup cabang di Israel karena alasan politik. Perusahaan yang memiliki cabang di 65 negara ini menyampaikan persoalan itu lebih karena urusan bisnis.

Pernyataan berjudul "Facts about Starbucks in the Middle East" memperlihatkan jika Starbucks  ingin mengembangkan pasar yang lebih luas. Mereka menyatakan sedang melirik Timur Tengah serta Afrika Utara. Tapi, diakui, keputusan itu pun tidak mudah, baik bagi Starbucks maupun perusahaan rekanan mereka di Israel. Pernyataan ini pernah juga dilontarkan Starbucks pada 2010 terkait isu serupa.

n c91 ed: a syalaby ichsan

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement