Senin 25 Aug 2014 15:00 WIB

Kerukunan di Kaki Bukit Pancoran

Red:

Sebuah mushala tampak akrab berdiri di samping pura. Dua tempat beribadah itu dibangun berdampingan di tengah sawah di Dusun Pancoran, Desa Panji Anom, Kecamatan Sukasada Buleleng, Bali.

Mushala dan pura itu sudah ber diri puluhan tahun silam di sebuah dusun di kaki bukit Pancoran. Bangunan itu dibangun bukan atas pak saan atau tekanan kekuasaan, melainkan lahir dari kesadaran dan si kap saling menghargai warga masya rakat setempat.

Dua tempat ibadah itu adalah bagian dari sistem subak Pancoran. Subak merupakan sistem kemas ya rakatan untuk mengatur irigasi di Bali. Sistem tersebut tak hanya me ngatur lahan yang digarap dan tata ke lola organisasi. Di sistem Subak, juga ada tempat pemujaan sebagai perwujudan dari aspek parahyangan.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Andreas Fitri Atmoko/ANTARA

Kerukunan Beragama

 

Hamparan sawah di Dusun Pancoran dimiliki oleh 205 orang anggota subak, yakni 167 orang beragama Hindu dan 38 orang beragama Islam. Mushala dibuatkan untuk umat Islam yang diyakini sebagai bagian dari aspek parahyangan. Di subak, semua ang gota mendapatkan hak, kewajiban, dan tanggung jawab yang sama.

Sistem subak di Dusun Pancoran adalah secuil contoh kekerabatan dua umat berbeda keyakinan. Toleransi ini sudah tertanamkan sejak ratusan tahun. Kisah subak Pancoran itu telah diangkat ke layar kaca dan menjadi finalis film dokumenter Bali 2012 untuk tingkat nasional.

Pada Sabtu (23/8) film itu diputar dalam acara halalbihalal yang di se lenggarakan MUI Provinsi Bali. Halal bihalal MUI Bali bertemakan "Keber samaan Pemerintah, Ulama, dan Umat dalam Membangun Masyarakat Bali yang Maju, Damai, dan Sejahtera". Selain dihadiri jajaran pengurus MUI se-Bali dan tokoh umat Hindu Bali, hadir Gubernur Bali Made Mangku Pastika yang turut memberikan sambutan.

Dalam kesempatan itu, Ketua MUI Bali Taufik As’adi mengatakan, MUI Bali memiliki empat program utama, yakni membangun moral umat yang bersumber pada nilai-nilai agama melalui kegiatan di masjid-masjid. Kedua, moral ukhuwan Isla miah dengan menjaga hubungan antara sesama muslim maupun kekerabatan dengan pemeluk agama lain.

Ketiga, sebut Taufik, MUI meng ajak seluruh umat Islam untuk me mak murkan masjid. Sedangkan, program terakhir adalah mengajak umat Islam menjaga kelestarian lingkung an. Sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah, kata Taufik, umat Islam harus dapat menjaga sumber air untuk kepentingan bersama. Menu rutnya, seorang Muslim diperin tah kan menjaga lingkungan agar tetap hijau dengan menanam dan merawat pepohonan serta melestarikan sum ber daya energi. "Ini ajaran agama kita," kata Taufik.

Sementara itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan, program MUI Bali sangat terkait dengan upaya Pemprov Bali menjadikan Bali sebagai daerah green and clean. Dia menyoroti, betapa pentingnya menjaga kelestarian itu, apalagi menjaga agar Bali tetap memiliki sumber air yang cukup.

Tokoh Muslim Wayan Syamsul Bahri turut memberikan tausiah aga ma. Dia meminta umat Islam menjaga pluralitas Bali dengan sikap saling menghormati. rep:ahmad baraas ed: a syalaby ichsan

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement