Oleh: Prof Dr Nanat Fatah Natsir
Sejarawan Muslim Ibnu Ishak pernah ber kisah, syahdan, suatu hari Rasulullah SAW dikunjungi rombongan 60 orang yang beragama Nasrani Najran. Mereka dipimpin pendeta bernama Abu Al-Harisah Bin Al-Qomah.
Pada saat rombongan datang ke masjid, kebetulan Rasulullah SAW selesai shalat Ashar bersama para sahabatnya. Tiba-tiba, rombongan Nasrani itu bermaksud melaksanakan kebaktian. Para sahabat kaget, kemudian para sahabat bermaksud melarang mereka melaksanakan kebaktian di masjid.
Meski begitu, Rasulullah menyuruh para sahabatnya membiarkan mereka melaksanakan kebaktian sesuai dengan keyakinan agamanya, yaitu agama Nasrani. Mereka pun menghadap ke arah timur dan melaksanakan kebaktian di dalam masjid dan disaksikan Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
Dalam kisah itu, diceritakan pula bahwa pendeta Abu Al-Harisah telah mengetahui risalah ke nabian Muhammad SAW, tapi tak satu pun dari mereka yang berikrar masuk Islam. Hal tersebut tak membuat Rasulullah SAW memaksa mereka me meluk Islam.
Sungguh mengagumkan sikap toleransi yang dicontohkan Rasulullah SAW dan para sahabat nya. Sikap ini mencerminkan hakikat ajaran Islam itu menjunjung tinggi perbedaan keyakinan se seorang dan tidak pernah memaksakan untuk me meluk agama Islam, tetapi Rasulullah mem biarkan sesuai dengan kesadaran orang tersebut, mau masuk Islam silakan atau tidak juga tidak apa-apa, asal jangan mengganggu.
Allah SWT berfirman, "Dan jikalau Tuhanmu meng hendaki, tentulah semua beriman, semua yang di muka bumi seluruhnya, maka apakah kamu hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya." (QS Yunus 10:99).
Namun, hal itu tidak dilakukan-Nya karena tujuan utama Allah SWT menganugerahkan potensi akal kepada manusia adalah agar mereka menggunakannya untuk berpikir dan merenungi siapakah pencipta alam ini. Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman, "Tidak ada seorang pun akan ber iman kecuali dengan izin Allah SWT." (QS Yunus 10:100).
Jadi, jika Allah SWT dengan kekuasaaan- Nya, menghendaki semua manusia di muka bumi ini bisa beriman kepada-Nya, sebenarnya sangat mudah bagi-Nya. Ini difirmankan Allah dalam Al quran, "Sekiranya Allah SWT meng -hendaki, nis caya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah SWT hendak menguji kamu terhadap pem be rian-Nya kepada kamu, maka berlomba-lom balah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah SWT lah kembali kamu semuanya. Lalu, diberitahu kan nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu." (QS al-Maidah 5:48). Wallahualam.