Dinas Sumber Daya Air, Energi, dan Mineral (SDAEM) Kabupaten Sleman merintis pembuatan biogas dari kotoran ternak sapi milik warga. Pembuatan biogas ini dilakukan di tujuh lokasi. Biogas yang dihasilkan dari kotoran ternak akan digunakan rumah tangga untuk mengurangi ketergantungan energi dari gas LPG dan kayu bakar.
Instalasi pembuatan biogas mulai dipasang di empat kecamatan sejak Mei 2014. Ada dua lokasi di Kecamatan Tempel yang memiliki instalasi pembuatan biogas. Instalasi lainnya dibuat di dua lokasi di Kecamatan Cangkringan, dua lokasi di Kalasan, dan satu titik di Moyudan. Setiap lokasi mendapat bantuan alat pembuatan biogas berupa digester dan manometer.
Foto:edi yusuf/Republika
Biogas
"Pembuatan biogas ini adalah proyek percontohan. Setelah tiga bulan pemasangan, sekarang sudah bisa digunakan warga," ujar Kepala Seksi Pengembangan Dinas SDAEM Sleman Purwoko, beberapa waktu lalu.
Pembuatan biogas mulai dirintis sebagai sumber energi alternatif. Biogas dinilai lebih ramah lingkungan dan murah. Purwoko berharap masing-masing desa ada ketahanan energi di tingkat lokal dan tidak tergantung gas LPG dan kayu bakar.
Proyek percontohan pembuatan biogas menggunakan anggaran dari APBD sebesar Rp 120 juta. Setiap instalasi yang dipasang dapat menghasilkan lima meter kubik gas perhari. Hasil itu cukup untuk digunakan tiga rumah tangga.
Pembuatan biogas membutuhkan waktu satu hingga dua pekan, sejak kotoran sapi dimasukkan di dalam digester. Gas yang dihasilkan pun tidak berbau. Karena ikatan karbon dalam biogas sedikit, Purwoko mengatakan, gas yang dihasilkan tidak reaktif layaknya LPG. Di samping gas, instalasi pembuatan biogas juga menghasilkan pupuk dan pakan ternak.
Purwoko mengatakan, biogas merupakan potensi yang belum banyak dimanfaatkan. Karena itu, proyek percontohan biogas merupakan stimulan dari pemerintah agar warga mulai kenal dengan energi alternatif. "Ke depan warga bisa mengalirkan biogas ke rumah dengan biaya sendiri. Mereka juga bisa jadi pengusaha gas dan pupuk," ujarnya.
Salah satu instalasi biogas dipasang di kandang sapi bersama milik Kelompok Ternak Pager Mulyo Dusun Pageran, Desa Sumberejo, Tempel. Ketua Kelompok Ternak Pager Mulyo, Wakidi mengakui biogas lebih murah sehingga bisa menghemat pengeluaran rumah tangga.
Sedikitnya, selama satu bulan Wakidi harus mengeluarkan uang Rp 70 ribu untuk membeli isi empat tabung gas LPG ukuran 3 kg. Namun, instalasi dinilai masih mahal karena harganya bisa mencapai Rp 15 juta. "Pertama memang mahal, kalau ada instalasi yang harganya Rp 5 juta mungkin lebih terjangkau," ujarnya.
Meski demikian, Wakidi mengakui biogas tidak berbau. Pembuatan biogas per hari juga hanya berasal dari kotoran satu hingga dua ekor sapi. "Warga cukup mengisi kotoran calon biogas ke digester," ujarnya. rep:nur aini ed: andi nur aminah