Kamis 09 Oct 2014 18:30 WIB

Bekal Dakwah

Red: operator

Oleh: Imam Nur Suharno -- Dakwah menjadi sebuah perjalanan panjang yang takkan pernah sepi dari rintangan dan cobaan. Semua kendala di jalan dakwah adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Ia pasti akan menghampiri para dai. Janganlah pernah berhenti karena para nabi dan pengikutnya tak pernah berhenti ataupun melemah karena rintangan dan cobaan.

Karena itu, para dai dituntut untuk selalu membekali diri dengan menjaga kualitas ruhiyah agar tetap tsabat dalam berdakwah. Ahmad Muarif dalam bukunya, Keajaiban Shalat Tahajud, menyatakan, bila ditelusuri, salah satu faktor keberhasilan dakwah Rasul SAW adalah kekuatan ruhiyah yang tak pernah lepas dari keterikatan dan kedekatan kepada Allah SWT.

Kedekatan dan keterikatan kepada-Nya secara nyata dibangun oleh Rasul SAW lewat ibadah, terutama ibadah spesial yang diyakini mengandung kekuatan luar biasa bagi yang melaksanakannya. Ibadah itu dikenal dengan shalat Tahajud.

Ternyata, jejak langkah Rasul SAW yang demikian itu tak hanya diikuti oleh para sahabat dan pengikut pada masanya. Sejarah mencatat, para ulama, para dai, dan shalafusshaleh merupakan orang-orang yang tak lepas pula dari mencontoh Rasul SAW dalam melaksanakan Tahajud.

 

Rasulullah SAW bersabda, “Hendaklah kalian terus melakukan shalat malam (Tahajud) karena ia merupakan kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian ....” (HR Tirmidzi). Rasulullah SAW tidak pernah melewatkan malam-malamnya tanpa ber-Tahajud, bahkan kaki beliau sampai bengkak saking lamanya beliau berdiri Tahajud. Yang pasti, Tahajud menjadi sumber energi keimanan bagi para penyeru dakwah.

Selain itu, Tahajud dapat mendorong para dai meningkatkan produktivitas kinerja dakwah. Rasulullah SAW bersabda, “Setan membuat ikatan pada tengkuk salah seorang di antara kalian ketika tidur dengan tiga ikatan dan setiap kali memasang ikatan dia berkata, ‘Malam masih panjang maka tidurlah.’

Jika orang tadi bangun, lalu berzikir kepada Allah SWT, terlepas satu ikatan, jika ia berwudhu, terlepas satu ikatan yang lainnya, dan jika ia melaksanakan shalat, terlepas semua ikatannya. Pada akhirnya, ia akan menjadi segar (semangat dakwah) dengan jiwa yang bersih, jika tidak, ia akan bangun dengan jiwa yang kotor yang diliputi rasa malas.” (HR Bukhari).

Untuk mengawal keberlangsungan dakwah, tidak ada kata lain kecuali terus bergerak dan bergerak, menyebar dan menyebar ke tengah-tengah masyarakat (umat). Sebagai pengokohan energi keimanan, menjaga produktivitas kinerja dakwah, dan mengharap pertolongan Allah maka tidak ada kata lain kecuali istiqamah dalam Tahajud sebagai bekal dakwah. Wallahu a’lam.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement