Selama ini dukungan pemerintah baru sebatas doa.
JAKARTA -Pameran buku Islam atau Islamic Book Fair (IBF) sudah 13 kali digelar. Tahun depan, ajang pameran buku Islam yang diklaim terbesar di Asia Tenggara itu akan kembali digelar di Istora Senayan, Jakarta, 27 Februari-8 Maret 2015.
"IBF ke-14 tahun 2015 kembali didukung penuh oleh Harian Republika sebagai media partner. Selama ini Republika merupakan media utama yang menyokong IBF sejak pertama kali diadakan pada 2002," ujar Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta Afrizal Sinaro kepada Republika, Kamis (9/10).
Ia menyatakan bersyukur, perjalanan IBF selama 13 tahun menunjukkan umat Islam di Indonesia mampu mengangkat dan membuktikan kepada dunia bahwa bukubuku Islam yang diterbitkan oleh para pener bit Indonesia sangat luar biasa. "Artinya, dengan jumlah umat Islam terbesar di dunia, sebenarnya sudah waktunya Indonesia jadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan Islam," ujarnya.
Foto:Muhammad Taufik Hidayat/Republika
Ibu Atalia Praratya Kamil, istri Walikota Bandung Ridwan Kamil (kedua dari kanan) tampil bersama Rida RSD dalam bedah buku Ustaz Erick Yusuf bertajuk '99 Celoteh Kang Erick' yang diterbitkan oleh Republika Penerbit di ajang Bandung Islamic Book Fair 2014.
Tapi persoalannya, selama ini dukungan konkret dari pemerintah untuk mewujudkan hal tersebut masih sangat kurang.
"Contohnya, IBF sudah 13 kali diselenggarakan oleh Ikapi DKI Jakarta, namun dukungan pemerintah baru sebatas doa,"
katanya.
Padahal, kata Afrizal, IBF merupakan ajang yang sangat mulia dan harus didukung secara konkret oleh pemerintah. Lebih jauh Afrizal menegaskan, IBF 2015 sangat istimewa sebab bertepatan dengan awal tahun pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK). "Kalau memang pemerintahan yang baru punya kepedulian yang serius dalam mencerdaskan umat melalui buku, sudah saatnya pemerintah betul-betul membantu penuh eventini," ujar Afrizal tegas.
Terkait pameran buku-buku Islam yang akan digelar di Istora Senayan Jakarta tersebut, panitia IBF 2015 menyiapkan lebih dari 400 stan (tahun 2014 jumlahnya hanya 375 stan).
"Seluruh stan IBF 2015 sudah terjual,"kata Ketua Panitia IBF 2015 Anis Baswedan pada peluncuran IBF 2015 di Aula Perpustakaan Nasional Jakarta, pekan lalu.Hal tersebut, kata Afrizal, membuktikan bahwa minat masyarakat, baik industri penerbitan buku Islam maupun stakeholder terkait dari tahun ke tahun terus meningkat.
IBF ke-14 tahun 2015 mengusung tema "Di Bawah Naungan Alquran". Menurut Afrizal, tema ini merupakan gambaran keyakinan umat tentang peran Alquran dan as-Sunah sebagai pedoman dalam membimbing umat dalam setiap langkahnya.
"Umat Islam merasa nyaman karena memiliki Alquran sebagai penunjuk jalan dan pem bimbing yang tidak akan menyesatkan umat-Nya," ujarnya.
Penghargaan untuk penulis Salah satu acara yang dari tahun ke tahun diada kan oleh panitia IBF, yakni memberikan penghargaan Islamic Book Award (IBA). IBA diberikan, di antaranya kepada penulis buku Islam terbaik. "Ini merupakan salah satu upaya panitia IBF untuk mendorong pa ra ahli, ulama, intelektual, maupun to koh-tokoh Indonesia dari berbagai bidang untuk berani menulis buku," kata Afrizal.
Ia mengemukakan, fakta menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 50 persen buku yang diterbitkan di Indonesia merupakan buku terjemahan. "Padahal, Indonesia tidak kekurangan tenaga ahli, orang-orang pintar. Tapi, mengapa buku yang ditulis oleh orang Indonesia hanya sedikit?"
Menurut Afrizal, hal tersebut karena tidak ada rangsangan bagi para penulis asli Indonesia. "Yang bisa memberi rangsangan atau insentif itu pemerintah," ujarnya tegas.
Afrizal menambahkan, IBA 2015 diberikan kepada delapan kategori, yakni buku Islam terbaik kategori fiksi anak, fiksi dewasa, nonfiksi anak, nonfiksi dewasa, dan terjemahan. Selain itu, buku Islam dengan ilustrasi terbaik, desain sampul terbaik, dan tokoh perbukuan Islam. rep:irwan kelana ed:wachidah handasah