REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Setiap manusia yang hidup di dunia hakikatnya sedang menjauhi alam dunia dan menuju akhirat. Kedua alam ini dipisahkan dengan kematian. Dan, manusia itu adalah kumpulan dari hari-hari. Setiap hari berlalu,terkelupas lah hari itu dari dirinya dan tak mungkin menempel lagi. Hingga hari itu tak tersisa lagi darinya setelah sampai pada batas akhir usia, yaitu kematian.
Kematian adalah pemutus segala kenikmatan dan pemisah berbagai kebahagiaan. Kekayaan melimpah yang dimiliki, dijauhi. Orang-orang yang dicintai dan yang mencintai, ditinggalkan. Karena kematian pula, seorang anak menjadi yatim, seorang istri menjadi janda, dan seorang suami menjadi duda.
Untuk mendapatkan balasan atas usaha manusia saat di dunia, keturunan Adam harus melalui terlebih dahulu pintu kematian. Selain itu, Allah SWT menciptakan kematian dan kehidupan sebagai sarana untuk mengetahui siapa di antara hamba-Nya yang paling baik amalnya.
"(Dialah Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan, Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS al-Mulk [67]: 2).
Tak seorang pun mengetahui di mana dan kapan kematian akan menjemputnya. Hanya Allah Ta'ala Yang Maha Mengetahuinya. Karena itu, seorang hamba diperintahkan untuk selalu menjaga dirinya dari azab Allah dengan sebenar-benar takwa. "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada- Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (QS Ali Imran [3]: 102).
Waspadalah! Jangan sampai manusia didatangi kematian saat mereka durhaka kepada Allah.
Nabi SAW menegaskan, "Bertakwalah kalian kepada Allah di mana saja kalian berada." (HR At Tir midzi dari sahabat Abu Dzar Jundub bin Junadah dengan derajat hasan shahih).
Bermegah-megahan telah melupakan manusia dari mengingat kematian dan taubat kepada Allah, "Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk kedalam kubur." (QS at Takaatsur [102]: 1-2). Dan, hiruk pikuk maksiat dan gemerlapnya telah menutup hati dan mengotori nurani sehingga manusia (orang kafir) lebih memilih dunia. "Tetapi, kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi." (QS al-Ala [87]: 16).
Namun, bagi orang-orang beriman lagi cerdas, kematian adalah sebuah keharusan. Mereka mempersiapkan diri dan berbekal untuk menyongsong kehidupan setelah kematian. Rasulullah SAW bersabda, "Orang cerdas adalah orang yang mengendalikan nafsunya dan beramal untuk hari setelah kematian." (Al-Hadits). Di sisi lain kematian adalah pintu masuk untuk mendapatkan kebahagiaan akhirat yang lebih baik dari tipu daya dunia dan gemerlapnya itu, "Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal." (QS al-A'la (87) : 17).
Belum terlambat bagi kita untuk mempersiapkan dan menyongsong kematian dengan mempertajam kesalehan, baik saleh pribadi maupun saleh sosial. Wallahu a'lam.
Oleh Ahmad Soleh