Berbuka puasa tanpa kurma? Bagi sebagian besar umat Islam, tak afdal berbuka puasa tanpa kehadiran buah legit asal Timur Tengah itu. Tak bermaksud menyaingi popularitas kurma, kini muncul inovasi di bidang kuliner yang menghasilkan kudapan manis selegit kurma. Torakur namanya.
Torakur? Ya, sebuah nama unik, yang sebenarnya merupakan singkatan dari tomat rasa kurma. Cita rasanya sangat mirip kurma, namun sejatinya ia terbuat dari buah tomat. Saat ini, torakur diproduksi oleh industri rumah tangga di beberapa daerah, salah satunya di Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Di desa ini, awalnya membuat torakur hanya merupakan aktivitas selingan ibu-ibu PKK guna menyiasati masa panen raya yang memengaruhi harga jual buah tomat di tingkat petani. Rupanya, aktivitas selingan membawa berkah. Kini, torakur kian populer sebagai salah satu varian oleh-oleh khas Kabupaten Semarang yang mampu mendulang rupiah.
Tak terkecuali pada bulan Ramadhan seperti sekarang. Industri rumahan torakur di desa ini pun siap meraup berkah karena permintaan produksi yang meningkat.
"Setiap Ramadhan, permintaan torakur melonjak, paling tidak dua hingga tiga kali lipat," ujar Sri Ngestiwati, salah satu perajin torakur di Desa Kenteng, Bandungan.
Sesuai namanya, torakur memang memiliki cita rasa yang sangat mirip dengan kurma, yakni manis dan legit. Padahal, penganan ini terbuat dari tomat yang secara karakteristik memiliki perbedaan mencolok dengan buah kurma.
Ngesti, demikian Sri Ngestiwati biasa disapa, menjelaskan, torakur ini sejatinya merupakan manisan yang terbuat dari buah tomat kering. "Jika sudah jadi, warna torakur tak jauh beda dengan warna khas buah kurma yang cenderung merah kehitam-hitaman," katanya.
Selain mirip dengan kurma, torakur juga memiliki daging buah yang kenyal. Bedanya, torakur tidak berbiji. Jika kurma dikenal sebagai buah yang sarat gizi, torakur pun kaya akan nutrisi. Kudapan berbahan dasar tomat ini kaya vitamin C, A, dan antioksidan.
Torakur, kata Ngesti, biasanya dibuat dari tomat yang ukurannya kecil seukuran buah plum. Dengan begitu, setelah dibuat torakur, ukurannya tak jauh berbeda dengan ukuran buah kurma.
"Kalau dipilih bahan baku buah yang berukuran besar, setelah jadi tentu besarnya akan melebihi ukuran buah kurma," ujarnya.
Tomat kecil seperti itu banyak terdapat di Desa Kenteng, Bandungan. "Biasanya tomat sortiran keempat, yang besaran buahnya tak lebih dari telur ayam kampung," kata pemilik rumah oleh-oleh Torakur ini.
Buah tomat seukuran tersebut biasanya memiliki kadar air yang relatif rendah dan terasa lebih manis dibandingkan tomat berukuran lebih besar. Jadi, sangat pas untuk diolah menjadi torakur.
Mudah dan sederhana
Bagi Ngesti, membuat torakur bukanlah pekerjaan sulit. Bahkan, menurutnya, cara pembuatan torakur cukup mudah dan sederhana sehingga bisa dilakukan oleh ibu rumah tangga sekalipun.
Selain buah tomat segar yang berwarna merah, bahan lain yang diperlukan untuk membuat torakur adalah gula pasir, garam, kapur sirih, dan air bersih secukupnya.
Untuk buah tomat satu kilogram, hanya diperlukan gula pasir sebanyak setengah kilogram. Artinya, perbandingan tomat dan gula adalah 1: 0,5.
"Dengan takaran ini, maka kebutuhan garam halus dan kapur sirih hanya cukup satu sendok teh saja dan jangan terlalu berlebihan," kata wanita berusia 48 tahun ini.
Untuk buah tomat, sebaiknya pilih yang masih mengkal, sehingga daging buahnya masih agak keras. Buah tomat yang tidak terlalu matang ini akan menghasilkan torakur dengan tekstur yang bagus, tidak lembek.
Awali proses pembuatan torakur dengan mencuci bersih tomat. Lalu, keluarkan biji dan air dalam tomat. Caranya, sayat ujung buah tomat dengan penampang menyilang. Sayatan tidak perlu lebar yang penting cukup untuk membuka jalan air dan biji tomat.
Cara mengeluarkan biji dan air dalam buah tomat cukup dipencet berulang-ulang. "Lakukan dan upayakan hingga tak ada lagi biji tomat yang tertinggal di dalam rongga buah," jelas Ngesti.
Setelah bersih dari biji, buah tomat direndam dalam larutan air kapur sirih dengan komposisi satu sendok teh kapur sirih dilarutkan dengan satu liter air. Lakukan proses perendaman selama 12 jam. Usai direndam, cuci kembali tomat dengan air bersih untuk menghilangkan endapan kapur sirih yang masih menempel pada buah tomat.
Tomat pun siap dimasak. Tak perlu menggunakan air, cukup menuangkan gula pasir setengah kilogram serta garam halus dengan takaran satu sendok teh. "Dalam proses ini, air dalam buah tomat akan keluar dengan sendirinya dan bercampur dengan larutan gula pasir," kata Ngesti.
Selama proses memasak, usahakan terus membolak- balik buah tomat agar tak lengket dengan wajan. "Aduk terus hingga air yang keluar dari buah tomat mengering dan buah tomat berwarna merah kehitaman seperti buah kurma."
Langkah selanjutnya, angkat dan dinginkan buah tomat yang telah dimasak, lalu bentuk menjadi bulatan-bulatan kecil mirip kurma, kemudian ditata di atas wadah datar atau tampah.
Langkah terakhir adalah penjemuran. Adonan tomat yang telah ditata di atas tampah dijemur selama dua hari di bawah sinar matahari langsung. Nah, setelah menjalani proses penjemuran, manisan tomat yang selegit buah kurma pun siap dinikmati.
"Saya biasa memakan torakur saat buka puasa," kata Pras, salah satu warga Semarang yang menggemari torakur.
Pria berusia 38 tahun ini mengaku suka torakur karena rasanya yang mirip kurma. "Malah, torakur ini tidak ada bijinya, dan daging buahnya juga lebih tebal dibanding kurma yang sesungguhnya." Oleh Bowo Pribadi, ed: Wachidah Handasah