Selasa 10 Jun 2014 13:00 WIB
jalan-jalan

Petualangan Alam Bebas di Killarney National Park, Irlandia

Red:

Pohon-pohon tumbuh liar di kiri kanan jalan setapak, air danau yang biru jernih, padang rumput yang luas di sela-sela rimbunnya batang pohon, terdapat sebuah bangunan kuno yang masih berdiri tegak. Itu pemandangan utama saat kita mengunjungi Killarney National Park di bagian selatan Pulau Irlandia.

Tidak hanya itu,  taman nasional ini juga dikepung oleh perbukitan hijau yang juga bisa turut dinikmati kala kita berkeliling-keliling di dalamnya. Tiga buah danau, Lough Leane, Muckross Lake, dan Upper Lake, bermata air biru segar memperkaya warna-warni alam yang belum banyak terjamah di salah satu taman nasional terbesar di Republik Irlandia ini.

Killarney National Park terletak di Kota Killarney. Tempat ini boleh dinikmati oleh siapa pun tanpa dipungut biaya. Pintu gerbangnya ada beberapa. Kita bebas masuk dari pintu mana saja di sepanjang jalan yang mengitari lokasi taman alam ini.

Suara Sepatu Kuda

Tadinya begitu tiba di pintu gerbang pertama yang kami temui untuk menuju ke dalam areal taman, saya sempat ragu ingin masuk. Begitu turun dari mobil, langsung melongok ke dalam pagar yang memang dibuat rendah agar suasana taman bisa terlihat secara leluasa dari luar. Yang terlihat hanya susunan pohon dan jalan setapak yang tidak kelihatan di mana ujungnya.

Bagaimana cara menjelajahi tempat seluas ini dengan membawa dua anak kecil? Apalagi hanya membawa sebuah  stroller (kereta bayi). Mana kuat kalau diajak berjalan kaki?

Tiba-tiba kami sudah dihampiri oleh seorang laki-laki setengah baya, "Do you need a ride?"

Dia menerangkan sambil memberi isyarat agar kami mengikutinya dan memasuki pintu gerbang. Kami ikut saja sembari saya menebak-nebak dia mau menawarkan apa, ya, kira-kira? Barulah saya paham tumpangan yang dimaksud ternyata sebuah … kereta kuda!

Anak-anak langsung ribut mau naik. Ternyata, untuk memudahkan rombongan yang memiliki anak-anak menjelajahi kawasan taman nasional yang luas itu, ada fasilitas kendaraan tradisional berupa kereta kuda tadi. Jangan khawatir kehabisan, keretanya ada banyak.

Pilihan lain adalah dengan bersepeda. Tempat ini juga menyediakan fasilitas penyewaan sepeda. Sepeda juga bisa disewa dari tempat lain di Kota Killarney dan dibawa masuk ke dalam lokasi taman.

Saat menikmati hentakan sepatu kuda di sepanjang jalan setapak, beberapa kali kami berpapasan dengan rombongan lain yang sedang bersepeda. Tak jarang pula saling menyapa dengan pengunjung lain yang memilih untuk berjalan kaki.

Tarif kereta kuda yang bisa memuat penumpang sekitar 4-8 orang ini 25-35 euro per kereta. Bentuk dan ukuran kereta tidak hanya sejenis. Para penumpang akan dibawa berjalan-jalan selama sekitar satu-dua jam. Pak kusir yang mengendalikan kereta juga otomatis menjadi pemandu selama perjalanan.

 

Perpaduan yang sempurna

Sais kami cukup ramah dan tak segan menjawab pertanyaan apa pun. Sayang sekali kami lupa menanyakan siapa namanya. Walau si sais biasanya sudah punya rute-rute khusus dan kita tinggal ikut saja, kita juga boleh meminta berhenti di tempat-tempat lain.

Saat melintasi salah satu wilayah dii tepi danau, kami langsung minta berhenti. Airnya jernih dan pinggiran danaunya penuh dengan rerumputan hijau. Beberapa orang tampak duduk-duduk dan bersantai menikmati pemandangan birunya air danau.

Di salah satu sudut danau terparkir sebuah perahu kecil. Ternyata, kita boleh memanfaatkan perahu-perahu di sana untuk berkelana ke tengah-tengah danau. Biayanya sekitar 15 euro untuk berpetualang kira-kira selama setengah jam menyusuri danau.

Kami urung mencoba karena anak sulung agak takut melihat ukuran perahu yang menurutnya sempit. Padahal, penasaran juga ingin merasakan langsung suasana di tengah danau.

Jangan takut bakal tersesat di danau yang ukurannya memang tidak kecil ini. Setiap perahu dilengkapi dengan satu orang pemandu khusus. Lumayan juga, sih, mengintip sedikit situasi danau dari tepiannya saja. Ujung danau di seberang tidak terlihat. Berarti ukurannya cukup lebar juga jika dilihat dari dekat. ed: nina chairani

***

Yang Antik dan yang Cantik

Sebuah bangunan besar berdiri di tengah-tengah areal taman nasional Killarney ini. Ramai sekali orang-orang beraktivitas di sebuah padang rumput yang kira-kira seukuran lapangan bola yang membentang di depan bangunan tersebut.

Setelah mendekat dan membaca keterangan yang tertera di dinding bangunannya, ternyata tempat ini dulunya rumah tinggal dari sebuah keluarga bangsawan Irlandia.

Namanya Muckross House. Rumah ini cukup spesial karena pernah dikunjungi langsung oleh Ratu Victoria Inggris pada 1860-an. Rumah bertembok batu dengan perpaduan warna abu-abu dan cokelat  ini sudah berusia hampir 200 tahun sejak awal dibangun pada abad ke-19.

Sejak beberapa puluh tahun lalu, rumahnya dihibahkan oleh pemiliknya kepada pemerintah Irlandia. Rumahnya sendiri tidak selalu dibuka untuk umum. Hanya di waktu-waktu tertentu. Sayangnya, saat kami  ke sana, pintu masuk tertutup rapat untuk pengunjung.

Kawasan di sekitar rumah ini sudah banyak mengalami pemugaran walau bisa dibilang lokasinya sama sekali tak beranjak. Salah satu hasil pemugaran adalah disediakannya kamar kecil untuk pengunjung di lantai 2 bangunan.

Kami hanya boleh berkeliling di luar tembok. Anak-anak malah tertarik untuk ikut bersama hiruk pikuknya para pengunjung di lapangan rumput depan rumah besar tersebut.

Beberapa pengunjung memanfaatkan lapangan untuk berolahraga. Ada sekumpulan remaja yang bermain bola sepak. Dua anak sedang dilatih bermain kasti oleh ayahnya. Ada juga yang menggelar tikar di pinggir lapangan. Sisanya ada yang bersepeda atau anak-anak balita yang berlarian ke sana ke mari. Nah, ini mungkin yang membuat anak-anak saya ikut heboh dan berlarian bersama teman-teman sebayanya.

Agak sulit membujuk anak-anak pergi dari lapangan ini. Kami menghabiskan waktu paling lama di tempat ini. n

***

Air Terjun di Tengah Hutan

Dari Muckross House, perjalanan berlanjut kembali. Sekitar 10 menit mengendarai kereta kuda tadi, tibalah kami di sebuah tepian sungai  kecil.

Kami pun turun dan diberi tahu oleh pemandu/sais kereta untuk masuk melalui terowongan untuk menuju lokasi sebuah air terjun. Terowongannya sih kecil saja. Hanya sepanjang beberapa meter. Setelah terowongan, jalanan agak sedikit mendaki. Mampir sebentar ke kamar kecil sebelum menuju lokasi air terjun yang bila dilihat di papan petunjuk berjarak sekitar 150 m dari tempat tersebut.

Walau agak mendaki, jalannya tidak terasa melelahkan. Selain jarak tempuh yang tidak terlalu jauh, kiri kanan jalan juga banyak batang-batang pohon. Pepohonan belum begitu rimbun karena saat kami ke sana musim semi belum berada pada puncaknya. Sisa-sisa musim dingin masih  agak terasa walau cuaca sangat cerah. Sebelah kanan jalan dipasangi pembatas kayu karena ada sungai kecil yang alirannya berasal dari air terjun yang akan kami datangi.

Arus sungai tidak deras dan tidak begitu lebar. Ada banyak batu-batu besar di sepanjang sungai. Gemericik air mengalir cukup membuat suasana jalan menanjak menjadi lebih ringan lagi.

Begitu tiba, air terjunnya ternyata tidak sebesar yang saya bayangkan. Maklum saja, di daerah asal saya di Sulawesi Selatan, kami mengenal wisata air terjun Bantingmurung yang jauh lebih tinggi dan lebar.

Orang-orang sudah memenuhi lokasi air terjun. Kalau sekilas dari percakapan yang bisa saya tangkap, sebagian besar yang bergerombol dalam kelompok-kelompok kecil berbincang dalam bahasa Spanyol. Mungkin turis dari negara lain. Ada yang sibuk berfoto-foto sambil tertawa-tawa. Sebagiannya lagi memilih duduk-duduk saja di sekitar sana sambil melihat-lihat.

Karena kerepotan menjaga anak-anak yang ribut ingin mendekat ke tempat jatuhnya air dari tebing, kami memutuskan untuk tidak berlama-lama di sini. Bagian sungai berbatu yang mengarah dan mendekati posisi air terjun cukup licin soalnya. Kami khawatir anak-anak yang keseimbangannya belum sempurna bisa terpeleset.

***

Jejak Alam Sejak Ratusan Tahun Silam

Di hampir  berbagai sudut taman atau hutan Killarney, hewan-hewan dibiarkan hidup di alam liar. Umumnya hewan-hewan yang hidup di padang rumput dan bukan binatang buas. Adanya hanya rusa dan domba-domba. Sesekali terlihat tupai dan musang berlarian di batang-batang pohon.

Pemandangan yang dominan tak hanya rimbunnya pohon-pohon khas hutan. Salah satu yang paling berkesan adalah saat berada di sebuah jalan setapak,  di sebelah kiri jalan menawarkan panorama padang rumput, sebelah kanan ada danau dan di hadapan kita tersaji perbukitan tinggi yang didominasi warna merah tua, cokelat, dan hijau. Pemandangan yang biasanya saya bisa lihat di foto-foto kalendar saja, kini terpampang langsung di hadapan mata.

Jejak alam yang ada di sebagian besar wilayah taman nasional masih asli. Usia hutan konon sudah ratusan tahun. Termasuk sebuah pohon besar yang sempat kami lintasi di salah satu tepian danau. Sais kereta bercerita pohon tersebut konon sudah berusia 500 tahun.

Pohonnya tinggi menjulang dengan batang bagian bawah yang berdiameter lebih dari 1 meter. Cabang-cabangnya menjulur  ke mana-mana di dahan-dahan paling atas.

Para pengunjung banyak yang mencoba untuk memanjati pohon. Termasuk orang-orang dewasa. Saya cukup menjadi penonton saja. Lagi pula jika ingin ikut-ikutan, anak-anak juga pasti berebutan ingin naik ke atas pohon.

Dari  lokasi pohon ini, oleh sais kereta yang ditumpangi, kami diantar kembali ke pintu gerbang tempat kami memarkir mobil. Tak terasa sudah hampir dua jam berkeliling. Padahal, masih  beberapa tempat yang belum sempat disambangi.

Taman Nasional Killarney luasnya lebih dari 10 ribu hektare. Tidak mungkin dijelajahi dalam beberapa jam saja. Tapi, sudah cukup puas melihat-lihat.

Selain fasilitas umum seperti kamar kecil dan kantin yang menjual makanan kecil, ada banyak taman bermain yang menyediakan arena bermain seperti ayunan dan tempat seluncuran untuk anak-anak.  Kami hanya melintas saja. Kalau sampai mampir ke taman bermain, anak-anak mungkin  bisa betah sampai larut malam dan tak mau diajak pergi. Hahaha.

***

Tips

1. Penerbangan ke kota Dublin dari Jakarta bisa ditempuh melalui maskapai-maskapai penerbangan Eropa (KLM atau Lufthansa). Juga melalui maskapai asal Timur Tengah (Etihad atau Emirates). Harga tiket berkisar dari 5 juta hingga 8 juta rupiah per orang.

2. Harga visa pemegang paspor Indonesia ke Irlandia adalah gratis. Tapi ada biaya pengiriman pos ke Singapura karena kedutaan Irlandia terdekat adanya di Singapura.

3. Ada beberapa jenis fasilitas penginapan yang bisa dipilih. Ada penginapan model B&B (Bed & Breakfast) yang biasanya mematok harga sekitar 25-100 euro per malam. Hotel-hotel bintang menengah ada di level 60-150 euro per malam. Sedangkan hotel bintang lima umumnya memasang harga di atas 100 euro per malam. Semua jenis penginapan bisa di-booking duluan di berbagai situs online via internet. Tentu saja, harga bisa berubah-ubah.

4. Republik Irlandia mengenal empat musim (panas, gugur, dingin, dan musim semi). Tapi hujan bisa menyapa kapan saja. Di musim panas sekalipun hujan bisa turun. Biasanya tidak deras tapi tetap persiapkan jas hujan ke mana-mana. Payung kurang dianjurkan karena kadang hujannya disertai angin.

5. Suhu udara di wilayah Republik  Irlandia tidak pernah terlalu dingin. Musim dinginnya rata-rata berkisar 0 - 5 derajat Celsius. Suhu jarang minus dan salju juga hanya turun sekenanya. Tidak pernah sampai menumpuk di jalan.

Oleh Jihan Davincka

Ibu dua anak, bermukim di Athlone, Irlandia

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement