Spa alias solus per aqua merupakan istilah dalam bahasa Latin yang berarti perawatan atau pemulihan dengan melibatkan air dalam prosesnya. Tiap negara memiliki kekhasan tradisi spa. Pembedaannya bisa berupa teknik pijatan, air rendaman, maupun tata caranya.
Kendati mengakar pada budaya, spa menjadi bisnis serius di industri pariwisata. Terlebih, wisatawan kini makin menyukai pengalaman wisata minat khusus daripada wisata massal. Bagaimana nasib spa tradisional di negeri sendiri?
Spa tradisional masih menjadi pilihan di tengah merebaknya spa ala mancanegara. Sensasi spa tradisional yang menggunakan bahan-bahan alami yang aman dan menyegarkan menjadi faktor pemikat bagi para penikmatnya. Anna Alawiyah (25), contohnya, lebih menyenangi spa tradisional dibanding spa yang menawarkan budaya asing. Ia merasa manfaat yang diperoleh dari bahan-bahan alami spa tradisional lebih manjur untuk tubuhnya. "Khasiatnya lebih terasa," kata perempuan asal Lampung ini?
Anna biasanya melakukan spa satu bulan sekali. Sebagai penggemar spa, ia selalu menyempatkan diri mencicipi spa lokal ketika berkunjung ke luar kota. Belum lama ini, misalnya, ia berkesempatan berkunjung ke Bandung, Jawa Barat, dan menjajal salah satu pelayanan spa di sana. Saat itu, Anna menikmati perawatan yang diberi nama Siram Weningsari yang bertujuan untuk mencerahkan kulit dengan susu sebagai bahan utamanya. "Asam beta hidroksi yang terkandung dalam air rendamannya, katanya, dapat mencerahkan kulit dan membuatnya lebih halus, tidak bersisik," ucap perempuan yang bekerja di salah satu perusahaan kosmetik ini.
Biasanya, dalam setiap kali menjalani spa, Anna menghabiskan waktu sekitar tiga jam. Meski berdomisili di Jakarta, Anna mengakui lebih menikmati pelayanan spa di luar kota. "Soalnya menemukan tempat spa terbaik di Jakarta nggak segampang menemukan tempat spa di tempat lain, seperti di Bali," ujarnya.
Meski begitu, Anna sudah mempunyai tempat spa yang sering dikunjunginya, yakni spa di salah satu hotel yang terletak di Jalan HR Rasuna Said, Jakarta. Tempat spa tersebut menggunakan berbagai bahan rempah-rempah, herbal, dan bunga-bungaan tropis dalam ramuannya sehingga Anna mendapatkan sensasi rileks dan nyaman. Setiap kali menjalani spa, Anna cukup merogoh kocek tak lebih dari Rp 500 ribu.
Usai menjalani spa tradisional, Anna merasakan tubuhnya kembali segar. "Pijatan dan tekanan lembut pada bagian tertentu membuat badan kembali lentur setelah seharian beraktivitas," ujarnya.
Betulkah spa berefek positif bagi tubuh? Dr Ayu Pusparini SpKK mengatakan, pada dasarnya perawatan spa bermanfaat untuk meningkatkan kelembapan dan memperbaiki kerusakan kulit serta membuat tubuh menjadi lebih rileks. Kendati demikian, sebaiknya spa tidak dilakukan terlalu sering. Pasalnya, jika dilakukan terlalu sering seperti sepekan sekali atau dua pekan sekali, spa akan menyebabkan kulit tidak dapat bekerja secara optimal memproduksi lemak-lemak yang normal. "Idealnya sebulan sekali," ucapnya.
Terlalu sering melakukan spa yang diawali dengan perawatan lulur akan mengubah ekosistem kulit. Asam lemak pada kulit yang harusnya berfungsi melindungi kesehatan kulit dari pengaruh buruk sinar matahari akan berubah. Oleh karena itu, dianjurkan setelah mandi harus menggunakan pelembap untuk menjaga kelembapan kulit.
Ayu menyarankan agar penggemar spa memilih perawatan spa yang sesuai dengan kebutuhan dan masalah kulit. Amannya, ketimbang melakukan mandi uap lebih baik mandi susu untuk menjaga kulit yang telah teriritasi akibat gesekan pada saat lulur. Bila kulit berminyak, jangan menggunakan pelembap yang mengandung banyak minyak. Sebaliknya, jika kulit kering pilihlah pelembap yang lebih banyak minyak dan mandi susu.
Setelah melakukan spa, berikanlah pelembap kulit yang mengandung AHA, buah-buahan, dan vitamin. Untuk perawatan harian, sebaiknya gunakan sabun badan yang mengandung minyak bagi mereka yang memiliki kulit kering. Contoh sabun yang bisa digunakan adalah sabun bayi atau sabun yang memang diformulasikan untuk melembapkan kulit. Setelah mandi, sebaiknya gunakan pelembap. Orang dengan kulit kering sebaiknya tidak mandi menggunakan air panas agar kelembapan kulitnya terjaga. "Kulit yang lembap adalah kulit yang sehat dan bebas dari penyakit-penyakit kulit," kata dia.
rep:qommarria rostanti ed: reiny dwinanda
***
Geliat Wisata Spa
Meningkatnya minat masyarakat terhadap spa membuat tempat perawatan ini tumbuh subur. Pelayanan spa dianggap sebagai lahan menggiurkan dalam mengeruk pundi-pundi rupiah. Pemilik Gaya Spa, Lourda H Budidharma mengatakan pemahaman masyarakat mengenai spa mulai meningkat. Masyarakat sebagian telah menyadari spa bukan cuma sekadar aktivitas memanjakan tubuh, namun telah bagian dari pencegahan maupun pemulihan penyakit alias medical spa.
Gaya Spa termasuk spa yang membuat produk perawatan sendiri di pabrik mereka di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Produksinya pun sedikit agar barang selalu segar. "Produk perawatan kami selalu baru," ucapnya.
Dalam menjalankan bisnisnya, Gaya Spa bekerja sama dengan dua rumah sakit. Fokus kerja samanya yakni membantu pemulihan pasien dengan situasi yang lebih rileks dan menyenangkan?
Lourda mengatakan, potensi pasar bisnis spa cukup luas. Namun, untuk terjun ke bisnis ini membutuhkan modal tak sedikit karena setidaknya dibutuhkan tempat usaha, aneka peralatan perawatan spa dan juga jasa terapis. Untuk memenuhi kebutuhan jasa terapis, Gaya Spa bekerja sama dengan beberapa sekolah menengah kejuruan. Lulusan terbaik dari sekolah-sekolah tersebut akan direkrut dan dijadikan terapis.
Spa saat ini masuk dalam jajaran wisata kesehatan yang merupakan salah satu unggulan potensi Indonesia. Spa Indonesia disebut-sebut menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Predikat itu lekat berkat pijatan khas Indonesia yang membuat rileks dan penggunaan bahan-bahan tradisional yang beraroma menyegarkan dan berkhasiat. "Budaya spa yang telah tercipta di Tanah Air wajib untuk dilestarikan dan dikembangkan di negeri sendiri," ujarnya.
Spa Indonesia juga dikembangkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Melalui gerakan nasional maka spa Indonesia dapat menjadi ikon dan destinasi unggulan pariwisata. Gaya Spa, contohnya, telah berkembang selama lebih dari 20 tahun dan memiliki beberapa cabang di antaranya Bandung, Surabaya, Bali, dan Balikpapan. Gaya Spa menawarkan hal berbeda, yakni mengombinasikan desain interior modern dengan budaya dan alam. Gaya Spa berkomitmen memanjakan dan memberikan pelayanan rileksasi dengan sentuhan glamor. Gaya Spa memiliki terapis besertifikat dan hanya menggunakan bahan-bahan, teknik pijat, serta terapi alami.
Banyaknya pihak yang berlomba-lomba mengembangkan bisnis ini tak ayal membuat persaingan pun semakin ketat. Untuk mengatasi kompetisi tersebut, Lourda memiliki cara tersendiri. Dia merasa tidak perlu tergoda menawarkan tarif layanan murah dengan mengorbankan kualitas layanan. Tetapi, hal ini bukan berarti pebisnis pelit memberikan diskon kepada pelanggannya. Tertarik berbisnis spa?