Selasa 10 Jun 2014 13:00 WIB
salam

dari kami

Red:

Assalamualaikum wr wb.

Semangat Selasa! Banyak kearifan lokal yang makin terasing di daerahnya sendiri. Kecenderungan masyarakat menyukai sesuatu yang modern dan kurang dikembangkannya budaya lokal mengikuti perkembangan zaman menjadi penyebabnya. Akan tetapi, tidak demikian untuk spa tradisional. Indonesia memiliki aneka budaya spa yang autentik. Penggemarnya di dalam negeri pun cukup banyak untuk menghidupkan bisnis spa.

Pemerintah kini tengah mengupayakan agar spa menjadi bagian dari pariwisata unggulan Indonesia. Spa tradisional pun terus dikembangkan menjadi lebih berkualitas produk dan pelayanannya. Tentunya, ini menjadi kabar bagus bagi pengusaha spa tradisional, produsen perlengkapan spa, pekerja spa, dan mereka yang tertarik dengan bisnis spa. Melalui artikel di rubrik “Siesta” edisi Selasa, 10 Juni 2014, “Leisure” mengulas tiga dari sembilan tradisi spa lokal yang telah diteliti oleh ilmuwan Indonesia. Prospek bisnis dan aspek kesehatannya pun tak ketinggalan untuk dibahas.

Di rubrik “Parenting”, “Leisure” mengajak orang tua untuk mendampingi anandanya yang suka mengejek. Kebiasaan buruk itu tumbuh dipengaruhi oleh faktor lingkungan, entah dari celetukan orang tua ataupun tayangan televisi yang kerap disaksikan anak. Di samping itu, anak-anak yang menjadi korban ejekan juga mesti mendapatkan penguatan agar bisa menghadapi si pengejek.

Beralih ke halaman “Kesehatan”, “Leisure” menghadirkan artikel panduan memilih obat batuk. Menyusul penarikan dextromethorphan sediaan tunggal dari pasaran, masyarakat perlu mengetahui alternatifnya. Rupanya, obat pereda batuk kering lainnya bukan obat bebas karena tergolong obat keras. Selamat membaca!

Salam,

Redaksi Leisure

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement