Banyak yang menganggap, membawa anak bepergian jauh itu merepotkan. Betapa tidak, sepanjang perjalanan, orang dewasa dituntut selalu siaga dan sabar menghadapi tingkah anak. Tidak demikian dengan ketiga ibu muda berikut. Mereka menikmati kebersamaan bersama anak ketika menjelajahi tempat-tempat baru.
***
Ade Kumalasari
Jelajah Australia
Pindah ke Australia pada 2006, Ade Kumalasari mendapat banyak kesempatan untuk menjelajahi Negeri Kanguru. Waktu itu, anak pertamanya, Anindya Amarakamini, berusia empat tahun. "Ayesha Leilani lahir dua tahun setelah kami menetap di sana," kata istri dari Anindito Aditomo ini.
Selama 5,5 tahun tinggal di Australia, Ade dan keluarga sudah menjelajahi seluruh negara bagian Australia, seperti Sydney, Melbourne, Queensland, Darwin, dan Tasmania. Queenstown di Pulau Selatan Selandia Baru menjadi destinasi wisata terjauh dari Tanah Air yang pernah dikunjungi keluarganya. Untuk kawasan Asia, mereka berempat pernah menginjakkan kaki di Singapura serta Johor Bahru dan Penang di Malaysia. "Rencananya Juli nanti kami mau jalan-jalan ke Eropa, tepatnya ke Paris, Belgia, Cologne, Amsterdam," ujar Ade.
Sebagai ibu muda, Ade tak gentar memboyong anak-anaknya bepergian. Bahkan, ketika si bungsu masih berusia seminggu ia sudah berani membawanya berkeliling taman, museum, dan festival di Sydney. Ayesha sudah terbang dari Sydney ke Denpasar ketika berusia tiga bulan. Awalnya, keberanian itu muncul semata karena keterpaksaan. Tidak ada orang yang bisa menjaga atau dititipi anak-anak.
Terbiasa berwisata sejak usia dini, anak-anak Ade gemar traveling dan sampai sekarang tidak ingin ditinggal. Ade dan suami pun senang dapat memberikan mereka pengalaman baru bagi buah hatinya. Mereka pun lebih sering memberi hadiah traveling kepada anak-anak daripada membelikan mainan, baju, ataupun gadget yang hanya memberi kesenangan sementara saja. "Pengalaman perjalanan akan membekas sepanjang usia," kata perempuan kelahiran 11 Desember 1979 ini.
Banyak peristiwa tak terlupakan ketika Ade bepergian bersama anak-anaknya. Yang paling diingat, yakni kemalangan yang mereka alami sepanjang perjalanan. "Ketika kami melakukan perjalanan darat, tak jarang anak-anak muntah bergantian, dan saya kelabakan membersihkan muntahan dan mengganti baju mereka," ujarnya mengenang.
Pernah juga suatu kali Ade bersikeras ingin mencoba menyeberangi Selat Bass dari Tasmania ke Melbourne dengan naik feri. Maksud hati ingin merasakan menginap di kapal, seperti kapal pesiar mewah, tapi apa daya ternyata mereka semua mabuk laut sepanjang malam. Esok harinya saat sampai di daratan Melbourne, tubuh mereka pun rasanya masih bergoyang-goyang. Akan tetapi, Ade dan keluarga selalu bisa menertawakan kejadian di luar perkiraan tersebut sambil menikmati makanan yang disantap bersama.
Dalam setahun, Ade biasanya mengagendakan destinasi wisata minimal masing-masing satu kali wisata lokal dan luar negeri. Tahun ini, target tersebut terlampaui karena ia dan keluarga telah berwisata tiga kali ke luar negeri. Traveling memang menjadi hobinya yang baru tersalurkan justru setelah ia mempunyai anak. Suami Ade tadinya tidak suka traveling menjadi gemar berwisata setelah tertarik dengan fotografi. Sejauh ini, Selandia Baru menjadi tempat favorit mereka karena keindahan alamnya yang memesona dan penduduknya yang sangat ramah. Daerahnya pun sangat ramah untuk anak-anak.
Lewat kegiatan melancong bersama anak, banyak hal yang diserap anak. Buah hati Ade menjadi lebih mandiri karena dilatih bertanggung jawab sejak kecil. Anak juga memiliki wawasan luas dan tidak mudah minder dan sombong. "Bonusnya, anak-anak bisa belajar dan paham banyak hal sesuai destinasi wisata yang pernah mereka kunjungi, misalnya belajar tentang sejarah, geografi, budaya, flora dan fauna Australia dan Selandia Baru tanpa harus menghafalkan buku pelajaran," ujar Ade.
***
Tesya Sophianti Meriam
Terencana dengan Baik
Berlibur sekeluarga tentu membutuhkan biaya yang tak sedikit. Tesya Sophianti Meriam pun berusaha mendapatkan harga yang lebih ekonomis untuk perjalanan wisata keluarganya. Agar bisa begitu, ia membuat rencana dari jauh hari dan terus mematangkan rencananya.
Tesya biasanya mulai mencari tiket pesawat satu tahun sebelum keberangkatan. Ia termasuk rajin hunting tiket promo. Dengan begitu, ia bisa mendapatkan tiket pesawat dengan harga yang lebih murah ketimbang mepet waktu liburan.
Untuk mendapatkan penginapan, Tesya merekomendasikan situs pencarian hotel. Ia mem-booking kamar hotel yang dapat dibayar kemudian dan bebas biaya pembatalan. Biaya hotel dapat dialokasikan setahun setelah membeli tiket pesawat atau pada saat traveling.
Selain itu, Tesya juga mengumpulkan poin jarak tempuh (mileage) dari maskapai penerbangan. Ia meningkatkan jumlah poinnya dengan cara belanja menggunakan kartu kredit yang poinnya bisa ditransfer menjadi poin milage. Tujuannya agar poin tersebut bisa ditukar dengan tiket gratis.
Tesya juga selalu berupaya menjadi traveler mandiri. Ia mengajak suami dan anaknya menyusun rencana perjalanan yang detail sebelum berlibur. Anggaran harian pun tak luput ia hitung. "Jangan lupa mencatat pengeluaran selama liburan setiap harinya dan jangan sampai melebihi anggaran yang disediakan," kata pemilik blog www.tesyablog.com ini.
Traveling pertama Tesya dan suami bersama anak ke luar negeri terjadi ketika anak keduanya, Arkan Ahmad Jayaprana, berusia dua tahun. Kala itu mereka pergi ke Penang, Malaysia. Selain itu, untuk destinasi wisata lokal, tepatnya ke Bali, mereka memulainya ketika si sulung Najmi Ahmad Jayaprana berusia dua tahun.
Sudah banyak tempat yang keluarga Tesya jajaki di Indonesia, sebut saja Bandung, Belitung, Malang, dan Tanjung Lesung. Berlibur ke luar negeri, mereka pernah ke Singapura, Hong Kong, dan Selandia Baru. Ia membawa anaknya jalan-jalan agar Najmi dan Arkan mendapatkan pengalaman langsung dari apa yang mereka lihat dan alami selama traveling. "Dengan begitu, wawasan mereka akan luas karena dari kecil sudah melihat perbedaan," katanya.
Meski tidak mudah, Tesya menikmati segala kerepotan yang dialaminya, mulai dari persiapan hingga selama perjalanan. Menurutnya, waktu tidak akan pernah kembali. "Selama anak-anak mau pergi menjelejahi dunia dengan kami, pasti mereka akan kami bawa serta," ujar istri dari Rene Jayaprana ini.
Saat menghabiskan waktu bersama anak-anak tersebut, Tesya belajar bersabar. Suatu kali mereka berkemah di Tanjung Lesung dan merasa sangat kepanasan di dalam tenda. Di situ Tesya belajar anak-anak dapat menikmati keadaan di manapun mereka berada. "Dengan santai mereka duduk di bawah pohon yang rindang dan asyik bermain, tidak komplain kepanasan seperti saya," ujarnya.
***
Dina Virgianti
Batita Ikut Melancong
Dina Virgianti telah membawa anak-anak mereka bepergian sejak kecil. Tahun 2007, ketika buah hatinya masih berusia tiga tahun dan satu tahun, mereka berlibur ke Amerika Serikat. "Kami ke Washington DC, New York, Boston, dan Florida."
Dina sama sekali tidak kerepotan memboyong kedua buah hatinya, Dhafin Azka Aldric dan Darel Arsa Aradin, untuk berpetualang. Kekhawatiran banyak orang tua tentang kemungkinan anak akan susah makan ketika berada di negara orang tidaklah terbukti pada anandanya. Dhafin dan Darel memakan setiap makanan yang bundanya sediakan.
Dari pengalamannya, Dina yakin anak mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Mereka tak membutuhkan waktu lama untuk menyesuaikan diri dengan ritme perjalanan yang dinamis. "Dhafin dan Darel bahkan tak rewel meski kami ke Amerika saat musim dingin," ujar Dina yang selalu menyiapkan biskuit favorit anak di tas traveling-nya.
Ikut melancong sejak belia, Dhafin dan Darel belajar banyak. Mereka tumbuh sebagai anak berkepribadian terbuka, menghargai perbedaan, dan mengenal banyak budaya lokal. Selain itu, mereka menjadi lebih percaya diri karena terbiasa bertemu dengan orang baru serta mudah menyesuaikan diri.
Kegemaran Dina berwisata menurun ke anak-anaknya. Alhasil, keluarga mereka pun menjadikan liburan sebagai agenda rutin. Untuk destinasi ke luar negeri, Dina biasanya pergi pada Desember karena saat itu sedang musim dingin. "Kalau hanya ke luar kota, biasanya dilakukan sepekan hingga dua pekan sekali."
Sebelum bepergian, Dina selalu meminta anak-anaknya menjaga kondisi kesehatan agar tidak drop selama di perjalanan. Ia juga meminta Dhafin yang telah berusia 10 tahun dan Darel (8 tahun) menyiapkan pakaian sesuai lokasi yang dituju. Keluarga Dina menyenangi taman bermain. Jika berkunjung ke suatu negara, mereka pasti mengunjungi tempat tersebut, misalnya Lego Land di Malaysia atau Universal Studio di Singapura.
Agar kantong tak jebol, Dina cekatan mengatur perjalanan wisatanya. Saat hendak berwisata ke luar negeri, Dina biasa memesan tiket pesawat dan hotel dari tujuh atau delapan bulan sebelum keberangkatan sehingga harganya jauh lebih murah. rep:qommarria rostanti ed: reiny dwinanda