Memiliki segudang prestasi, berparas menawan, dan tidak takut menaklukkan rintangan, itulah Risa Suseanty. Perempuan kelahiran 25 Oktober 1980 ini adalah atlet sepeda nasional di nomor downhill. Sukses mempersembahkan lima medali emas di ajang SEA Games, predikat Ratu Downhill pun melekat kepadanya.
Sepeda downhill termasuk olahraga ekstrem. Selain membutuhkan teknik yang baik, olahraga ini juga membutuhkan nyali besar si pelaku, mengingat medan terjal yang dilalui. Karena itu, tidak mengherankan jika olahraga ini lebih didominasi kaum pria. Namun, bukan Risa namanya jika takut menghadapi rintangan tersebut. "Jangan terkurung tradisi lama. Jenis kelamin perempuan bukanlah penghalang," ujarnya.
Ajrut-ajrutan di medan downhill tak jarang Risa mengalami cedera. Ia pernah patah tulang rusuk dan patah pergelangan tangan. Baginya, itu merupakan risiko terkait pilihan jenis olahraga. Risa mengatakan setiap pertandingan memiliki kisahnya masing-masing, termasuk setiap luka yang ada di tubuhnya. Risa mengatakan kunci menghindari cedera saat bertanding, yaitu mengetahui kemampuan pribadi. "Modal berani saja tidak cukup, perlu teknik terbaik dan strategi saat bertanding," katanya.
Risa tak ambil pusing dengan cedera yang pernah dialaminya. Ia memilih untuk segera bangkit dan kembali menggowes sepedanya demi meraih impian. Dari sekian banyak pertandingan yang dijalaninya, SEA Games 2011 menjadi salah satu momen terbaik baginya. Pasalnya, kala itu ia berhasil merebut kembali medali emas. Sebelumnya, kemenangannya berkali-kali dalam cabang downhill pada SEA Games 1997, 1999, 2001, dan 2009 pun bukanlah suatu keberuntungan, melainkan prestasi hasil kerja keras.
Risa menganggap mengalahkan diri sendiri merupakan tantangan terbesar menggeluti olahraga sepeda downhill. Saat mulai merasa mampu dan sombong, saat itulah ia akan gagal. Sebisa mungkin, ia berusaha senantiasa rendah hati dan tak cepat puas karena rasa inilah yang membuatnya terus belajar dan mencari tahu. Putri pasangan Koesnaedi dan Heni itu selalu ingin tampil maksimal. Tak heran, Risa kecil mampu berlari puluhan kali putaran atau melompat hingga ratusan kali saat bermain skipping. "Saya harus banyak latihan fisik untuk mencapai hasil maksimal," ujarnya.
Risa yang akrab dengan sepeda sejak usia 13 tahun ini ternyata bukanlah berasal dari keluarga atlet. Meski begitu, menjadi atlet adalah cita-citanya sejak kecil. Ia lebih dulu menggeluti olahraga bulu tangkis sebelum akhirnya banting setir ke balap sepeda.
Awalnya, Risa tidak suka dengan olahraga sepeda karena kotor dan jorok. Suatu waktu, Risa melihat ayahnya ikut olahraga balap sepeda bersama teman-temannya. Ia pun tertarik. "Ini dunia yang berbeda menurut saya apalagi aktivitasnya di luar ruangan. Memang dasarnya saya agak tomboy dan suka mencoba hal baru," ujarnya.
Sejak itu, Risa mulai mengikuti perlombaan cross country, off road, dan lomba di jalanan. Ia beberapa kali menjadi juara II dan III. Tak lama kemudian ia mendapat sponsor dan dipanggil masuk Pemusatan Pelatihan Nasional (Pelatnas). Ia tidak menyangka bisa mengungguli lawan-lawannya yang mayoritas pria. "Sejak itu saya serius di dunia olahraga balap sepeda, khususnya downhill," katanya.
***
Asa yang Lebih Tinggi
Sebagai atlet, Risa ingin mencapai prestasi lebih tinggi lagi. Di luar lingkup Asia, ia memendam hasrat ingin menjadi juara dunia, tetapi ia sadar diri, terutama mengingat faktor usia. Sebab itu, ia menaruh harapan besar generasi muda penerusnya di cabang downhill. Menurutnya, downhill sudah semakin populer karena sudah dipertandingkan di Pekan Olahraga Daerah (Porda) dan Pekan Olahraga Nasional (PON).
Namun, ia menilai Indonesia masih kekurangan orang-orang yang bisa menjual olahraga ini. Iklim atau atmosfernya memang jauh berbeda dengan di luar negeri. Di mancanegara, berbagai pertandingan olahraga dikemas dengan sangat baik. Kondisi inilah yang membuat hatinya tergerak untuk lebih memasyarakatkan olahraga tersebut. Caranya, yakni dengan mendirikan sebuah yayasan di daerah Cikahuripan, Lembang, Bandung, Jawa Barat. Nantinya yayasan yang masih dalam proses legalisasi itu akan membawahi sekolah khusus pelatihan sepeda downhill, khususnya bagi anak-anak kurang mampu yang mencintai balap sepeda. Risa berharap yayasan itu akan melahirkan banyak atlet downhill berprestasi yang mampu mengharumkan nama bangsa. "Saya ingin membagi ilmu dan pengalaman dengan mereka," katanya.
Selain fokus membina yayasan, Risa juga konsisten kampanye mengenai bersepeda. Langkah ini diambil Risa berbekal visinya untuk mengembangkan olahraga sepeda di Indonesia. "Sepeda ini sesuatu yang membesarkan saya makanya saya ingin melakukan sesuatu dengan mengembalikannya ke masyarakat dan lingkungan," ujarnya.
Selain downhill, Risa rupanya menyenangi olahraga diving dan golf. Menurutnya, diving adalah penyeimbang kegiatannya berpeda. Sedangkan, golf dinilainya baik untuk melatih kesabaran. Di luar dunia olahraga, Risa memiliki impian yang diidam-idamkannya, yakni kehadiran buah hati. Tahun ini, ia dan suami akan memulai program kehamilan. "Kesibukan membuat saya belum memiliki momongan sampai sekarang," kata Risa. rep:qommarria rostanti ed: reiny dwinanda