Selasa 01 Jul 2014 14:00 WIB
kesehatan

kesehatan- Gatal Akibat Ruam Popok

Red:

Kulit bayi tentu berbeda dengan kulit orang dewasa. Menyadari kenyataan tersebut, orang tua harus berusaha menjaga dan memberikan proteksi yang tepat untuk kenyamanan dan kesehatan kulit bayinya. Langkah yang dapat ayah dan ibu tempuh?

Di dalam kandungan, kulit bayi sudah terlindungi secara alami. Begitu lahir, kulit bayi yang tipis dan halus itu masih sangat sensitif. Dibandingkan dengan balita sekalipun, kulit bayi masih lebih peka dan lebih mudah mengalami gangguan kulit. Umumnya, gangguan kulit yang menerpa bayi adalah ruam popok.

Betapa tidak, dalam 24 jam, hampir seharian bayi mengenakan popok. Kebiasaan itu membuat 85,55 persen dari 700 ibu khawatir anaknya terkena ruam popok. Angka itu berasal dari hasil survei yang dilakukan Pampers mulai 22 Mei hingga 12 Juni 2014. Survei yang sama mengungkap, 58,02 persen ibu di Indonesia menjadikan perawatan kulit bayi baru lahir sebagai perhatian utama.

Ruam popok biasanya timbul di area yang ditutupi popok. Daerah genital, lipatan paha, bokong, dan perut rentan ditumbuhi ruam. "Semakin hari, semakin banyak kejadian ruam popok, mengingat masih banyaknya penggunaan popok yang kurang tepat," kata dokter spesialis tumbuh kembang anak dr Rini Sekartini SpA.

Ruam popok ditandai dengan gejala yang gampang terlihat. Bayi yang mengalami ruam, kulitnya akan tampak kemerahan. Bayi juga akan merasakan gatal di bagian yang ditumbuhi ruam. "Ketika itu terjadi, artinya telah terjadi peradangan," jelas Rini.

Pada kondisi yang lebih parah, kulit bayi akan muncul bintil-bintil. Ada kalanya, bintil tersebut basah, seperti melepuh. Ruam popok banyak menyerang anak usia di bawah satu tahun, tetapi bisa juga dialami anak di atas usia tersebut.

Ruam popok merupakan bentuk dermatitis (eksim) kontak iritan. Biasanya, ini terjadi karena kulit terlalu lama kontak dengan air seni atau tinja. Gesekan yang terjadi antara kulit dengan kulit di lipatan paha dapat pula menyebabkan lecet. Jika tidak ditangani dengan baik, buah hati akan mudah terkena infeksi jamur atau bakteri.

Di lain sisi, produksi kelenjar keringat dan minyak kulit bayi relatif lebih sedikit dibanding kulit orang dewasa. Akibatnya, kulit bayi lebih mudah terganggu perubahan suhu dan kelembaban di sekitarnya. Kulitnya pun lebih rentan terhadap bahan iritan dan infeksi.

Rini mengimbau, orang tua sebaiknya rajin memperhatikan penggunaan diaper untuk menghindari ruam popok. Sering-seringlah memeriksa lampin bayi. Jangan biarkan kulit bayi terlalu lama kontak dengan genangan air seni atau tinja di dalam diaper.

Sebaiknya, ganti popok setiap tiga jam sekali. Segera bersihkan bayi jika ia buang air di lampin. Area lipatan paha juga perlu diseka dengan seksama setiap kali mengganti popok. "Sesekali, bebaskan kulit bayi dari penggunaan popok," saran Rini.

Untuk malam hari, diaper boleh dipakai sepanjang malam. Penggunaan popok, baik popok sekali pakai atau popok kain, harus dilakukan dengan cermat. "Gunakan popok yang memiliki daya serap baik, tidak menimbulkan iritasi, serta tidak menghambat gerakan dan perkembangan bayi," kata Rini.

Menghalau Ruam

Ketika bayi mengalami ruam popok, orang tua tak perlu membedaki area yang terkena ruam. Bedak bukanlah solusinya. Olesi saja dengan salep kulit atau krim di daerah ruam popok. Tentunya, salep yang digunakan mesti sesuai resep dokter atau produk yang sudah dianjurkan dokter.

Gunakan pula sabun khusus yang tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Hindari pemakaian sabun pada daerah yang terkena peradangan. Selanjutnya, longgarkan popok. Jangan mengikat popok terlalu kuat. Hindari penggunaan popok atau celana yang terbuat dari plastik, karet, nilon, atau bahan lain yang tidak menyerap cairan.

Rini menjelaskan, kulit bayi jauh lebih tipis dibanding kulit orang dewasa. Ikatan antarsel masih longgar, sehingga rentan terhadap infeksi, iritasi, dan alergi. Kulit bayi mudah terpapar infeksi karena mekanisme proteksi kulit belum terbentuk. "Kulit bayi mengandung kadar lipid yang tinggi, sehingga memudahkan iritan melewati kulit," ucapnya.

Saat dalam masa janin (20 minggu ke atas), kulit mulai berfungsi dan berkembang sebagai batas pelindung. Walaupun bayi cukup bulan lahir dengan pembatas kulit yang utuh, kulit mereka masih berkembang hingga tahun pertama kehidupan. Setelah lahir, komposisi bakteri komensial yang berada pada permukaan kulit berbeda dari dewasa dan melanjutkan perubahan dalam tahun pertamanya di dunia.

Rini mengatakan, dengan perawatan kulit yang sesuai, kulit akan mendapatkan kesempatan melanjutkan perkembangannya. Lingkungan tempat bayi berada merupakan salah satu faktor penting perawatan kulit bayi. Handuk, selimut, seprai, dan pakaian merupakan bahan-bahan yang selalu bersentuhan dengan kulit bayi. "Pastikan selalu mencuci semuanya dengan sabun bayi," imbaunya.

Perawatan kulit bayi dapat dilakukan mulai dari kegiatan sehari-hari, di antaranya, mandi secara teratur dua kali sehari, membersihkan rambut, dan ganti popok atau baju pada saat tepat. Pada saat mandi, orang tua sebaiknya memperhatikan beberapa hal. Pastikan suhu air disesuaikan dengan umur anak, gunakan sabun bayi yang lembut, gunakan sampo bayi, dan keringkan badannya setelah mandi.

rep:qommarria rostanti ed: reiny dwinanda

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement