Seperti kopi dan susu, teh termasuk minuman favorit masyarakat di berbagai belahan dunia. Minuman ini hanya memicu berkemih lebih sering. Efek mengonsumsinya tak sebesar susu dengan protein maupun laktosanya yang dapat menimbulkan masalah pencernaan bagi orang yang alergi atau intoleran terhadap kandungan susu tersebut. Akan tetapi, tak berbeda dengan kopi, teh juga dapat merangsang produksi asam lambung, sehingga meminumnya dapat membuat rasa tak nyaman bagi orang yang terkena GERD atau maag.
Bagi yang terbebas dari masalah kesehatan seperti itu, teh dapat menjadi minuman sepanjang hari. Diseduh untuk dinikmati hangat ataupun dingin, teh bisa menyegarkan tenggorokan kapan saja. "Lebih dari tiga miliar orang setiap hari minum teh di dunia," jelas CEO Jakarta Endowment For Art and Heritage Lin Che Wei dalam siaran pers Nusantara International Tea Festival yang diterima Republika.
Teh sejatinya lebih dari sekadar minuman. Di dalamnya terkumpul narasi dan sejarah yang ikut mengiringi peradaban sebuah bangsa. Bahkan, bisa dikatakan teh menjadi bagian dan menjadi tradisi hampir setiap negara.
Di Indonesia, keberadaan teh cukup penting. Saat ini, Indonesia tercatat sebagai negara penghasil teh nomor empat di dunia. Tapi, sampai sekarang teh belum menjadi komoditas yang dinikmati seluruh rakyat Indonesia secara optimal. "Buktinya, hampir sebagian besar produk teh terbaik nusantara justru beredar di luar negeri," ungkap Lin Che Wei.
Ketua Lingkar Teh Indonesia Lili Tjahjandari mengatakan hal senada. Ia mengungkapkan, Indonesia masuk dalam delapan negara pengekspor teh terbesar. Wilayah yang dituju, sebagian besar Eropa. Sementara itu, di Indonesia, belum semua masyarakat bisa menikmati teh asli Indonesia. "Ironisnya, masyarakat kita lebih senang dengan teh yang beridentitas asing, seperti teh ocha atau teh korea," ungkap Lili di sela acara pembukaan Nusantara International Tea Festival, Jumat (19/6), di Jakarta.
Padahal, Indonesia memiliki lahan kebun teh yang luas. Totalnya, sekitar 120 ribu hektare. Penghasil teh terbesar ada di wilayah Jawa Barat, Sumatra Selatan, dan sebagian dari Sulawesi. Salah satu teh yang paling banyak di ekspor keluar negeri adalah teh hasil kebun PT Pagilaran, perusahaan berbentuk perseroan terbatas di bawah Yayasan Fapertagama Fakultas Petanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Menurut M Saiful Ngafif dari Divisi Komersial PT Pagilaran, teh buatan perusahaanya lebih banyak di ekspor ke luar negeri, seperti Amerika, Inggris, Rusia, dan Jepang. Untuk pasar lokal, mereka menyuplai untuk salah satu merek teh ternama. Perusahaan ini baru memulai memasarkan tehnya secara retail di Indonesia dengan merek sendiri, yakni dengan merek Kepodang dan Sigma Rasa. "Tapi, produknya belum dijual bebas, baru bisa didapat di koperasi karyawan PT Pagilaran dan Agrowisata PT Pagilaran, Batang, Jawa Tengah."
Aneka Jenis Teh
Teh dari daerah mana yang paling digemari? Menurut Lili, tiap orang memiliki teh favoritnya. Masyarakat Jawa cenderung suka dengan teh jawa dengan aroma melati. Berbeda dengan orang Sumatra yang lebih suka teh merah. "Teh merah lebih pekat dan biasanya dinikmati dalam bentuk hidangan teh telur."
Lili mengungkapkan, teh memiliki beragam jenis. Di antaranya, teh hijau, yaitu bagian daun teh yang paling pucuk. Ada lagi teh oolong, yakni teh yang daunnya tergulung dan daunnya akan terbuka ketika diseduh. Teh oolong rasanya lebih pekat.
Selain itu, ada pula teh merah dan teh putih. Teh putih merupakan daun teh yang paling atas, pucuknya cuma satu. Rasanya lebih ringan. "Yang paling banyak penggemarnya adalah oolong tea dan green tea," ungkap Lili.
Lili mengatakan, teh memiliki beragam manfaat. The hijau, contohnya, bisa digunakan untuk kecantikan. Secara umum, mengonsumsi teh dapat membuat rileks. Teh juga menyehatkan karena kalorinya rendah.
Konon, teh bisa membuat gigi menjadi kekuningan. Lili menjelaskan, itu hanyalah mitos. Teh tidak membuat gigi kuning. Tetapi, teh yang menggunakan pewarna dapat memengaruhi warna gigi.
***
Rempah-rempah
Banyak cara untuk menikmati teh. Selain bisa diminum langsung setelah direbus atau diseduh, penikmat teh dapat menambahkan gula pasir, gula batu, gula merah, bahkan susu. Jika itu terlalu biasa, coba tambahkan rempah-rempah dengan aroma atau rasa yang kuat. Sebut saja, kayu manis, batang serai, daun jeruk, daun pandan, bunga melati, dan jahe. Teh akan terasa lebih nikmat dan berbeda. "Akan lebih terasa cita rasa Indonesianya," ujar Lili.
Lalu, apakah teh lebih nikmat diminum hangat atau dalam keadaan dingin? Menurut Lili, keduanya akan membuat teh terasa nikmat, bergantung selera dan kebutuhan saat itu. Agar ngeteh semakin nikmat, kita bisa menyeruput teh ditemani dengan camilan, seperti jajanan pasar, biskuit, pisang goreng, dan lainya.
***
Sejarah Teh
Pohon teh (Camellia sinensis) aslinya berasal dari Cina. Pada awalnya, teh dikonsumsi sebagai minuman kesehatan. Dari Cina, teh diperkenalkan kepada para pendeta dan pedagang Portugis di Cina pada abad ke-16. Sejak itulah, teh memasuki dunia Barat dan sangat populer di Inggris pada abad ke-17. "Peredaran ini menjadikan teh juga termasuk sebagai elemen kebudayaan serta saksi mata dari berbagai praktik kolonial maupun konflik di banyak negara," ujar Lin Che Wei.
Di Indonesia, kebiasaan minum teh telah menyelamatkan banyak nyawa pada saat Sungai Ciliwung mulai tercemar, sekitar 1689. Pada 1780, air Ciliwung sudah sangat tidak sehat karena semua kotoran dibuang di sana. Disentri dan kolera pun mewabah karena banyak penduduk Batavia minum air mentah dari sungai. Angka kematian pun meroket di populasi penduduk Belanda dan pribumi.
Sebagian masyarakat Cina yang ada di daerah Kota yang meminum teh terhindar dari penyakit karena airnya direbus terlebih dulu. Awalnya, Belanda mengira mengunyah daun teh sudah cukup. Baru, pada abad ke-18 dokter asal Swedia CP Thunbeer meresepkan seduhan daun teh dengan air mendidih setelah mengetahui bakteri air akan musnah jika air direbus sampai mendidih. rep:desy susilawati ed: reiny dwinanda