Anda pernah terkena cacar air? Tak perlu khawatir jika kemudian hari menemukan kelainan pada kulit. Penampakannya berupa bintil berair yang melenting merah berkelompok seperti lepuh. Umumnya, lesi tersebut mengenai satu sisi badan, terbatas pada kulit yang mempunyai persarafan sama.
Kalau bintilnya terasa nyeri hebat dan gatal pada awal kemunculannya, itu tandanya Anda terinfeksi virus Varicela zoster. Penyakitnya dikenal dengan nama herpes zoster, cacar ular, shingles, atau dampa. Konon, bila kelainan kulit meluas dan mengelilingi badan, penderita bisa meninggal dunia.
Herpes zoster menyerang siapa saja. Namun, infeksi virus ini biasanya banyak ditemukan pada orang dewasa usia 20 sampai 50 tahun. "Penyakit ini kurang menular, ringan, dan swasirna," kata dr Hanny Nilasari SpKK dari Kelompok Studi Herpes Indonesia.
Herpes zoster menyerang orang yang mengalami cacar air. Berdasarkan data yang Hanny miliki, tercatat 98 persen orang pernah terinfeksi cacar air, satu dari tiga orang di antaranya berisiko herpes zoster semasa hidupnya. Bahkan, saat mereka berusia 85 tahun, satu dari dua orang berisiko mengalami herpes zoster. Selain itu, pasien dengan kekebalan seluler terganggu, misal usia tua, diabetes, penyakit kronis, dan trauma atau pembedahan memiliki risiko serupa. Demikian pula, dengan orang yang kekebalan tubuhnya turun.
Termasuk, penderita kanker, terutama leukimia dan limfoma, orang dengan HIV, mereka yang menjalani transplantasi sumsum tulang atau organ, dan pasien yang minum obat immunosupresant (steroid, kemoterapi, atau obat penekan imunitas lainnya).
Serangan virus Varicella zoster berawal dari fase prodromal selama satu sampai lima hari. Pada fase ini terjadi photophobia akut, nyeri, sakit kepala, dan malaise (lesu). Setelah itu, penderita herpes zoster masuk ke fase akut, yakni munculnya lesi dalam waktu tujuh sampai 10 hari. Berikutnya, muncul ruam selama dua sampai empat minggu. Ruam herpes zoster sangat khas, yaitu dermatomal (unilateral), terasa ada peningkatan sensitivitas terhadap sentuhan, dan nyeri.
Pada penderita usia lanjut, nyeri prodromal lebih hebat dan lama. Nyeri akutnya lebih hebat, ruam kulit dapat atipikal, yakni lebih berat dan luas. Perjalanan penyakitnya panjang, sering berulang, dan komplikasi terjadi (50 persen). Komplikasinya berupa keluhan neurologis, seperti vertigo, paresis saraf otak, tuli, ensefalitis, meningitis, dan neuropati motor. Selain itu, terjadi komplikasi dermatologis yang ditandai munculnya diseminata dan infeksi sekunder. Komplikasi yang menyerang mata membuat penderita mengalami keratitis, buta, ptosis, dan skleritis. Komplikasi visceral, seperti pneumonia, hepatitis, miokarditis, perikarditis, miositis, dan lainnya.
Komplikasi herpes zoster, yakni neuralgia pascaherpes (NPH). Penderitanya merasa nyeri yang menetap selama tiga bulan atau lebih setelah erupsi herpes zoster menghilang. Kondisi itu berlangsung sampai berbulan-bulan atau menahun. Risiko NPH meningkat 27 kali lipat pada usia di atas 50 tahun, sedangkan pada orang berusia lebih dari 60 tahun risikonya meningkat 40 persen. Walaupun mendapat terapi antivirus, NPH terjadi pada 10 sampai 20 persen pasien herpes zoster.
Dengan kondisi seperti itu, tak heran jika herpes zoster penyebab tersering chronic intractable pain pada orang lanjut usia. Komplikasinya mengurangi kualitas hidup, mengganggu aktivitas sehari-hari, dan sering kali tidak merespons terhadap pengobatan. Walaupun pengobatan optimal, 40 persen penderita merasa nyeri.
Pengobatan herpes zoster dilakukan dengan dua cara, yaitu suportif dan topikal. Penderitanya beristirahat, makan cukup, mengenakan pakaian longgar, mandi, dan tidak menggaruk lesi. Antivirus dan antinyeri diberikan sesuai kebutuhan. "Untuk mengurangi rasa tidak nyaman, berikan kompres basah atau kompres es," ujar Hanny menyarankan.
***
Vaksinasi Cacar Ular
Paparan varicella atau cacar air terhadap masyarakat di Indonesia yang tinggi mengakibatkan risiko infeksi herpes zoster juga tinggi. Untuk mencegahnya, kita menjaga kekebalan tubuh agar tetap baik. Menjalankan gaya hidup sehat dan bersih, makanan bergizi seimbang, berolahraga, serta tidur yang cukup membantu mempertahankan daya tahan tubuh.
Untuk mencegah herpes zoster dan NPH, kini ada vaksinnya. Vaksin ini meningkatkan kekebalan tubuh, terutama imunitas seluler. Setiap orang berusia 50 tahun atau lebih yang peduli terhadap bahaya herpes zoster memanfaatkan vaksin tersebut. Namun demikian, vaksin ini tak digunakan orang yang mengalami penurunan kekebalan tubuh yang berat. "Oleh karena itu, sebelum menggunakan vaksin ini, perlu konsultasi dengan dokter," kata Prof Dr dr Samsuridjal Djauzi SpPD K-AI FINASIM FACP dari Satuan Tugas Imunisasi Dewasa. rep:desy susilawaty ed: reiny dwinanda