Selasa 22 Jul 2014 12:00 WIB
parenting

parenting- Angpaunya Mana, Tante?

Red:

Pemberian angpau bagi anak-anak saat bersilaturahim Lebaran telah menjadi tradisi di banyak keluarga. Mengenali momen tersebut sebagai peluang untuk mendapatkan tambahan uang jajan dan tabungan, ada saja anak yang tak sabar. Alih-alih menunggu, si kecil malah memintanya terlebih dahulu begitu bertemu dengan saudaranya yang sudah berpenghasilan. Wajarkah perilaku seperti itu?

Tradisi memberikan angpau saat Lebaran ternyata memiliki dampak positif dan negatif. Positifnya, angpau dapat dipahami anak sebagai bentuk hadiah atas keberhasilannya berpuasa selama bulan Ramadhan. Pemberian salam tempel dapat memotivasi anak untuk meraih keberhasilan serupa pada Ramadhan mendatang.

Selain itu, dengan adanya angpau dari orang dewasa, anak juga belajar untuk menghargai pemberian orang lain secara sopan dengan mengucapkan terima kasih. Anak juga dapat diajarkan untuk mengelola angpau yang diterimanya. Di lain sisi, pemberian angpau akan berdampak negatif apabila angpau hanya dijadikan acuan atau tujuan bagi anak dalam berpuasa. Padahal, makna puasa harus dapat dipahami sebagai ibadah yang perlu dilakukan secara ikhlas.

Lalu, bolehkah anak meminta angpau lebih dahulu sebelum diberi? Psikolog anak dari Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), Fabiola P Setiawan MPsi, menyarankan sebaiknya anak-anak mendapatkan edukasi untuk tidak meminta terlebih dahulu kepada orang yang lebih tua. Sopan santun tersebut perlu diajarkan sedini mungkin sehingga anak tidak terbiasa untuk meminta angpau.

Andaikan pemberian angpau saat Lebaran merupakan tradisi dalam keluarga, ajarkan anak untuk memahami ia akan diberikan angpau jika memang itu rezekinya. Angpau adalah rezeki yang didapatkan tanpa harus meminta. Sebaliknya, jika anak justru tidak biasa menerima pemberian orang. Bagaimana sikap orang tua seharusnya? Fabiola yang juga praktik di Klinik Tumbuh Kembang Pela 9, Bintaro, menyarankan sebaiknya pemberian orang lain tidak ditolak, tetapi tetap diterima dengan mengucapkan terima kasih. Ajarkan anak untuk dapat menghargai tradisi atau kebudayaan di lingkungan sekitar yang mungkin berbeda dengan budaya atau tradisi di keluarganya.

Anak harus menerima pemberian orang lain dengan sopan. Pekerti ini mesti sedini mungkin ditanamkan dengan pemberian contoh terlebih dahulu. Ajarkan anak untuk melihat bagaimana orang lain di sekitarnya menerima pemberian dengan sopan.

Lantas, melalui kegiatan role play dan kesempatan yang luas, ajarkan anak untuk menerapkan contoh yang diberikan keluarga ketika ia menerima pemberian orang lain. Pandu anak agar segera mengucapkan terima kasih dengan raut wajah yang ramah dan nada suara yang lembut. Setelah mendapat angpau, tak jarang anak akan menghitungnya. Mereka terkadang melakukannya bersama dengan saudaranya. Begitu ada yang mendapatkan angpau lebih besar, anak mungkin saja akan iri.

Untuk menyiasati hal demikian, menurut Fabiola, orang tua harus mengajarkan anak untuk dapat memahami angpau sebagai bentuk rezeki yang berbeda bagi tiap-tiap anak. Berbekal pemahaman seperti itu, anak tidak perlu merasa iri dengan rezeki yang diterimanya. Sebaliknya, anak diharapkan dapat diajarkan untuk bersyukur atas rezeki yang diterimanya tersebut.

Begitu pula ketika besaran angpau yang diterima anak tidak sesuai dengan keinginan anak. Orang tua harus bisa memberikan pemahaman yang sama seperti ketika salah seorang saudara mendapatkan angpau yang lebih banyak. Apalagi, jika ternyata anak tidak mendapatkan angpau sama sekali. Orang tua harus mengajarkan anak untuk memahami angpau merupakan tradisi. Artinya, jika ia tak menerima angpau saat bertamu, bisa jadi di lingkungan tersebut tidak ada tradisi pemberian angpau. Dengan begitu, anak akan mampu menyesuaikan diri dan menerima kondisi tersebut dengan sikap yang matang.

"Peranan orang tua sangatlah penting dalam mengatasi masalah yang timbul dari tradisi pemberian angpau ini," ujar psikolog anak dari Fabiola Consulting ini.

***

Besaran Angpau

Sebetulnya, tidak ada batasan untuk besaran angpau. Jumlahnya sangat bergantung pada budaya atau kebijakan keluarga masing-masing. Namun, Fabiola memberikan alternatif lain, selain angpau dapat berupa kegiatan yang bermanfaat bagi seluruh anggota keluarga, seperti berlibur, wisata edukasi, atau lainnya. Ini bisa menjadi pilihan bagi keluarga yang mau memberikan apresiasi kepada anak.

Selain itu, apresiasi terhadap pencapaian puasa anak ataupun berbagi rezeki dapat diberikan dalam bentuk laainnya. Bisa berupa bingkisan berisi makanan kegemaran anak ataupun mainan. "Berbagi angpau sebagai wujud rasa syukur, kita tak melulu harus memberikan uang," kata Fabiola.

Biasanya, begitu anak menerima angpau dalam bentuk uang, anak langsung memakainya untuk jajan. Entah membeli makanan, mainan, atau lainnya. Bolehkah uang angpau digunakan seenaknya? Fabiola menyarankan sebaiknya angpau yang diterima anak dipergunakan untuk keperluan yang positif, seperti membeli alat-alat tulis, berbagi dengan anak-anak lain yang tidak seberuntung dirinya, atau ditabung. rep:dessy susilawatati ed: reiny dwinanda

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement