Tak selamanya pendapat kontra si kecil berarti buruk.
Pagi hari menjadi saat yang sibuk bagi Minarni. Dia harus membujuk Nayla untuk mandi. Ketika diajak mandi, Nayla yang baru berusia dua tahun menolaknya dan mengatakan, “Nanti siang saja mandinya.”
Perselisihan ibu dan anak tersebut tak berhenti di situ. Ketika sudah mandi pun, Minarni harus ‘ribut’ dengan Nayla tentang pakaian yang akan digunakan. Minarni mengambil baju bergambar Masha and The Bear, sementara Nayla ingin memakai baju bergambar Mickey Mouse. Minarni sempat bingung, mengapa Nayla sekarang suka membangkang? Apakah ini merupakan hal yang wajar? Lalu, bagaimana mengatasinya?
Foto:askvasiliy.com
Menurut psikolog anak Fabiola P Setiawan MPsi, sebenarnya pada awal usia dua tahun, anak perempuan maupun laki-laki, akan mulai mampu mengatakan kata “tidak” sebagai reaksi atas permintaan dari orang tua atau orang lain di sekitarnya. Perilaku ini sebaiknya tidak dipahami sebagai membangkang, namun lebih pada tahapan perkembangan anak yang sudah dapat menunjukkan bahwa ia adalah pribadi yang terpisah dari ibunya. Tahapan ini melatih kemampuannya untuk bersikap asertif. “Itu merupakan hal yang wajar dan perilaku tersebut umum terjadi pada anak,” ujarnya kepada Republika.
Saat mulai dapat menyatakan keinginannya, anak akan mencoba menolak mengerjakan perintah orang tuanya. Dia akan menunjukkannya secara verbal mapun tindakan. Contohnya banyak sekali. “Intinya, ia tidak bersedia untuk menurut pada kehendak orang tua,” papar Fabiola.
Ada juga anak yang kesulitan menyatakan alasannya tidak menuruti keinginan orang tuanya. Anak yang demikian memilih diam dan memancing kemarahan orang tuanya. Jika perilaku ini ditunjukkan oleh anak yang lebih besar, bisa dipastikan anak memiliki alasan untuk tidak menuruti perintah orang tua. Untuk anak yang sulit menyatakan alasan, ada beberapa cara untuk menggalinya. Contohnya, melalui kegiatan bermain, menulis surat, menggambar, dan sebagainya. Lalu, bagaimana sebaiknya sikap orang tua terhadap anak yang mulai berbeda pendapat ini?
Reaksi orang tua terhadap perilaku anak tersebut sangat dipengaruhi oleh penyebabnya. Jika anak menolak karena sedang tidak baik suasana hatinya, tentunya orang tua perlu memahami terlebih dahulu perasaan anak. Namun, ada juga anak yang secara jelas melanggar aturan orang tua sehingga perlu diberikan konsekuensi tegas yang konsisten.
Orang tua dapat membiarkan anak dengan keinginannya jika hal tersebut tidak berdampak buruk bagi tumbuh kembangnya. Kesempatan itu juga menjadi peluang bagi anak untuk bersikap asertif, menumbuhkan kepercayaan diri, dan mengasah kreativitasnya. Misalnya, menggunakan pakaian sesuai seleranya, membuat tugas sekolah dengan caranya yang unik, namun tetap meraih hasil belajar yang optimal, atau memilih mengikuti kegiatan sekolah sesuai minatnya. Ananda juga dapat menentukan jurusan pendidikan berdasarkan pertimbangan yang matang atau memiliki cita-cita yang positif yang mungkin tidak sesuai dengan keinginan orang tua. “Sebaiknya, anak tetap diberikan kesempatan yang luas untuk mengutarakan isi hati dan perasaannya,” papar Fabiola.
Tarik-Ulur
Anak yang kurang diberikan pengalaman untuk mengungkapkan pendapat akan membuatnya kurang berani menunjukkan diri, kurang percaya diri, atau sulit bersikap asertif. Ayah dan ibu dapat menuruti kebutuhan anak, bukan sebatas keinginannya. Jika orang tua ingin memenuhi keinginan anak, pertimbangkan juga situasi dan kondisi yang ada. Tidak perlu memaksakan memenuhi keinginan anak jika kondisi orang tua belum memungkinkan atau anak ternyata hanya ingin mengikuti polah teman-temannya.
Boleh saja orang tua memberikan keinginan anak jika anak bersedia untuk berusaha atau meraih keinginannya tersebut dengan usaha yang layak. Misalnya, dengan mendapatkan prestasi, menabung, dan sebagainya. “Jika orang tua selalu menuruti keinginan anak, mereka semakin sulit untuk bersikap tegas dan konsisten sehingga sulit bagi orang tua untuk menetapkan aturan dan menjaga kewibawaannya,” ujar psikolog yang praktik di Fabiola Consulting, Bojongsari Depok, Jawa Barat, ini.
Anak sebaiknya menuruti orang tua apabila hal tersebut memang menunjangnya untuk disiplin dan bertanggung jawab. Ia dapat dikondisikan untuk memiliki jadwal rutinitas sehari-hari, menyelesaikan tugas dan kewajibannya, dan menunjukkan perilaku sesuai dengan norma sosial. Namun, kadang-kadang antara ayah dan ibu pun bisa berbeda pendapat. Ada kalanya ibu memilih menuruti keinginan anak, sementara ayah menolaknya.
Bagaimana jika hal itu terjadi? Apa dampaknya? Menurut Fabiola, sebaiknya orang tua semestinya seiring dan sejalan dalam mengasuh anak-anak mereka. Perbedaan pola pengasuhan dapat membuat anak bingung atau dapat memanfaatkan situasi yang terjadi. Anak akan mengakali keadaan dengan meminta terus kepada ibu yang selalu memenuhi keinginannya dan bersikap negatif terhadap ayah yang selalu menolak permintaannya.
Saat Harus Tegas
* Berikan instruksi yang jelas dan positif untuk anak lakukan dan minimalkan instruksi yang mengandung kata “tidak”. Hindari kalimat “tidak loncat-loncat” dengan “berjalan yang tenang” atau “jangan rusak koran Mama” dengan “korannya tolong diletakkan di atas meja.”
* Tetapkan batasan. Bertindak tegas dengan menggunakan kalimat yang singkat. Misalnya, “Radit, sekarang waktu tidur, pakai baju tidurnya lalu tidur.” Hindari kalimat yang diakhiri dengan pertanyaan, seperti, “Kakak mau tidur atau tidak?”
* Ajak anak memahami akibat dari tindakannya yang tidak menuruti perintah orang tua. Contohnya, “Kak, mama paham kakak mau bermain. Tetapi, apa yang akan terjadi kalau kakak tidak mengerjakan PR?”
* Orang tua juga dapat memberikan pilihan yang sesuai dengan aturan yang diberikan. Misalnya, “Kak, sekarang waktunya belajar. Kakak mau belajar IPA dulu atau bahasa Inggris.”
* Orang tua juga dapat menggunakan humor agar penerapan aturan menjadi menyenangkan. Coba nyanyikan saat anak menggosok gigi atau berlomba dengan alarm ketika memakai baju. Fokuslah pada perilaku positif anak dengan memberikan pujian atau penghargaan sehingga anak akan termotivasi untuk mengulanginya kembali. rep:dessy susilawati ed:reiny dwinanda