Selasa 27 Jan 2015 13:00 WIB

Giorgio Armani, Dari Milan untuk Fashion Dunia

Red:

Namanya masuk jajaran desainer "besar" dunia. Sebut saja namanya, kita akan langsung teringat dengan koleksi busana yang mewah, rapi, dan tentu saja bermerek Armani.

Di usianya yang sudah menginjak kepala delapan, Giorgio Armani tidak berencana untuk berhenti berkarya. Padahal, pria kelahiran Piacenzo, Italia, ini boleh dibilang sudah memiliki segalanya. Mulai dari perusahaan yang mapan sampai kekayaan yang mencapai triliunan rupiah.

Adapun yang menarik, Armani memulai karier masa mudanya bukan dari dunia mode. Armani muda justru lebih dulu terjun ke dunia militer dan kesehatan. Namun, tampaknya kedua dunia itu tidak pernah mampu membuatnya bergairah untuk berkarya.

Hingga akhirnya ia bekerja menjadi seorang window dresser di sebuah toko baju di Milan. Kariernya perlahan menanjak dengan menjadi seller di departemen busana pria.

Pada 1975 ia membangun merek Giorgio Armani bersama temannya, Galeotti. Bahkan, ia juga merambah koleksi busana perempuan. Namanya kian kondang seiring dengan kemapanan mereknya dengan jejaring ritelnya di seluruh dunia. Pada 2009 saja, Armani sudah memiliki 60 butik Giorgio Armani, 11 Collezioni, 122 Emporio Armani, 94 A/X Armani Exchange, 1 Giorgio Armani Accessori, dan 13 toko Armani Junior yang tersebar di 37 negara.

Kendati telah kondang seantero jagat, Armani tak segan untuk berbagi ilmu. Misalnya saja, ia sempat mengajar siswa di Universitas Tsing hua di Beijing, Cina. Kedatangan Armani ke kampus ini merupakan bagian dari komitmennya melatih talenta baru di bidang mode dari Cina.

Saat itu, Armani memaparkan perjalanan kariernya, mulai dari cerita tentang masa kuliah kedokterannya sampai langkah pertamanya di bisnis mode. "Menjadi perancang termasuk menjalani profesi sepenuh hati. Kalau ada uangnya, bagus. Kalau tidak ada, tidak apa," katanya di hadapan para siswa Tsinghua. Pelajaran hidup itu diserap calon perancang muda Cina.

Ia berpesan lagi dan memberikan saran mengenai profesi perancang mode. Katanya, "Untuk mengubah sebuah garmen, caranya tidak selalu dengan menggantinya, memang ada banyak yang harus dilakukan. Jangan biarkan tren menyeret kamu. Dalam euforia mode yang glamor, kadang orang hanya membutuhkan hal yang sederhana."

Tidak hanya berkomitmen pada dunia mode, ia juga peduli kepada para model. Armani merupakan desainer pertama yang melarang model dengan indeks massa tubuh di bawah 18 alias terlalu kurus. Keputusan ini diambil setelah model Ana Carolina Reston meninggal dunia lantaran mengalami anoreksia.

Saat ini, seperti dilansir Vogue, Armani sedang bersiap membangun area pameran dengan membenamkan modal sebesar 50 juta euro untuk proyek ini. Areal itu sebenarnya bekas pabrik Nestle di Milan yang dikenal juga dengan nama Silos Armani. Di tempat ini akan dibuat ruang pamer permanen seluruh koleksi desain dan sketsa Armani, termasuk juga bangunan kantor pusat baru dan ruang pamer eksternal.

"Proyek ini sudah lama sekali ada di kepala saya. Saya tetap mempertahankan nama Silos karena saya menyukainya. Nama itu bermakna makanan, yang dibutuhkan orang sepanjang hidupnya, seperti juga pakaian yang merupakan bagian dari kebutuhan hidup," ujar Armani.

Baginya Milan merupakan tempatnya hidup dan bekerja. Lantaran itulah, ia memutuskan untuk menempatkan buah karyanya di kota ini. Tidak hanya untuk urusan busana, tetapi juga pengalaman dan eksplorasi tekstil.

Armani menilai hal ini penting untuk para generasi muda yang terjun ke dunia desain dan mode. "Mereka bisa memperoleh inspirasi untuk mematangkan ide baru dan membangun perusahaan masa depan. Masa depan yang kita bangun setiap hari."

ed: Endah Hapsari

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement