Banyak cara yang bisa dilakukan warga untuk mencintai negerinya. Apa pun bisa dilakukan sesuai kapasitasnya. Bagi seorang desainer, wujud kecintaan pada bangsa bisa ditunjukkan melalui rancangannya.
Itu pula yang memicu Samuel Wattimena memodifikasi berbagai kain tradisional menjadi pakaian lebih trendi agar bisa dipakai semua kalangan, baik tua maupun muda. Indonesia yang terdiri dari berbagai suku membuat Samuel yakin bahwa negeri ini bisa menjadi pusat mode busana etnik. "Indonesia punya berbagai kain indah. Mengapa tidak mungkin bisa jadi pusat busana etnik," ucapnya.
Untuk mewujudkannya, perlu dukungan berbagai pihak, mulai dari desainer, pecinta fashion, hingga pemerintah. Kain-kain tradisional yang bisa ditonjolkan di jajaran mode dunia, antara lain, batik, songket, dan tenun. Setiap daerah di Indonesia, kata Samuel, mempunyai ciri khas masing-masing baik dari segi motif, warna, ataupun teknik pembuatannya.
Samuel banyak merancang busana siap pakai yang kerap memodifikasi kain-kain tradisional menjadi busana yang lebih fresh. Baginya, busana bukan sekadar penutup tubuh tetapi juga identitas diri. Untuk itu, Samuel selalu mengutamakan eksklusivitas dari setiap rancangannya. "Pelajari kekayaan kain tradisional kita, lalu produksi dengan cara masing-masing," kata dia. Kehadiran desainer-desainer muda di Tanah Air tidak dianggapnya sebagai saingan. "Itu hal yang biasa terjadi," ucapnya.
Malah menurutnya, kondisi tersebut menunjukkan perkembangan mode Indonesia yang sangat bagus karena terus memunculkan bakat-bakat dan kreativitas baru. Namun, ia mengimbau desainer muda diharapkan lebih peduli terhadap kekayaan kain tradisional. "Kepedulian terhadap kain tradisional sudah meningkat. Tapi, belum banyak yang benar-benar menyadari potensi kain-kain ini," ujarnya.
Samuel mengawali karier sejak masih duduk di bangku SMA sekitar tahun 1979. Kepiawaiannya merancang busana membuat Samuel dipercaya menangani pakaian bintang-bintang ternama, di antaranya, Vina Panduwinata, Ruth Sahanaya, AB Three, Harvey Malaiholo, dan Rafika Duri.
Samuel lahir dari keluarga sederhana. Ia bersyukur saat menjajaki karier di bidang fashion selalu dipercaya mendandani orang-orang top di bidangnya, mulai dari penyanyi hingga aktor dan aktris. "Saya banyak mendapat pengalaman dan pelajaran secara otodidak," ucapnya. Hal ini pula yang membuatnya bingung saat ditanya siapa yang menginspirasinya.
Ibu Samuel pernah bekerja sebagai orang yang memandikan jenazah. Potret ini membuat Samuel memandang kehidupan ini biasa-biasa saja. "Mau di atas atau di bawah sama saja," kata penerima Upakarti tahun 1990 dan penghargaan seni tahun 2012 ini.
Baginya, kehidupan adalah perjalanan. "Tuhan menginginkan umat-Nya berbahagia dalam hidup. Nikmati dan syukuri saja apa yang ada dalam kehidupan ini," ujarnya bijak. Oleh Qommarria Rostanti ed: Endah Hapsari