Senin 14 Jul 2014 12:00 WIB

Hindari Bipolar tanpa Stres

Red:

Gangguan bipolar semacam depresi memerlukan penanganan khusus karena gejalanya tak mudah terdeteksi. Pengobatan yang benar bisa menghindarkan si penderita dari kasus penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang.

"Jika ada orang yang susah tidur, suka uring-uringan, tiba-tiba murung, merasa gembira terus, mendadak boros, dan lainnya harus hati-hati. Jangan-jangan orang tersebut alami gangguan bipolar," kata Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dr Danardi Sosrosumihardjo SpKJ(K).

Gangguan bipolar biasanya menyerang kalangan remaja baik pria atau wanita. Peristiwa dipecat dari kerjaan dan mengalami stres secara simultan juga disebutnya bisa memicu bipolar.

Jenis bipolar manik bercirikan hilangnya minat atau rasa ingin bersenang-senang. Kebanyakan orang dengan jenis bipolar ini tertutup dan banyak mengurung diri di kamar.

"Pengidap bipolar manik ini bisa melakukan hal-hal membahayakan, bahkan bisa sampai bunuh diri," ujar Danardi.

Berbeda dengan jenis bipolar manik, pengidap bipolar depresi justru mengalami perasaan terbalik. Tipe ini bercirikan seseorang yang senang berlebihan maupun mendadak, baik dan senang tertawa sendiri.

Pegiat jaring sosial Facebook Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia ini mengingatkan bahwa setiap orang berpotensi mengidap gangguan bipolar. Sayangnya, masyarakat enggan bertanya ataupun berusaha mengenali gejala awal gangguan bipolar ke psikiater. Padahal, bila seseorang memasuki fase awal bipolar, harus segera rutin minum obat dokter.

Pengobatan alami lainnya bisa dilakukan dengan menghasilkan karya seni. Lantaran pengidap skizofrenia atau bipolar mengalami ilusi halusinasi yang hadir di luar kehendak mereka lalu mencoba mengekspresikan apa yang dialami atau rasakan.

Setiap orang, Danardi mengungkapkan, memiliki kecenderungan berlebihan bermain imajinasi, bahkan mengalami halusinasi. "Jika halusinasi itu mengganggu dirinya, orang lain, atau membahayakan keselamatan, barulah itu mengganggu. Jika halusinasi bisa dikendalikan menjadi sumber proses kreatif, itu suatu potensi yang luar biasa," katanya memaparkan.

Ia menilai, kegiatan melukis, menyanyi, menulis, serta berekspresi dengan beragam medium dan cara merupakan salah satu terapi alternatif selain obat-obatan bagi penderita bipolar serta gangguan jiwa lainnya. Gunanya untuk membantu pasien merekonstruksi gejala awal, mengenalinya, dan mengendalikannya.

Terjebak

Wakil Ketua Sie Bipolar dan Gangguan Mood Lainnya PDSKJI Dr dr Nurmiati Amir SpKJ (K) malah menyayangkan ada penderita bipolar yang justru terjebak dengan penggunaan obat-obatan terlarang untuk mengatasi masalahnya. "Penyalahgunaan narkotika, obat-obatan, dan zat adiktif  (napza) pada pasien bipolar dapat disebabkan  gejala mood yang dideritanya," ujar Nurmiati.

Misalnya, ketika depresi, pasien bipolar menggunakan napza untuk mengobati perasaan sedih, murung, hilangnya tenaga, dan tidak bisa tidur. Di sinilah Nurmiati menemukan fakta bahwa pasien bipolar lebih sering mengalami masalah ketergantungan napza daripada penyalahgunaannya.

Keterpaparan secara kronik dengan napza, menurutnya, dapat mencetuskan gejala bipolar  karena efek biologik berupa penggunaan zat  adiktif secara berulang. Gangguan psikotik juga sering terjadi pada penyalahgunaan napza yang dilakukan pengidap bipolar.

Khusus kasus yang berkorelasi dengan napza, dokter ini menemukan solusi yang rumit. Pasalnya, pengobatan untuk diagnosis ganda, yakni bipolar dan kecanduan napza, lebih sulit.

Apabila gangguan penyalahgunaan napza adalah primer, gejala mood akan hilang bersamaan dengan pengurangan penggunaannya. Bisa dikatakan, penyalahgunaan napza menimbulkan gangguan bipolar. Dan sebaliknya, penderita bipolar sangat sering melakukan penyalahgunaan napza.

Kedua perilaku ini juga mempunyai persamaan faktor risiko yang mendasarinya, yaitu faktor genetik, stresor, dan trauma. Gabungan kedua penyakit tersebut akan memperburuk proses penyembuhan (prognosis). "Tetapi, bila penyalahgunaan napza menyebabkan sindrom mood menetap, setelah pengurangan penggunaan napza, kedua gangguan harus diobati," kata Nurmiati memaparkan.

Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Anang Iskandar mengemukakan, pemulihan merupakan cara terbaik bagi mereka yang telanjur mengonsumsi narkoba, yakni melalui pelayanan rehabilitasi medis, sosial, dan pascarehabilitasi.

"Jumlah pengguna narkotika yang mencapai 4,9 juta orang menjadi masalah dilematis di Indonesia saat ini. Peningkatan jumlah pengguna napza setiap tahunnya mengalami pertumbuhan hingga satu persen," ujarnya.

Cara mengkriminalisasi dan mengirim pengguna narkoba ke lembaga permasyarakatan pun dianggap tidak menyelesaikan masalah secara tuntas. Data menunjukkan terjadinya pengulangan kembali penggunaan narkoba di lembaga pemasyarakatan. rep:indah wulandari  Ed:khoirul azwar

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement