Program Keluarga Berencana (KB) terhambat oleh persepsi kaum perempuan tentang metode kontrasepsi yang tidak praktis dan mengganggu metabolisme hormon tubuh. Untuk mengubah persepsi itu, kini tersedia alat implan KB yang praktis mengatur kehamilan.
"Kami berharap tidak ada lagi wanita yang enggan memasang alat kontrasepsi dengan alasan malu. Karena, ada implan yang hanya dipasang di lapisan kulit lengan tangan tanpa menyentuh rahim," kata Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dr Emi Nurjasmi MKes.
Metode ini, menurutnya, juga efektif mencegah kehamilan selama kurang lebih tiga sampai dengan lima tahun. "Ya, ini jelas lebih efektif jika dibanding implan yang dua atau tiga batang."
Foto:AMPELSA/antarafoto
Pelayanan KB Gratis
Kelebihan implan ini, ia menyebutkan, di antaranya tidak mengurangi produksi ASI, praktis, dan efektif untuk masa tiga tahun. Pemasangan dan pencabutannya pun mudah dan cepat. Bisa digunakan oleh akseptor yang mengalami ketidakcocokan dengan hormon estrogen, membantu mencegah anemia dan kehamilan di luar kandungan, serta kesuburan akan pulih setelah pencabutan implan.
Sebagai mitra Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), IBI mendukung upaya pemerintah yang tengah menjalankan program implan satu batang di 10 daerah percontohan, di antaranya Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Sumatra Utara.
Seorang bidan di kawasan Citayam, Depok, Jawa Barat, Tika, mengakui, implan satu batang jelas lebih efektif, efisien, dan praktis. Pemasangannya pun mudah. "Setiap bidan pasti bisa memasang alat KB implan ini. Implan satu batang lebih mudah dibanding dua batang atau lebih," ujarnya.
Ia menjelaskan, implan atau susuk KB adalah alat kontrasepsi berbentuk seperti tabung kecil sebesar korek api. Di dalamnya terkandung hormon progesteron yang akan dikeluarkan sedikit demi sedikit.
Alat kontrasepsi ini dimasukkan di bawah kulit pada bagian lengan atas. Tidak terlihat dari luar, tapi masih dapat diraba.
Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Nurdadi Saleh menyatakan, saat ini jumlah penduduk ASEAN mencapai sekitar 600 juta jiwa. Hal itu akan menimbulkan efek negatif bagi kehidupan sosial dan pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah Indonesia mengevaluasi program KB dengan melihat tingkat tren angka kelahiran (TFR) dalam kurun waktu 10 tahun terakhir masih mencapai 2,6. Angka ini jauh dari target pemerintah sebesar 2,1. "Jika tren ini tidak berubah maka prediksinya tahun 2030 jumlah penduduk Indonesia bisa mencapai 300 juta jiwa," katanya.
Nurhadi mengatakan, salah satu langkah yang bisa dilakukan dengan memberikan pemahaman tentang metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP), seperti implan dan IUD yang dinilai lebih efektif dibanding pil dan suntik. Upaya ini dibutuhkan agar pemerintah dapat mencapai kewajiban internasional pada Millennium Development Goals (MDGs) 2015, yakni menekan angka kelahiran dan kematian ibu melahirkan. rep:Indah wulandari ed:khoirul azwar