Perubahan pola iklim dan cuaca membuat Demam Berdarah Dengue (DBD) ikut merata sebarannya. Kesadaran hidup sehat tetap menjadi kunci pencegahannya.
Pusat penelitian perubahan iklim atau Research Center Climate Change (RCCC) Universitas Indonesia dalam laporan penelitiannya membuat peta kerentanan penyebaran DBD. Ternyata ada perluasan wilayah rentan, terutama di daerah Sumatra Barat dan Jawa Timur. Peningkatan penyakit tersebut berbanding lurus dengan peningkatan curah hujan.
"Peta kerentanan ini akan dijadikan dasar bukti untuk ditindaklanjuti dengan peningkatan kapasitas kesehatan dan masyarakat desa," kata pejabat Direktorat Penyehatan Lingkungan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes Sonny P. Warouw, saat seminar Adaptasi Perubahan Iklim Sektor Kesehatan, pekan lalu.
Peta ini melengkapi data World Health Organization (WHO) bahwa DBD erat kaitannya dengan tingkat curah hujan. Peningkatan curah hujan menyebabkan tempat berkembang biak nyamuk semakin banyak, sehingga kejadian penyakit juga jadi semakin tinggi. Tak ayal, dilaporkan lebih dari 2,5 miliar orang dari dua perlima populasi dunia saat ini berisiko terinfeksi virus dengue.
Sonny mengungkapkan, pemetaan bertujuan kesiagaan pemerintah dan masyarakat terhadap perubahan iklim yang membawa dampak pada perubahan pola DBD. Lantaran cuaca dan air merupakan faktor penting dalam siklus hidup nyamuk pembawa penyakit.
biasanya, hujan yang datang tiba-tiba dapat menyebabkan tempat berkembang biak nyamuk semakin banyak, sehingga kejadian penyakit juga jadi kian tinggi. Akan tetapi, cuaca hujan yang ekstrem akibat perubahan iklim, tidak jarang mengakibatkan banjir. Kondisi ini semakin memperparah penyebaran lantaran telur nyamuk akan terbawa arus air ke wilayah yang lebih luas.
"Waktu banjir, itu biasanya DBD malah tidak ada karena dia terbuang, tergelontor. Tapi, begitu dia mulai pancaroba beberapa minggu kemudian itu nyamuknya tambah banyak," paparnya.
Telur nyamuk yang hanyut akibat banjir ke daerah kering dapat bertahan selama tiga bulan dalam keadaan tidak aktif. Namun, saat kemudian ada air, nyamuk dapat menetas dengan napsu makan yang tinggi.
Faktor suhu juga berperan dalam penyebaran nyamuk. Ukuran nyamuk sekarang relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga jangkauan terbangnya semakin jauh. Dengan jangkauan terbang yang lebih jauh, nyamuk dapat menyebar ke wilayah yang lebih luas. Nyamuk juga akan mencapai tempat yang sesuai dengan kenyamanannya.
Naik turunnya siklus perkembangan nyamuk juga terpantau di wilayah Jakarta belakangan ini. Kendati angka kasus DBD yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jakarta sudah menurun. Medio Januari hingga April 2014, angka kasus DBD di Ibu Kota ini sempat mencapai sekitar 1.250 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dien Emmawati mengungkapkan, angkanya sempat lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu. Pada Maret dan April 2014 angka DBD meningkat karena pada saat itu kondisi Jakarta tengah dilanda banjir. Sehabis banjir surut, air yang menggenang di mana-mana menjadi tempat favorit nyamuk bersarang.
Menjelang Agustus, jumlah kasus sudah kembali normal meski belum hilang sepenuhnya. "Tidak bisa hilang total, memang Jakarta endemis DBD. Nyamuk akan selalu ada, kasus juga akan terus ada," ujar Dien.
Evaluasi fogging
Pengamat epidemologi Fakultas Kesehatan Masyarakat UI Yunis Miko Wahyono telah meneliti intervensi pemberantasan nyamuk DBD. Ia melakukan pendekatan kontekstual dengan melibatkan 20.902 sampel dari 265 kabupaten/kota di Indonesia.
Yunis membuktikan bahwa perlu dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan metode fogging dan larvasida. Penggunaan obat antinyamuk individual turut terbukti memiliki efek dan kontribusi paling besar dalam menurunkan kejadian DBD di Indonesia.
"Hasil penelitian yang saya lakukan terhadap pola penggunaan obat antinyamuk di Jakarta dan Depok tahun 2013 dengan mengukur pengetahuan, sikap, dan praktik penggunaan obat antinyamuk di masyarakat ternyata signifikan dalam menekan serangan nyamuk," ujar Yunis.
Berdasarkan fakta bahwa keberadaan nyamuk tidak bisa benar-benar dihilangkan. Satu-satunya cara hanya dengan mengendalikan populasi nyamuk melalui program pemberantasan sarang nyamuk.
Selain program PSN dengan menguras bak mandi, mengubur sampah tempat tergenangnya air, dan menutup tempat penampungan air, perlu juga dilakukan penambahan aksi berupa fogging dan pemakaian obat nyamuk secara individual.
"Wawasan mengenai DBD dan cara penularannya tetap perlu terus disampaikan kepada masyarakat," ujar Yunis.
Peningkatan wawasan tersebut bisa membuat masyarakat kian sadar terhadap penggunaan insektisida yang berefek besar menekan angka penderita DBD dibanding fogging dan larvasida. rep:indah wulandari Ed:khoirul azwar