Senin 22 Sep 2014 12:00 WIB

Risiko Salah Mengonsumsi Susu

Red: operator

Susu sapi merupakan minuman yang paling umum menyebabkan alergi pada bayi.

Susu bernilai nutrisi tinggi dengan kandungan zat gizi sangat penting untuk tubuh. Kandungan dalam susu meliputi: protein, lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan sejumlah enzim.

Kandungan ini sangat  bermanfaat untuk proses pembentukan tulang, gigi, dan otot. Susu juga berkhasiat mengatasi insomnia dan gangguan pencernaan. Namun, meskipun segudang manfaatnya, bukan berarti susu tidak bisa mendatangkan penyakit. Susu malah bisa menjadi racun  kalau cairan yang dikonsumsi  ini kedaluwarsa.  Kandungan nutrisi lengkap pada susu  kedaluwarsa membuatnya mudah ditumbuhi bakteri perusak. Terutama untuk susu cair, di suhu 4-7 derajat Celcius susu hanya bisa bertahan antara empat sampai tujuh hari.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:saludtoday.com

"Susu itu nutrisinya banyak, tapi daya simpan cepat rusak karena ada bakteri yang tumbuh di suhu dingin, yaitu bakteri pseudomonas," ujar peneliti dari Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Tatik Khusniati.

Menurut dia,  mengonsumsi susu yang telah lewat kadaluarsa sangat berbahaya. Pasalnya, akan sulit diketahui mikroba apa saja yang sudah tumbuh di dalamnya.

Dosen Jurusan Gizi, Piliteknik Kesehatan Jakarta, Marzuki Iskandar mengaku, belum menemukan kasus keracunan karena mengonsumsi susu kedaluwarsa. Namun, yang jelas, kata dia, hal ini sangat berisiko. "Gejala paling mungkin diare, kepala pusing, keluar keringat dingin," papar dia.

Karena itu, ia menyarankan agar lebih berhati-hati dalam membeli susu. Masyarakat diminta  untuk memilih susu yang diproduksi perusahaan terkenal dan tidak membeli susu yang tidak berlabel. Sebab, susu tak berlabel biasanya tidak tertera informasi mengenai tanggal produksi dan kadaluwarsa.

Guna menghindari kemungkinan keracunan, susu sebaiknya diminum sesegara mungkin begitu diseduh. "Jangan tunggu sampai empat  jam."

Namun, apabila sudah telanjur mengonsumsi susu yang jelek kualitasnya atau kedaluwarsa, ahli gizi ini menawarkan solusinya, yakni  segara meminum air putih sebanyak mungkin. Selain itu, baik pula untuk mengonsumsi vitamin C dari buah. "Air putih fungsinya untuk melarutkan, kalau buah  baik untuk menetralisasi," ujarnya.

Sebenarnya, Marzuki melanjutkan, susu yang berkualitas juga  bisa menimbulkan masalah. Terutama untuk bayi yang punya alergi susu dan penderita lactose-intolerance.

Berdasarkan survei US Food Allergy, susu sapi merupakan minuman yang paling umum menyebabkan alergi pada bayi. Survei ini menemukan sebanyak  tiga persen bayi di negara maju telah merasakan pengaruhnya.

Gejala alergi susu sapi pada bayi akan terlihat melalui beberapa ciri. Diare, muntah, gangguan pernapasan, dan  gangguan kulit disebutnya sebagai efek dari alergi susu sapi.

Alergi pada susu, khususnya susu sapi, terjadi karena kurangnya asupan air susu ibu (ASI) pada bayi. ASI dalam hal ini berperan membangun daya tahan tubuh. Sementara, penyebab alergi susu sapi terkait dengan sistem kekebalan tubuh.

Sistem imun bereaksi menyimpang terhadap protein yang terkandung dalam susu sapi. Sistem ini menganggap protein pada susu sapi adalah zat berbahaya. Akhirnya muncul gejala tersebut, karena sistem imun melakukan perlawanan pada protein susu. "Makanya, pemberian susu formula itu baiknya jika bayi sudah berumur  enam bulan, sebelumnya harus minum ASI eksklusif," tambah Marzuki.

Sayangnya tidak semua bayi beruntung mendapatkan ASI, lantaran  ASI ibu  tidak lancar maupun sebab lain. Jika hal ini terjadi, ia menyarankan agar sang ibu berkonsultasi ke dokter untuk mencari alternatif.

Nutrisi alternatif

Marzuki  menjelaskan, sumber nutrisi tidak hanya didapat dari susu. Orang tua bisa membuat bubur dari beberapa bahan makanan, seperti beras atau kacang-kacangan. Susu kedelai juga bisa dikonsumsi, namun  perlu tambahan sumber protein dari hewani, seperti ekstrak ayam, daging, atau ikan.

Sementara untuk penderita lactose-intolerance, Marzuki menjelaskan, hal ini sebagai ketidakmampuan untuk mencerna laktosa. Laktosa dalam usus halus seharusnya bisa diubah menjadi galaktosa dan glukosa sebelum diangkut ke dalam tubuh untuk metabolisme lebih lanjut. Penyebabnya, si penderita tidak mampu memproduksi enzim beta-galaktosidase oleh sel epitel usus halus.

"Ia secara alami tidak bisa mencerna, biasanya kasusnya sejak kecil tidak terbiasa minum susu formula, tubuhnya jadi tidak terbiasa memproduksi laktase," ujar Marzuki.

Bagi penderita lactose-intolerance, produk fermentasi susu sangat baik. Sebab, sebagian besar laktosa sudah dipecah oleh bakteri asam laktat sehingga kandungan laktosanya rendah. Selain itu, penderita bisa membiasakan diri untuk meninum susu secara perlahan.  rep:c69 ed:khoirul azwar

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement