Hati-hati bagi yang berusia lanjut. Golongan ini sangat berisiko terkena banyak penyakit karena daya imunitas yang melemah.
Salah satu infeksi virus yang sering dialami manusia lanjut usia (manula) adalah herpes zoster (HZ). Risiko ini mulai meningkat ketika menginjak umur 50 tahun.
Nyeri pascaherpes zoster (NPH) adalah salah satu komplikasi paling umum dari HZ. Komplikasi ini dapat menimbulkan penderitaan luar biasa bagi pasien usia lanjut.
Foto:dharmausadhahospital.com
"Reaktivasi HZ pada orang tua 10 kali lebih tinggi dibanding usia muda," tutur Medical Affairs Director MSD Indonesia Suria Nataatmadja, dalam seminar bertajuk 'Lansia dan Nyeri Oasca Herpes, Cegah dari Sekarang, di Jakarta, pekan lalu.
HZ adalah penyakit yang disebabkan aktifnya kembali virus varisela, virus yang dulunya pernah menyerang dalam bentuk cacar air. Herpes ini berciri adanya ruam dan rusaknya jaringan (lesi) kulit disertai nyeri hebat.
"Kalau sudah pernah terpapar varisela (cacar air), ia berpotensi kena HZ besoknya," kata Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Edy Rizal Wahyudi.
Sejauh ini, sebanyak 98 persen orang pernah terinveksi virus varisela. Hal ini menjadikan satu dari tiga orang di Indonesia berisiko terkena HZ semasa hidunya. Sayangnya, hingga kini belum diketahui pemicu utama mengapa varisela dapat kembali aktif.
Namun, Edy menjelaskan, kondisi itu sebagai akibat dari menurunnya kekebalan tubuh. Semakin menua usia seseorang respons imun tubuh terhadap pertahanan infeksi kuman dan virus semakin melemah.
Situasi di atas menjadikan lansia lebih mudah terkena inveksi. Bahkan, sering kali disertai komplikasi yang lebih berat dibanding usia muda, termasuk NPH. Bila telanjur terinveksi, hal ini semakin menyulitkan dalam pengendaliannya. "Pada akhirnya akan meningkatkan angka kesakitan dan kematian kelompok ini," tambahnya.
Edy menerangkan, NPH meningkat 27 kali lipat pada umur 50 tahun ke atas. Sementara di atas 60 tahun, risiko kembali meningkat hingga 40 persen. "Walaupun mendapat terapi antivirus, NPH tetap terjadi pada 10-20 persen pasien HZ," paparnya.
Nyeri NPH sendiri, dijelaskan oleh neurolog RS Graha Kedoya, Andradi Suryamiharja, sebagai tingkat nyeri akut. Nyeri ini muncul akibat virus varisela menyerang pada sistem saraf tertentu. Akibatnya, lokasi ruam akan muncul bergantung pada lokasi dermatom sarafnya.
Dari sisi psikologis, NPH bisa menjadikan depresi, gelisah, dan tekanan emosional. Penderita biasanya sulit untuk konsentrasi dan kurang percaya diri. Hal itu menimbulkan turunnya kualitas hidup si penderita.
Untuk pencegahannya, mengubah gaya hidup sangat dianjurkan. Dengan rajin berolahraga dan mengonsumsi makanan bergizi akan meningkatkan imunitas seseorang. "Pencegahan adalah cara paling efektif," tegas dia.
Pada dasarnya pengobatan terhadap NPH tidaklah mudah. Hanya sedikit yang dilaporkan merasakan keberhasilan pengobatan. Saat ini, pencegahan melalui vaksinasi HZ atau Zostavax telah tersedia. Selain akan menurunkan kejadian HZ, dengan mencegah maka mengurangi NPH serta beban dan biaya kesehatan akibat penyakit ini. rep:c69 ed:khoirul azwar