REPUBLIKA.CO.ID,
Bagi sebagian orang, mengobati mata dengan obat tetes merupakan kesulitan bila dilakukan sendiri. Tetesan obat sering tidak jatuh ke mata yang harus diobati. Biasanya, obat justru menetes ke area sekitar mata. Karena itu, umumnya meneteskan obat ke mata sering kali dengan bantuan orang lain.
Berkat dua siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Islam Kudus, Jawa Tengah, kesulitan tersebut bisa diatasi hanya dengan peralatan sederhana yang mereka hasilkan. Izza Aulia Putri Purwanto yang duduk di kelas IV SDIT Al Islam berkolaborasi dengan Hanun Dzatirrajwa, siswa dari SD IT Bina Amal Semarang dalam menghasilkan penemuannya itu.
Ide kreatif tersebut menghasilkan pembuatan alat bantu untuk pemakaian obat tetes mata menggunakan bahan sederhana dan mudah didapat. Dengan rakitan alat tersebut, kedua siswi SD itu mendapati bahwa mereka berhasil meneteskan obat mata tepat ke sasarannya.
Izza yang didampingi Hanun mengungkapkan, ide awal membuat alat bantu tetes mata berawal dari kebiasaan Hanun menggunakan obat tersebut. "Karena sering tidak mengenai sasaran maka muncul ide untuk menggunakan alat bantu cermin dan penerangan," ujarnya, pekan lalu.
Dalam membentuk idenya itu menjadi sebuah alat yang bisa digunakan, Izza mengaku kesulitan. Kkarena itu, dia mengajak saudaranya yang juga siswi SD untuk berkolaborasi membuat alat tersebut. Hanum itulah saudaranya Izza.
Akhirnya, kata dia, setelah melakukan beberapa kali percobaan, ditemukan bahan yang cocok untuk disusun menjadi alat bantu untuk pemakaian obat tetes mata. Untuk mendapatkan alat tersebut, Izza dan Hanum membutuhkan cermin cembung mini yang biasa dipakai di mobil, tutup botol minuman, dan lampu LED. Lampu dipakai dalam rakitan tersebut untuk memudahkan seseorang meneteskan mata dengan obat dalam kondisi ruangan atau sekitarnya gelap.
Dengan alat sederhana dan berukuran kecil tersebut, penderita sakit mata bisa menggunakan obat tetes mata tanpa memerlukan cermin yang besar maupun bantuan orang lain. "Biaya untuk membuatnya cukup murah karena hanya menghabiskan uang sekitar Rp 13.500," kata Izza.
Menurut Wakil Kepala SDIT Al Islam Kudus Novita Kristianti di Kudus, Jumat, perlombaan yang diikuti Izza dan Hanum bukan atas nama sekolah. Keduanya mengikuti perlombaan mandiri. Jadi, sekolah hanya sebatas mendapatkan pemberitahuan saat mereka akan ikut perlombaan National Young Inventors Award 2015 yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada Agustus 2015.