Pernah mendengar istilah stroke mata? Penyakit ini memang tidak begitu banyak dikenal atau diketahui oleh masyarakat. Soalnya, selama ini orang lebih banyak mengenal stroke yang terjadi karena pecahnya pembuluh darah di otak akibat penyumbatan di dalamnya.
Jadi, sebenarnya apa sebenarnya stroke mata itu? Dokter subspesialis retina yang juga ketua Vitreoretina Service di Jakarta Eye Center (JEC), dr Elvioza SpM (K), menjelaskan, salah satu bagian terpenting pada mata adalah retina di bagian dalam bola mata. Di dalamnya terdiri dari saraf mata yang bertanggung jawab terhadap fungsi penglihatan.
Dalam retina ini terdapat pembuluh darah. Pembuluh darah arteri mengalirkan darah dari luar (jantung) ke dalam retina. Di dalamnya juga ada pembuluh darah vena (pembuluh darah balik) yang mengalirkan darah dari retina ke luar (jantung).
Kalau diibaratkan, kata dia, retina seperti bagian otak kita yang menonjol keluar. Apalagi, pembentukan retina sama dengan pembentukan otak dalam kandungan. Fungsi sel dan sebagainya sama persis dengan otak, bahkan kondisi retina menggambarkan kondisi kepala.
"Retina fungsinya sebagai sensor yang menangkap sinar yang masuk ke dalam mata dan meneruskan ke otak," jelasnya dalam kelompok diskusi tentang gangguan pada retina di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Kedua pembuluh darah pada retina ini bisa saja terjadi sumbatan karena beberapa faktor. Pembuluh darah itu pun bisa pecah. Inilah yang disebut stroke mata. "Gejalanya sama dengan stroke. Mekanisme yang sama ini bisa terjadi di mata, maka disebut stroke mata. Pembuluh darah yang masuk maupun keluar tersumbat," kata Elvioza menambahkan.
Stroke pada mata, lanjutnya, merupakan kondisi pasokan darah ke mata yang terputus akibat sumbatan atau pecahnya pembuluh darah, baik pada pembuluh darah arteri maupun vena. Karena itu, fungsi penglihatan penderita stroke menjadi terganggu. Daya lihat menurun, bahkan penglihatan menjadi hilang dan gelap tanpa disertai rasa sakit. Keadaan itu bisa terjadi secara tiba-tiba.
Beberapa faktor penyebab penyakit ini adalah hipertensi (darah tinggi), diabetes melitus (kencing manis), penyakit kardiovaskular (jantung dan lainnya), hiperkolesterol (kolesterol darah tinggi), genetik, usia (di atas 50 tahun), kelainan darah (gangguan pembekuan darah), rokok (merokok membuat pembuluh darah kaku dan keras sehingga mudah terjadi sumbatan), kontrasepsi hormonal (pil kb karena darah lebih kental), dan kehamilan.
"Kalau punya semua faktor risiko itu, stroke mata bisa terjadi. Semakin banyak faktor risikonya, potensi terkena stroke mata semakin besar, bahkan bisa mengarah pada stroke otak juga," jelasnya.
Jika stroke ini dibiarkan, kata dia, kerusakan pada retina meluas dan penurunan pada tajam penglihatan secara permanen sampai kebutaan. "Ini bergantung pada tingkat keparahan stroke, terutama kalau stroke luas gangguan penglihatan luas juga," ujarnya.
Tak hanya itu, stroke mata bisa menyebabkan komplikasi, seperti glaukoma neovaskular (tekanan bola mata kencang), serangan berulang pada mata yang sama, bahkan serangan pada mata sebelahnya.
Sumbatan pembuluh mata juga bisa menyerang pada organ lain, seperti otak, ginjal, dan jantung. "Ini terjadi jika faktor risiko tidak terkontrol dengan baik. Karena itu, kita harus mengontrol faktor risiko tersebut untuk mencegahnya," ujar konsultan oftalmologi umum dan retina di RS Mata JEC ini.
Pengobatannya sulit dilakukan. Karena itu, menurut spesialis internis dan gastroenterologis dr Ari Fahrial Syam, stroke mata bisa dicegah dengan cara yang sama dengan pencegahan semua stroke secara umum. "Stroke merupakan non-communicable disease yang bisa dicegah," katanya.
Pencegahannya dengan mengendalikan semua risikonya, seperti hipertensi, diabetes melitus, dan kolesterol serta mengurangi konsumsi gula dan garam. Selain itu, berhenti merokok dan alkohol, melakukan olahraga yang teratur, juga banyak makan sayur dan buah. "Perhatikan makanan dan minuman yang kita konsumsi," ujarnya.
Meski sulit ditangani, stroke mata bisa diatasi. Elvioza mengatakan, terapi untuk stroke mata adalah medikamentosa (obat-obatan) untuk pemicu strokenya. Selain itu, obat-obatan lainnya yang diperlukan adalah pengencer darah, vitamin, dan antioksidan. Stroke mata juga bisa diatasi dengan terapi bedah (laser atau vitrektomi) dan rehabilitasi agar tidak mengganggu produktivitas orang di sekitarnya. rep: Desy Susilawati, ed: Dewi Mardiani