Rabu 10 Aug 2016 14:00 WIB

Waspada, Keganasan Mengintai Anak-Anak

Red:

Anak-anak dalam masa pertumbuhan perlu mendapatkan perhatian utama, terutama masalah kesehatannya. Sebab, setiap anak yang sedang dalam pertumbuhan sangat rentan terkena berbagai macam penyakit, tak terkecuali penyakit yang ganas dan mematikan, seperti kanker darah atau leukemia.

 

Penyakit ini merupakan salah satu jenis kanker yang paling banyak menyerang anak-anak setelah kanker mata atau retinoblastoma. Namun, tak hanya anak-anak, orang dewasa pun masih kemungkinan besar terkena leukemia, baik melalui faktor genetik maupun penyebab lain.

 

Menurut spesialis kanker anak, dr Edi Setiawan Tehuteru SpA, hingga kini penyebab pasti leukemia masih belum diketahui. Secara garis besar, Edi juga mengungkapkan leukemia sejatinya merupakan kanker jenis cair yang terletak di sumsum tulang.

 

Jika dipersentasekan, kematian leukemia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Rumah Sakit Kanker (RSK) Dharmais di Jakarta cukup besar, yaitu mencapai 20-30 persen dari seluruh kanker pada anak periode 2006-2010. Jumlah ini cukup besar dan harus menjadi perhatian penting bagi seluruh lapisan masyarakat, dokter, keluarga pasien, dan juga pemerintah.

 

"Sumsum tulang merupakan pabrik sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Kanker bisa membuat kadar leukosit dalam darah menjadi rendah, juga bisa membuat eritrosit dan trombosit dalam darah menurun. Dengan kondisi tersebut, leukemia tidak bisa dihindari lagi," kata Edi saat dihubungi Republika di Jakarta, beberapa waktu lalu.

 

Hanya, pada leukimia tidak mengenal istilah stadium seperti kebanyakan kanker jenis padat lainnya. Bahkan, setelah selesai pengobatan leukemia, pasien masih tetap berisiko mengalami kekambuhan. Untuk itu, Edi mengimbau agar orang tua perlu mewaspadai tanda dan gejalanya agar penyakit tersebut dapat segera ditangani dan diobati secara tuntas.

 

Salah satu gejala yang paling umum dijumpai adalah dominannya sel darah putih di dalam darah. Kelebihan sel darah putih ini otomatis akan menyebabkan penurunan sel darah merah (eritrosit). "Rendahnya kadar eritrosit dalam darah inilah yang bisa membuat wajah anak terlihat pucat. Sementara, gejala lain biasanya anak sering mengalami demam yang tidak jelas, tanpa sebab," kata dia.

Selain itu, gejala lainnya adalah sesekali terjadi pendarahan, seperti mimisan, pendarahan di gusi, dan kulit. Anak juga terlihat lemas dan nafsu makan menurun. Jika sudah menyebar ke organ lain, kanker bisa menyebabkan pembesaran kelenjar hati, limpa, dan getah bening. Sering juga terasa nyeri tulang, pembesaran testis, hingga kejang dan menurunnya kesadaran," katanya.

 

Meski begitu, terkadang leukemia juga tidak memiliki tanda maupun gejala khas yang sudah disebutkan tadi. Namun, kata Edi, apabila salah satu gejala ini muncul, seharusnya orang tua segera membawa anaknya ke dokter. Dengan begitu, kemungkinan anak untuk sembuh juga jauh lebih tinggi.

 

Tak hanya leukemia, menurut spesialis onkologi dan radiasi RSCM Prof Dr dr Soehartati Gondhowihardjo, segala jenis kanker apa pun apabila gejalanya dapat ditemukan sejak dini, kemungkinan untuk sembuh juga akan semakin tinggi. Salah satu jenis penanggulangan dan pencegahan kanker yang dapat dilakukan oleh setiap individu, baik orang tua maupun masyarakat awam, adalah dengan menyebarluaskan informasi mengenai tanda dan gejala kanker.

 

"Kita patut mencurigai perubahan fisik yang ada di tubuh, terutama jika perubahan itu semakin menjadi-jadi dan sulit sembuh. Harapan itu masih ada bagi mereka yang mau menggali informasi. Bersyukur jika tanda yang dicurigai bukanlah kanker. Tapi, kalau ternyata memang kanker, setidaknya kita sudah mengetahui hal itu sejak awal sehingga pengobatannya juga akan jauh lebih mudah," katanya saat ditemui di gedung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Jumat (29/7).

 

Deteksi dini kanker ini, lanjutnya, berguna tidak hanya untuk mencegah kanker menyebar ke bagian tubuh lain, tapi juga untuk tetap mempertahankan kualitas hidup pasien. Pasien kanker juga harus senantiasa dijaga kondisi psikologisnya agar selalu stabil. "Mereka juga harus berpikiran positif dan mengelola stres sebab stres dapat meningkatkan jumlah sel kanker dalam tubuh pasien."

Hal yang tak kalah penting lagi adalah pasien kanker pun harus selalu mendapatkan dukungan penuh dari keluarga. Tujuannya agar pasien terus bersemangat meski serangkaian terapi mungkin sangat menyakitkan. Dukungan ini juga berguna untuk membantu proses pemulihan penyakit pasien dengan lebih cepat.    rep: Aprilia Safitri Ramdhani, ed: Dewi Mardiani

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement