Data pada 2014 menunjukkan penyebab kematian tertinggi atau terbanyak adalah stroke, penyakit jantung dan pembuluh darah, serta diabetes. Ketiga penyakit ini termasuk penyakit kronis, yakni penyakit yang timbul perlahan-lahan.
"Ini penyakit yang tidak mungkin tiba-tiba datang. Penyakit ini memerlukan waktu terjadinya penyakit," ujar spesialis gizi klinis dr Stella E Bella M Gizi SpGK di Jakarta, pekan lalu.
Disebutkannya, dulu diabetes dialami pasien berusia 60 tahunan, tapi sekarang mulai banyak kasus diabetes muncul di usia 40 tahunan. Begitu juga dengan stroke dan penyakit kardiovaskular.
Penyakit kronis ini menyebabkan gangguan fungsi tubuh, bahkan berujung kematian. Pasien penyakit kronis ini akan sembuh, tapi ketika sudah pulang, tidak bisa melakukan apa pun atau ada fungsi organ lainnya yang terganggu.
Sumber penyebab penyakit kronis adalah gaya hidup tidak sehat. Misalnya, pilihan makan yang tidak tepat, di tengah tingkat stres yang tinggi, pagi tak sarapan, makan dari membeli di restoran, dan lain-lain. "Bukan hanya itu, waktu olahraga pun tidak ada, pergi pagi pulang malam. Jalan sedikit saja malas karena panas. Kalau sudah begini, yang terjadi adalah obesitas, baik laki-laki mau pun perempuan," ujarnya.
Obesitas adalah fenomena dunia modern, akibat diet tinggi lemak dan kalori serta hidup kurang gerak. Kondisi makan berlebih, namun aktivitas kurang menimbulkan obesitas. Di Indonesia, kasus obesitas pada 2013 mencapai 17,7 persen atau naik dari 13,9 persen pada 2007. Pada perempuan, kasus obesitas pada 2007 baru 14 persen, tapi pada 2013 mencapai 32 persen.
"Obesitas adalah awal berbagai penyakit kronik. Obesitas, terutama obesitas sentral (perut) menyebabkan inflamasi dan mengganggu sensitivitas insulin dan berakhir pada diabetes. Lemak viseral atau lemak perut adalah sumber inflamasi dan memicu berbagai masalah kesehatan dan penyakit kronis," jelasnya.
Selain penyakit jantung dan diabetes, penyakit kronis lain yang disebabkan obesitas, di antaranya, sleep apnea, sakit pinggul, masalah lambung, hipertensi, nyeri lutut (osteoarthritis), dan sebagainya. Obesitas dapat dicegah dengan hidup sehat. Caranya, dengan makan sehat, cukup minum air, mengurangi stress, dan olahraga cukup.
Peranan serat
Terkait gaya hidup diet yang sehat, serat memiliki peran yang besar. Dalam tumpeng gizi, serat yang banyak terkandung di buah dan sayur ada di tingkat kedua untuk porsi yang harus diperbanyak setelah karbohidrat. Dalam sehari, minimal empat sampai lima porsi buah dan sayur. Dalam rekomendasi piring makan, sayur dan buah disarankan sebanyak 50 persen atau setengah piring yang dikonsumsi sebagai selingan sekitar pukul 10.00, 15.00, atau 16.00.
Asupan serat pangan di Indonesia direkomendasikan 10 sampai 13 gram per hari dalam 1.000 kkal dan 25 sampai 30 gram dalam 2.100 kalori. Untuk ibu hamil dan menyusui kebutuhannya lebih tinggi.
Jenis seratnya ada dua yang dikandung dalam sayur dan buah, yaitu yang terlarut dan tidak terlarut di air. Mekanismenya adalah serat yang masuk ke lambung dihancurkan sebelum masuk ke usus halus untuk diserap sari makanannya. Serat mengikat kolesterol, sehingga tidak akan diserap usus halus. Lalu, serat dan sisa makanan lainnya masuk ke usus besar untuk dibuang.
Selain mengenyangkan, menunda rasa lapar, dan mengikat kolesterol, serat berfungsi melancarkan proses buang air besar (BAB) dan menyeimbangkan kadar gula. "Makanan kaya gula sangat cepat meningkatkan kadar gula. Berbeda dengan serat, kadar gula akan naik perlahan. Jadi, tidak mudah lapar dan gula darah lebih stabil, sehingga mencegah diabetes dalam jangka panjang," jelas Stella.
Buah dan sayur juga kaya vitamin dan mineral, seperti vitamin A dan C. Fungsi vitamin A adalah untuk kesehatan mata, perbaikan mukosa dan epitel tubuh, serta mencegah kerusakan organ. Sedangkan, vitamin C merupakan antioksidan penangkal radikal bebas, antiaging, dan memperbaiki sel yang rusak.
Apakah serat dalam sayur dan buah bisa menjadi terapi suatu penyakit? Menurut Bella, serat tidak bisa untuk terapi, tapi hanya pendukung pengobatan yang membutuhkan makanan.
Masyarakat Indonesia yang mengonsumsi sayur dan buah baru mencapai 6,5 persen, sedangkan yang tidak sebesar 93,5 persen. Kondisi ini terjadi juga pada anak-anak. Hal itu, menurut psikolog keluarga Ayoe Sutomo, membuat orang tua dituntut untuk membiasakan anak-anaknya makan sayur dan buah sejak dini.
Ia mengatakan, anak tidak suka makan buah dan sayur karena tidak dikenalkan dan tidak dibiasakan orang tuanya. Bagi anak, rasa makanan sebenarnya sama saja. Jika dibiasakan sejak awal maka akan terbentuk dalam pikiran anak bahwa buah dan sayuran itu enak.
"Orang tua sering beralasan repot menyiapkan makanan dengan harus mengolah sayur dan buah," jelas Ayoe.
Bahkan, kata dia, ada anak yang trauma makan sayur dan buah karena cara memberikannya dipaksa. Akibatnya, anak mesti diterapi, terutama anak-anak berkebutuhan khusus yang tidak dapat mengonsumsi buah dan sayur yang keras. Karena itu, lanjutnya, orang tua dituntut membiasakan anak suka makan sayur dan buah serta dikenalkan dalam bentuk lain yang menarik. rep: Desy Susilawati, ed: Dewi Mardiani
***
Cara Pengenalan Makan Buah dan Sayur
• Kenalkan sejak dalam kandungan
• Biasakan menu sayur dan buah
• Orang tua memberi contoh di rumah maupun di luar rumah
• Ciptakan kreasi dari sayur dan buah agar menarik
• Berikan contoh dan pemahaman tentang pentingnya sayur dan buah
• Kenalkan perlahan pada anak yang tak suka sayur dan buah: Jus dan puding jadi alternatif
• Makan bersama dan suasana menyenangkan dengan menu sayur dan buah.