REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN — Gempa dengan kekuatan 6,3 skala Richter (SR) menggoyang Kaki, wilayah selatan Iran, Selasa (9/4). Sebanyak 37 orang kehilangan nyawa dan ratusan lainnya terluka. Gempa terjadi pada pukul 16.22 waktu setempat di kedalaman 10 km. Beruntung gempa tak mengusik fasilitas nuklir Bushehr yang berjarak 96 km arah tenggara dari Kaki.
Kepala Fasilitas Nuklir Bushehr Mahmud Jafari mengatakan bangunan tersebut tahan terhadap gempa hingga delapan SR. Bushehr dibangun dengan bantuan Rusia. “Tak ada kerusakan apa pun di Bushehr,” kata Gubernur Bushehr Fereidoun Hasanvand. Menurutnya, sebanyak 850 orang menderita luka, termasuk 100 orang yang harus dilarikan ke rumah sakit. Aliran listrik dan air untuk warga terputus.
Puluhan gempa susulan terjadi setelah gempa utama. Tim penyelamat bergerak ke lokasi, namun kegelapan sempat menghambat operasi mereka. Pemerintah provinsi mengerahkan generator untuk membantu penyelematan hingga malam hari. Sekitar 10 ribu warga tinggal di lebih 50 desa pada area yang terkena gempa. Dua desa rusak parah. Sebanyak 700 rumah rusak dan 200 keluarga jadi korban.
Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) menyatakan telah memperoleh informasi bahwa Bushehr tak rusak sedikit pun. Pun, tak ada radioaktif yang keluar. Ada indikasi bahwa IAEA puas mendengar keterangan dari Iran. Laporan lembaga pemikiran AS, Carnegie Endowment and the Federation of American Scientists, menyebutkan, reaktor Bushehr berada di persimpangan tiga lempengan tektonik.
Pembangkit nuklir di Iran itu memang tak berisiko mengalami tsunami, seperti pembangkit di Fukushima, Jepang, dua tahun lalu. Saat itu gempa yang terjadi di Jepang berkekuatan sembilan SR. Namun, menurut Carnegie Endowment, peringatan mengenai ancaman gempa terhadap Bushehr tak pernah memperoleh tanggapan serius.
Iran merupakan satu-satunya negara yang tak ikut dalam Konvensi Keselamatan Nuklir. Konvensi ini dibahas setelah terjadinya bencana nuklir di Chernobyl pada 1986. Malapetakan ini menimbulkan kontaminasi di wilayah tersebut dalam skala luas. Tak hanya itu, 160 ribu warga Ukraina kehilangan tempat tinggal akibat kejadian itu.
Di Rusia, Igor Mezenin, kepala lembaga negara yang menangani proyek Bushehr, mengatakan bahwa reaktor tak menghasilkan reaksi nuklir saat gempa terjadi. “Semua personel di fasilitas nuklir itu bekerja seperti biasa dan tak ada radiasi,” kata Mezenin, seperti dikutip kantor berita Rusia, ITAR-Tass. Seorang warga Bushehr menyatakan rumahnya dan rumah tetangganya bergetar akibat gempa, tapi tak ada kerusakan.
Pada Ahad lalu, gempa ringan juga sempat terjadi di Iran. Negeri ini terletak di lempengan seismik dan kerap mengalami gempa. Pada 2003 sekitar 26 ribu orang tewas akibat gempa berkekuatan 6,6 SR yang terjadi di Kota Bam. Pemerintah Iran menyatakan hari berkabung selama tiga hari. Selain itu, pemimpin spiritual Iran Ayatullah Ali Khamenei menyampaikan bela sungkawa kepada para korban.
Getaran gempa Kaki juga terasa di beberapa negara Teluk. Di antaranya, di Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA), dan Qatar. “Gedung tempat kami bekerja bergetar selama 30 detik. Kantor kami melakukan evakuasi,” kata Phil Stevens yang bekerja di lantai sepuluh sebuah gedung di Abu Dhabi, UEA, seperti dikutip laman berita BBC. n indah wulandari/c62/ap/reuters ed: ferry kisihandi