Senin 15 Apr 2013 01:30 WIB
Politik Palestina

Palestina Cari PM Baru

Perdana Menteri Otoritas Palestina, Salam Fayyad
Foto: IST
Perdana Menteri Otoritas Palestina, Salam Fayyad

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH - Presiden Palestina Mahmud Abbas akhirnya menerima pengunduran diri Perdana Menteri Salam Fayyad. Ia merespons surat yang diajukan pada Rabu lalu setelah melakukan pertemuan secara personal, Sabtu (13/4) malam. Presiden berterima kasih atas kerja Fayyad selama ini. Dalam kesempatan itu, Abbas meminta dia tetap menjalankan tugasnya hingga pemerintahan baru terbentuk.

Sejumlah pejabat menuturkan, Abbas diberi waktu selama dua pekan untuk memilih perdana menteri pengganti Fayyad. Seorang pejabat senior Fatah ragu Fayyad yang bertugas sejak 2007 mundur dari jabatannya. “Kita tak bisa menilai keseriusan langkah dia hingga presiden memilih perdana menteri baru,” katanya. Di sisi lain, Hamas menyambut baik keluarnya Fayyad dari pemerintahan di Tepi Barat.

“Fayyad meninggalkan pemerintahan setelah dia menenggelamkan rakyat kami dalam utang,” kata Juru Bicara Hamas Sami Abu Zuhri. Juru Bicara Hamas lainnya, Fawzi Bahroum, mengatakan, Fayyad dan pemerintahannya bekerja untuk melindungi kepentingan Zionis dan AS. Sejumlah pengamat menyatakan, perginya Fayyad dari pemerintahan bisa menjadi masalah bagi Abbas.

Terutama, saat Abbas berhubungan dengan komunitas internasional. Termasuk, upaya memulai kembali perundingan Palestina-Israel. Namun, langkah bersama Fayyad dan Abbas tak lagi bisa dipertahankan. Dalam beberapa waktu terakhir, hubungan keduanya tegang. Sebenarnya, tahun lalu perdana menteri menyatakan keinginan untuk mundur. Namun, Abbas berulang kali memintanya bersabar.

Ketidakcocokan di antara keduanya memuncak pada bulan lalu. Fayyad menerima pengunduran diri Menteri Keuangan Nabil Qassis yang mengatakan pemerintah gagal mengatasi defisit anggaran. Lalu, Abbas memangkas wewenang perdana menterinya itu. Langkah ini secara efektif membatas hak Fayyad untuk mengangkat dan memberhentikan para menteri kabinet.

Selain itu, Fayyad mengeluhkan Fatah, partai pendukung Abbas, yang selalu memandangnya sebelah mata. Sejumlah sumber yang dekat dengannya menuturkan, Fatah berusaha memperbesar kendali atas Palestina. Menurut mereka, Abbas juga tak memberikan dukungan cukup bagi sang perdana menteri dalam menjalankan tugasnya.

Selama ini, Fayyad mampu membangun hubungan baik dengan AS dan Barat. Ia berusaha mengatasi korupsi, menyelamatkan bantuan dana asing, dan mempersiapkan infrastruktur Palestina saat merdeka dari penjajahan Israel. Dengan dukungan ratusan juta dolar AS dari dana internasional, ia telah membangun jalan dan sekolah. Ia mempromosikan transparansi keuangan pemerintah.

“Perdana Menteri Fayyad kuat bagi komunitas internasional. Ia juga mendorong pertumbuhan ekonomi dan keamanan bagi warga Palestina,” kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS Caitlin Hayden. Meski demikian, reputasi Fayyad di Palestina memudar karena tak mampu mengatasi masalah ekonomi dalam negeri.

Terus naiknya harga barang, misalnya, berulang kali memicu aksi massa di jalanan. Ia juga tak mampu membereskan pengangguran. Bank Dunia mengungkapkan, tingkat pengangguran di Palestina hampir mencapai 25 persen. Masalah yang dia hadapi kian meningkat pada tahun lalu bersamaan dengan melambatnya bantuan internasional.

Secara terpisah, pemerintahan Hamas di Gaza mulai menangkapi orang-orang yang menjadi mata-mata Israel. Langkah ini ditempuh setelah masa amnesti selama sebulan berakhir pada Jumat (12/4). “Sejak Jumat, kami menangkap beberapa mata-mata,” kata Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Pemerintahan Hamas, Islam Shahwan, seperti dilansir Alarabiya. Mereka terancam hukuman mati.

Pada 12 Maret 2013, Hamas memberikan ampunan bagi mereka yang menyerahkan diri. Bahkan, mereka memperoleh santunan. Shahwan menyatakan, ada di antara mereka yang dengan sukarela mengakui perbuatannya, namun ada yang melarikan diri. n c62/ap/reuters ed: ferry kisihandi

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement