Senin 15 Apr 2013 08:10 WIB
PLN

Laba PLN Kembali Turun

Gedung PLN
Foto: Republika/Musiron
Gedung PLN

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PT PLN (Persero) mencatat penurunan laba bersih dalam tiga tahun terakhir. Pada 2012, laba PLN turun Rp 2,2 triliun disebabkan meningkatnya beban usaha dan selisih kurs.

Manajer Senior Komunikasi Korporat PLN Bambang Dwiyanto menyatakan, meski laba usaha naik 32 persen dari Rp 22,4 triliun menjadi Rp 29,5 triliun, laba bersih perseroan turun signifikan menjadi Rp 3,2 triliun. “Laba turun dari 2011 yang mencapai Rp 5,4 triliun,” ujarnya, Sabtu (13/4). Angka ini juga jauh menurun dari perolehan laba bersih pada 2009, yaitu Rp 10,3 triliun dan pada 2010 Rp 10,1 triliun.

Menurunnya laba bersih perseroan, menurut Bambang, disebabkan adanya selisih kurs. Transaksi perseroan yang menggunakan dolar AS tak sebanding dengan penjualan yang menggunakan rupiah. Alhasil, rugi selisih kurs meningkat sebesar Rp 4,1 triliun dari sebelumnya Rp 1,8 triliun.

Dari pinjaman, misalnya, PLN mencatat rugi kurs Rp 8 triliun. Kerugian tersebut meliputi utang sewa pembiayaan 42 persen, utang obligasi internasional 32 persen, utang bank sebesar 17 persen, dan liabilitas moneter lainnya (net off asset) sebesar enam persen.

Namun di sisi lain, selisih kurs yang besar tak terjadi pada pembiayaan dengan mata uang yen Jepang. Laba kurs malah naik Rp 3,9 triliun untuk utang sewa pembiayaan PLTU Tanjung Jati B dan utang penerusan pinjaman.

Penurunan laba bersih juga dipengaruhi meningkatnya beban usaha sepanjang 2012. Beban tercatat sebesar Rp 203,1 triliun atau meningkat sembilan persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 185,6 triliun. Peningkatan tersebut disebabkan tingginya konsumsi bahan bakar dan pelumas. Selain itu, naiknya pembelian tenaga listrik untuk memenuhi pertumbuhan permintaan listrik dari masyarakat.

PLN juga melaporkan kenaikan jumlah aset tidak lancar sebesar 15 persen dari Rp 409,5 triliun menjadi Rp 472,1 triliun. Hal ini disebabkan berjalannya proyek percepatan pembangkit listrik tahap I (FTP I). Sementara, aset lancar naik 18 persen dari Rp 58,2 triliun menjadi Rp 68,6 triliun. “Total jumlah aset perseroan pada 2012 sebesar Rp 540,7 triliun atau naik 16 persen dari Rp 467,7 triliun pada tahun 2011,” katanya.

Meskipun laba bersih menurun, PLN mencatat kenaikan pendapatan usaha sebesar Rp 232,7 triliun atau tumbuh 12 persen dari pendapatan usaha 2011 sebesar Rp 208 triliun. Sedangkan, biaya administrasi dan umum hanya naik 1,8 persen dari Rp 4,4 triliun, kini tumbuh Rp 5,2 triliun. Peningkatan disebabkan naiknya penjualan tenaga listrik. Terjadi penambahan jumlah pelanggan sebesar 3.900.104 dan penambahan volume penjualan sebesar 4.892 GWh.

Ekonom Econit Advisory  Hendri Saparini menyatakan, terdapat dua faktor utama turunnya laba PLN, yaitu rugi akibat selisih kurs dan peningkatan harga energi primer, minyak yang saat ini masih menjadi andalan utama bahan bakar listrik PLN. “Kerugian akibat selisih kurs berasal dari sisi pembelian energi primer dengan harga internasional yang mengalami koreksi,” ujarnya.

Apalagi, kata Hendri, konsumsi PLN terhadap BBM sebagai bahan bakar energi listrik terlampau tinggi. Tingginya pemakaian BBM PLN ini juga akibat mundurnya jadwal operasi pembangkit listrik batu bara. Hendri menilai, pemerintah sangat lamban merespons kebijakan energi untuk BUMN strategis, seperti perusahaan listrik dan pupuk.

Pengamat ekonomi Umar Juaro mengatakan, sejak tiga tahun lalu, banyak kalangan mengusulkan pemerintah untuk mengejar pengembangan kelistrikan menggunakan komoditas batu bara. Sayangnya, pemerintah lambat merealisasikannya. Di sisi lain, harga minyak dunia selalu mengalami fluktuasi dan kebutuhan BBM nasional untuk PLN teramat besar, sekitar 40 persen. “PLN mengimpor BBM dalam bentuk dolar AS. Harga BBM naik, namun rupiah melemah. Akibatnya, PLN rugi dua kali,” ujar Umar. n sefti oktarianisa, mutia ramadhani ed: fitria andayani

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement