Kamis 18 Apr 2013 08:22 WIB
Tragedi Gaza

Gaza Alami Kelangkaan Gas

Petani Palestina di Jalur Gaza
Foto: oxfam.org
Petani Palestina di Jalur Gaza

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Israel kembali menutup perbatasan yang membuat warga Gaza mengalami kelangkaan gas dan terpaksa tak bisa mengekspor komoditas herbal mereka. Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Jose Rizal Jurnalis menyatakan, penutupan Kerem Shalom berdampak kepada para relawan Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza. Mereka dan penduduk Gaza mengalami kelangkaan gas.

“Sudah sekitar sepekan gas tak mereka temui,’’ kata Jose Rizal, Rabu (17/4). Ia berharap keadaan ini tak berlangsung lama. Dengan demikian, baik warga Gaza maupun para relawan, tak lagi kesulitan mendapatkan gas untuk keperluan rumah tangga. Menurut dia, selama tak ada gas, para relawan kemungkinan menggunakan kayu bakar untuk memasak.

Menurut Jose Rizal, selama ini perbatasan Kerem Shalom digunakan untuk memasok minyak dan gas dari Israel. Perbatasan tersebut memang menghubungkan dua wilayah itu. Namun, kalau tetap saja berlangsung, ia meyakini para relawan dan warga Gaza akan mencari alternatif. “Bisa saja Hamas memasoknya dari Mesir,’’ katanya.

Mereka dapat menggunakan terowongan yang menembus ke Mesir atau melalui perbatasan Rafah yang menghubungan Gaza dan Mesir. Koordinator Pembangun RSI di Gaza, Edy Wahyudi, menyatakan penutupan perbatasan berlangsung sejak Senin (8/4) hingga Sabtu (13/4). Selanjutnya, dibuka hanya empat jam sehari. Ini menyebabkan gas langka.

Edy selalu berkomunikasi dengan Abu Ali sebagai pemilik pangkalan gas terbesar di Gaza soal kapan kelangkaan gas berakhir. Abu Ali telah menutup pangkalannya dan pangkalan yang kecil sudah tutup lebih dulu. “Dia tak bisa menjawab kapan kondisi seperti ini berakhir,’’ katanya seperti dikutip laman berita Mi’raj News.

Dalam beberapa hari ke depan, Edy menjelaskan, persediaan gas di dapur relawan akan habis. Ada 30 relawan yang mesti mendapatkan konsumsi makanan. Ia berpikir perlu alternatif pengganti gas untuk memasak di dapur umum relawan. Sayangnya, dia menambahkan, belum ditemukan bahan bakar lain. Hingga kurun satu bulan, perlu delapan hingga sembilan tabung gas 12 kg. Harga per tabungnya mencapai Rp 169 ribu.

Sementara, dua juta penduduk di Gaza membutuhkan gas sebanyak tujuh kontainer per hari. Bila satu kontainer menampung 21.800 kg gas, Gaza perlu 152.600 kg gas per harinya. Penutupan Kerem Shalom juga membuat warga Gaza tak bisa mengirim barang ekspor. Hasil panen produk herbal dan rempah mereka tak lagi dalam kondisi baik untuk dikirim ke Eropa.

Pada Oktober 2012, Israel mencabut larangan ekspor herbal dan rempah Gaza yang telah berlangsung lima tahun. Sejak itu, harapan memperoleh keuntungan kembali muncul. Mereka biasa menjual komoditas herbal dan rempah, di antaranya daun mint dan kemangi. Namun, Senin lalu, penutupan kembali berlangsung. Mereka merespons tembakan roket dari Gaza, awal April lalu.

Tak lama kemudian, Israel menutupnya berselang beberapa hari sebelum para petani melakukan panen. Akibatnya, saat mereka memanen dua ton daun mint dan satu ton kemangi, produk mereka tak dapat keluar Gaza. Dengan demikian, daun-daun itu tak segar lagi dan tak layak ekspor. “Ini sangat telat dan kami menyesal harus membuang hasil panen para petani,’’ kata Direktur Asosiasi Pertanian Gaza Jamal Abu Naja kepada Reuters, Selasa (16/4).

Persoalan perbatasan, jelas dia, mengancam proyek pertanian warga Gaza. Ia mengatakan, pencabutan larangan ekspor tahun lalu membuatnya mendorong petani memanfaatkan kesempatan itu. Ia menjelaskan, bagaimaan Eropa membutuhkan banyak herbal dan rempah-rempah. Para pedagang membeli setiap kilogram produk herbal itu sebesar 26 dolar AS.

Ini lebih besar dibandingkan penjualan di pasar dalam negeri yang hanya 0,27 dolar AS. Sejak Januari 2013, mereka berhasil mengekspor 15 ton rempah. Namun, hasil panen kali ini tak bisa mereka kirim dan akan dibakar jika sudah kering. Abu Naja mengatakan, daun mint tumbuh dalam kurun sebulan. “Jika Anda mengekspornya pada waktu yang tepat, Anda harus membakarnya,’’ katanya. n ichsan emrald alamsyah ed: ferry kisihandi

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement