REPUBLIKA.CO.ID, Industri penyiaran Indonesia hingga kini masih dianggap sebagai menara gading. Meskipun memiliki tanggung jawab besar kepada publik, industri ini masih terkesan jauh dari masyarakat. “Oleh karena itu, industri ini perlu lebih dekat kepada masyarakat,” ujar Ketua Umum Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) Erick Thohir pada Indonesia Broadcasting Expo (IBX) di Jakarta baru-baru ini.
Erick menambahkan, industri penyiaran nasional sering kali dilihat dari sisi negatif. Padahal, industri ini turut menyumbang pertumbuhan ekonomi. Industri penyiaran tanah air termasuk salah satu tetinggi di dunia. Apalagi, konsumennya paling banyak berada di bawah usia 50 tahun. Sehingga, bisnis ini sangat potensial.
Belum lagi, 85 persen pendapatan yang dihasilkan dari industri penyiaran kembali pada masyarakat dalam bentuk pajak dan sebagainya. Berbeda dengan lembaga penyiaran swasta asing yang mereka siaran di Indonesia tanpa bayar pajak.
Untuk mengatasi sentimen negatif ini, ATVSI menggelar IBX untuk pertama kalinya. Acara yang terselenggara atas kerja sama semua pemangku kepentingan penyiaran di tanah air ini menghadirkan berbagai kegiatan, seperti seminar, workshop, job fair, hiburan, dan pameran seputar dunia penyiaran.
IBX pun menjadi ajang pertukaran informasi dan pengetahuan antarpemangku kepentingan penyiaran, baik daerah, nasional, maupun mancanegara. Selain itu, memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai perkembangan mutakhir industri penyiaran di Indonesia.
Dalam acara tersebut, Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring juga mendeklarasikan Gerakan Masyarakat Sadar Media (Gemasada) secara nasional. Gerakan nasional ini bertujuan mengajak seluruh masyarakat agar dapat menyikapi perkembangan media serta memanfaatkannya secara baik dan benar.
Gemasada mengawal media agar senantiasa menjalankan fungsi informasi, pendidikan, hiburan yang sehat. Di samping melakukan kontrol sosial dan menjadi mitra masyarakat menuju Indonesia yang dicita-citakan bersama.
Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengharapkan, kegiatan IBX tahun ini dapat diselenggarakan secara berkelanjutan dan lebih berkembang lagi ke depannya. Selain itu, dia juga menginginkan agar acara tersebut memberikan manfaat bagi masyarakat. “Penyiaran harus bisa mencerdaskan masyarakat dan berperan aktif pada pertumbuhan ekonomi,” katanya.
Selain menggelar IBX, ATVSI juga berharap, industri penyiaran bisa didukung dengan peraturan perundang-undangan yang tidak saling salip. Sehingga, pelaku industri penyiaran, DPR, dan pemangku kepentingan lainnya harus mampu melahirkan aturan yang kondusif dan mendukung perkembangan industri ini secara maksimal.
Dengan begitu, industri penyiaran Indonesia bisa menghadapi persaingan yang semakin ketat dan besar, baik di Indonesia maupun di dunia. “Jangan sampai kita hanya menjadi sasaran pasar. Kita harus pula menjadi basis produksi industri penyiaran global, seperti halnya Korea dan Cina,” katanya. n fenny melisa ed : fitria andayani
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.