REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Orangtua terduga pelaku bom Boston mengaku anaknya telah diawasi Biro Investigasi Federal atau FBI sejak 2011. Mereka mengatakan FBI tahu setiap kegiatan anaknya.
"Saya mendengar sendiri mereka (FBI) mengatakan: “Kami tahu yang kamu baca, apa yang kamu minum, kamu makan, kemana kamu pergi," ujar Anzor Tsarnaev kepada kantor berita Rusia yang dilansir CNN, Sabtu (20/4).
Foto dua terduga pelaku bom Boston, Tamerlan Tsarnaev dan Dzhokhar Tsarnaev disebar FBI, Kamis lalu. Tamerlan tewas ditembak polisi dalam adu tembak pada Jumat dini hari. Sementara, Dzhokhar dibekuk petugas setelah persebunyiannya di sebuah perahu diketahui.
Anzor mengatakan, FBI mewawancarai anaknya untuk mencegah pemboman di jalan Boston. "Mereka menambahkan pengawasan rutin untuk mencegah bom di jalan Boston sehingga anak saya bisa pergi ke sekolah dengan aman," ujarnya.
Tsarnaev bersaudara merupakan warga Chechnya yang tinggal di Amerika sejak 10 tahun lalu. Mereka tinggal di wilayah Watertown, Massachucetts. Keluarga Tsarnaev berasal dari Republik Chechnya yang melarikan diri akibat perang di tanah air mereka pada 1990-an. Mereka pindah ke Rusia sebelum akhirnya tiba ke Amerika Serikat. Yang termuda, Djohar datang lebih dulu dengan orang tuanya. Anak yang lebih tua, Tamerlan awalnya ditinggal dengan dua saudara perempuannya.
Ibu dari terduga pelaku, Zubeidat Tsarnayeva mengatakan, FBI telah mengawasi Tamerlan tiga sampai lima tahun. "Mereka tahu apa yang dia lakukan, tempat yang dia kunjungi. Mereka mengikuti setiap geraknya, kemudian hari ini mereka mengatakan ini tindakan teroris," ujarnya.
Menurut Zubeidat, FBI takut kepada anaknya yang tertua karena dia adalah pemimpin. "Dan dia berbicara banyak tentang Islam," ujarnya.
Zuibedat membantah anaknya terlibat dalam peristiwa itu. Menurut Zuibedat, kedua anaknya itu tak pernah menyimpan rahasia darinya. “Sangat tidak mungkin mereka melakukan hal itu,” ujar Zuibenat dalam wawancara dengan Russian TV dan dilansir hlntv.com, Sabtu (20/4).
Zuibenat menuding pihak aparat kepolisian sengaja merekayasa kejadian itu untuk memojokkan anaknya. “Saya yakin 100 persen bahwa ini semua adalah jebakan,” ucapnya kepada Russia Today (RT).
Pada pemboman Boston, tiga orang tewas dan 170 orang lainnya terluka. Ada dua ledakan di dekat garis finis dalam lomba lari maraton Boston, 15 April 2013. nur aini/reuters/bbc/dailymail/c12 ed: syahruddin el-fikri
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.