Ahad 21 Apr 2013 13:45 WIB
Teror Bom Boston

Pelaku Bom Boston Diawasi FBI Sejak 2011

Ruslan Tsarni, paman Tamerland Tsarnaev dan Dzhokhar Tsarnaev, kedua tersangka dalam pengeboman Boston.
Foto: EPA
Ruslan Tsarni, paman Tamerland Tsarnaev dan Dzhokhar Tsarnaev, kedua tersangka dalam pengeboman Boston.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Orangtua terduga pelaku bom Boston mengaku anaknya telah diawasi Biro Investigasi Federal atau FBI sejak 2011. Mereka mengatakan FBI tahu setiap kegiatan anaknya.

"Saya mendengar sendiri mereka (FBI) mengatakan: “Kami tahu yang kamu baca, apa yang kamu minum, kamu makan, kemana kamu pergi," ujar Anzor Tsarnaev kepada kantor berita Rusia yang dilansir CNN, Sabtu (20/4).

Foto dua terduga pelaku bom Boston, Tamerlan Tsarnaev dan Dzhokhar Tsarnaev disebar FBI, Kamis lalu. Tamerlan tewas ditembak polisi dalam adu tembak pada Jumat dini hari. Sementara, Dzhokhar dibekuk petugas setelah persebunyiannya di sebuah perahu diketahui.

Anzor mengatakan, FBI mewawancarai anaknya untuk mencegah pemboman di jalan Boston. "Mereka menambahkan pengawasan rutin untuk mencegah bom di jalan Boston sehingga anak saya bisa pergi ke sekolah dengan aman," ujarnya.

Tsarnaev bersaudara merupakan warga Chechnya yang tinggal di Amerika sejak 10 tahun lalu. Mereka tinggal di wilayah Watertown, Massachucetts. Keluarga Tsarnaev berasal dari Republik Chechnya yang melarikan diri akibat perang di tanah air mereka pada 1990-an. Mereka pindah ke Rusia sebelum akhirnya tiba ke Amerika Serikat. Yang termuda, Djohar datang lebih dulu dengan orang tuanya. Anak yang lebih tua, Tamerlan awalnya ditinggal dengan dua saudara perempuannya.

Ibu dari terduga pelaku, Zubeidat Tsarnayeva mengatakan, FBI telah mengawasi Tamerlan tiga sampai lima tahun. "Mereka tahu apa yang dia lakukan, tempat yang dia kunjungi. Mereka mengikuti setiap geraknya, kemudian hari ini mereka mengatakan ini tindakan teroris," ujarnya.

Menurut Zubeidat, FBI takut kepada anaknya yang tertua karena dia adalah pemimpin. "Dan dia berbicara banyak tentang Islam," ujarnya.

Zuibedat membantah anaknya terlibat dalam peristiwa itu. Menurut Zuibedat, kedua anaknya itu tak pernah menyimpan rahasia darinya. “Sangat tidak mungkin mereka melakukan hal itu,” ujar Zuibenat dalam wawancara dengan Russian TV dan dilansir hlntv.com, Sabtu (20/4).

Zuibenat menuding pihak aparat kepolisian sengaja merekayasa kejadian itu untuk memojokkan anaknya. “Saya yakin 100 persen bahwa ini semua adalah jebakan,” ucapnya kepada Russia Today (RT).

Pada pemboman Boston, tiga orang tewas dan 170 orang lainnya terluka. Ada dua ledakan di dekat garis finis dalam lomba lari maraton Boston, 15 April 2013.

Dalami motif pelaku

Saat ini, FBI masih mendalami motif pelaku peledakan Bom Boston itu. FBI pernah mewawancarai Tamerlan Tsarnaev pada 2011 atas permintaan pemerintah asing. Dari penyelidikan itu, kata pihak FBI, tidak ada informasi tercela tentang Tamerlan dan Djohar Tsarnaev. FBI akhirnya menutup kasus ini karena tidak menemukan alasan untuk khawatir.

Otoritas AS dengan informasi intelijen terbaru mengatakan dua terduga pelaku bom Boston tidak memiliki kaitan langsung dengan kelompok Alqaidah atau afiliasinya. Mereka juga tidak terkait dengan teroris baru yang mengancam AS.

Sementara itu, Presiden AS Barack Obama menyampaikan penghargaan kepada pihak kepolisian setempat yang berhasil membekuk tersangka. “Penangkapan ini merupakan hal penting dalam mengungkap penyebab tragedi bom Boston,” ujarnya, seperti dikutip Reuters.

Obama menegaskan, masih banyak yang belum terjawab mengenai aksi pengeboman itu, termasuk apakah kedua pelaku itu mendapatkan bantuan dari pihak luar. Obama juga meminta publik untuk tidak terlalu cepat menebak motif kedua pelaku itu.

Charles King, seorang pakar Kaukasus di lembaga riset Wilson Center, mengatakan, walaupun kedua pelaku diketahui beretnis Chechnya, belum tentu keduanya sengaja melakukan pengeboman itu untuk menyerang AS. “Ada banyak hal motif pelaku. Tidak bisa hanya melihat kesukuannya,” ujar dia.

Kepolisian setempat dibantu FBI, SWAT, dan ATF, membekuk Djohar yang bersembunyi dalam sebuah perahu milik David Hanneberry. Sempat terjadi baku tembak antara pelaku dengan petugas hingga akhirnya Djohar menyerahkan diri usai bersimbah darah di tubuhnya.

Polisi pun langsung merilis penangkapan itu ke publik. "Tertangkap. Pengejaran berakhir. Pencarian selesai. Teror selesai dan keadilan menang. Terduga ditangkap," tulis akun twitter polisi Boston dilansir Reuters. Saat ini, Djohar dirawat di rumah sakit terdekat di wilayah Boston dengan pengawasan ketat petugas. n nur aini/reuters/bbc/dailymail/c12 ed: syahruddin el-fikri

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement