REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Partai Demokrat mengumumkan struktur kepengurusan baru, Ahad (21/4). Pengumuman tersebut diwarnai isu penyingkiran loyalis mantan ketua umum Anas Urbaningrum.
Salah satu yang dicopot jabatannya berbarengan dengan pengumuman kepengurusan baru adalah sekretaris DPD Demokrat DKI Jakarta Irfan Gani. “Cuma saya yang diganti,” kata Irfan, kemarin.
Irfan menceritakan kabar pemberhentian ia terima sejak Sabtu (20/4) petang. Menurutnya, pemberitahuan hal tersebut ia dapat dari DPD DKI Jakarta. Meskipun begitu, Irfan mengaku, belum menerima surat keputusan pemberhentian.
Menurut Irfan tidak dijelaskan alasan pencopotannya. Namun, Irfan menduga dicoretnya ia dari kepengurusan pasti terlepas dari kedekatannya dengan Anas. “Karena, saya loyalis Anas kali, ya? Saya juga bingung,” katanya.
Irfan Gani dikenal vokal saat menyatakan menolak meneken pakta integritas yang diberikan Ketua Majelis Tinggi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Februari lalu. Saat itu, SBY mengumumkan mengambil alih Partai Demokrat ketika Anas masih menjabat sebagai ketum.
Isu resturkturisasi pada kepengurusan Partai Demokrat di setiap tingkatan mengemuka sejak Anas berhenti dari jabatannya sebagai ketum setelah dijadikan tersangka oleh KPK. Selepas kongres luar biasa (KLB) di Bali yang secara aklamasi memilih SBY sebagai ketua umum, perombakan kepengurusan tak terhindarkan.
Sebelum pengumuman kepengurusan, loyalis Anas dikabarkan bakal dapat tempat sebagai Wakil Ketua Umum Demokrat. Ketua Bidang Riset Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat Prasetyo Sudrajat memperkirakan, SBY akan mengakomodasi loyalis Anas demi menciptakan harmonisasi di kepengurusan baru yang dibentuknya. “Yang paling berpeluang adalah Wasekjen Demokrat Saan Mustopa,” kata Prasetyo, Rabu (17/4).
Meskipun begitu, prediksi tersebut tak terwujud dalam struktur kepengurusan yang diumumkan Demokrat, kemarin (21/4). Tak ada pihak-pihak yang dekat dengan Anas ditempatkan pada posisi wakil ketua umum. Dalam struktur yang baru, ketua harian dijabat Syarief Hasan, sedangkan wakil ketua umum diisi Jhonny Allen, Max Sopacua, Nurhayati Ali Assegaf, Soekarwo, dan Agus Hermanto.
Beberapa orang dekat Anas ditempatkan di posisi wakil sekretaris jenderal. Di antaranya, Saan Mustopa, Ramadhan Pohan, dan Andi Nurpati.
Gede Pasek Suardika, yang kerap terlihat menemani Anas, terdepak dari posisi ketua divisi komunikasi publik. Posisi tersebut diisi sekretaris divisi terdahulu, Hintja Pandjaitan.
Mirwan Amir yang mendukung Anas sebagai calon ketua umum di Kongres Nasional Partai Demokrat pada 2010 juga terdepak. Posisinya sebagai wakil bendahara DPP Demokrat digantikan Siswanto dan Indrawati Sukadis.
Terkait caleg
Pengamat politik dari Charta Politika Arya Fernandes berpendapat struktur kepengurusan baru Demokrat mencerminkan keinginan SBY memegang kendali penuh partai. “Untuk kepentingan 2014, terutama menyangkut pendaftaran caleg dan pencapresan,” kata Arya, Ahad.
Jelang 2014, SBY tidak ingin disibukkan konflik internal dan pertentangan antarfaksi. Karena itu, menurut Arya, SBY menempatkan orang-orang yang loyal kepadanya di struktur Majelis Tinggi dan DPP Demokrat. Hal ini untuk memastikan dua struktur stategis di Demokrat bisa sepenuhnya dikendalikan.
Masih bertahannya sejumlah nama loyalis Anas, terutama Saan Mustopa, dinilai Arya sebagai upaya menjaga soliditas di level DPC. Menurutnya, sampai saat ini mayoritas DPC Demokrat masih loyal dengan Anas. “Terlalu berisiko bagi Cikeas mendepak Saan karena akan menciptakan gelombang kekecewaan, terutama dari DPC,” katanya.
Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Jero Wacik membantah kabar pendepakan terhadap sosok yang dekat dengan Anas. “Tidak ada itu namanya loyalis-loyalis, kami semua satu partai,” katanya seusai pengumuman kepengurusan baru, kemarin.
Terkait penggusuran Mirwan, Jero Wacik mengatakan tak paham alasannya. Sedangkan, Gede Pasek, kata Jero, masih menjadi bagian dari partai. Hanya saja, Pasek lebih memilih untuk fokus menjadi calon Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari Bali.
Jero menegaskan, hubungan antarkader selepas berhentinya Anas dari posisi ketua umum tetap terjaga. Dia menepikan adanya upaya saling menggusur di dalam partainya. “Tidak ada gusur-menggusur. Hubungan dengan Anas juga tetap baik,” ujarnya.
Menurut Saan Mustopa, format kepengurusan merupakan kewenangan ketua umum dan tim formatur. “Tentu saja pemilihan ini sudah mempertimbangkan berbagai aspek,” kata dia saat dihubungi Republika, Ahad.
Saan mengatakan, SBY sudah menegaskan tidak ada pembersihan atau pendepakan kader yang dikenal dekat dengan Anas. Menurutnya, Partai Demokrat kini tengah fokus untuk melakukan konsolidasi internal.
Saan berharap tersisihnya nama Gede Pasek dan Mirwan tidak menimbulkan persepsi negatif terhadap kepengurusan yang baru. “Mudah-mudahan tidak seperti itu,” ujarnya. n c51 ed: fitriyan zamzami
WAWANCARA:
Anas: Secara Politik Saya Siap
Pelengseran terhadap dirinya, menurut mantan ketua umum Anas Urbaningrum, sudah direncanakan sejak jauh hari. Kendati tak mengetahui alasan pastinya, Anas menilai hal itu terkait dengan pencalegan dari Partai Demokrat. Berikut petikan wawancara Anas dengan wartawan Republika Fitriyan Zamzami dan Muhammad Hafil pada Jumat (19/4) malam.
Apa agenda penggusuran Anda dari Partai Demokrat?
Saya tidak tahu apa alasannya, tapi secara politik pencalegan itu tahapan yang menentukan formasi DPR tahun 2014 yang mewakili Partai Demokrat (PD). Setelah pencalegan, ada peristiwa pencalonan presiden, wakil presiden. Setelah 2015, ada peristiwa penting lagi kongres PD.
Anda sudah paham mau dilengserkan sejak lama, tapi bertahan terus di Demokrat. Mengapa?
Selepas saya menjadi ketua umum, ada menteri di kabinet terdahulu yang mengirimkan pesan meminta saya berhati-hati karena akan dikerjaidan bilang bahwa “bapakmu” itu raja tega. Ada juga mantan jenderal polisi yang bilang, minta saya hati-hati.
Tapi, waktu itu saya mengira akan “dikerjai” secara politik. Kalau akan dikerjai secara politik, saya siap menghadapi. Karena saya yakin, saya punya dukungan di DPC-DPC. Saya juga punya lebih banyak waktu untuk melakukan konsolidasi di daerah.
Apakah Anda dimintai pendapat soal susunan kepengurusan Demokrat?
Di tengah perjalanan antara Denpasar ke Sanur, Pak Gede Pasek Suardika dapat SMS dari SBY yang isinya tolong disampaikan pesan untuk Bung AU. Intinya minta masukan tentang KLB dan formasi kepengurusan pasca-KLB. Intinya itu, tapi waktu itu saya jawab lewat balasan SMS Pak Pasek, nanti saja setelah KLB selesai karena saya tak ingin mengganggu proses KLB itu. Sebab, saya ke Bali bukan untuk urusan KLB. Saya tidak relevan bicara itu.
Apa isi masukkan yang Anda sampaikan dan apakah diakomodasi oleh Demokrat?
Setelah berdiskusi teman-teman, saya putuskan beri masukkan. Karena masukkan dimintakan beliau, itu khusus untuk beliau. Tak akan dibuka ke publik. Saya belum tahu diakomodasi atau tidak (masukannya) karena belum diumumkan. n irfan fitrat/akbar wijaya ed: fitriyan zamzami
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.