REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG - Aksi unjuk rasa untuk memperjuangkan pemekaran daerah otonomi baru (DOB) Musi Rawas Utara (Muratara) yang berlangsung sejak Senin (29/4) siang dengan memblokir Jalan Lintas Sumatra (Jalinsum) KM72 di Kecamatan Rupit menelan korban jiwa. Aksi yang berlangsung sampai malam hari tersebut mengakibatkan empat orang warga tewas.
"Sampai Senin malam ada empat warga tewas dan satu orang kritis sekarang dirawat di RS Sobirin Lubuklinggau," kata Ketua Presidium Pemekaran Muratara M Ibrahim saat dihubungi Republika, Selasa (30/4).
Menurut Ibrahim, empat warga yang tewas, yakni Fadilah (50 tahun), warga Desa Pantai. Selain itu, tiga orang lainnya merupakan warga Kelurahan Rupit, yaitu Son (30), Suharto (25), dan Rinto (20).
Menurut keterangan salah satu warga Desa Maur, Andi, empat korban yang tewas semalam langsung dibawa ke rumah sakit di Lubukinggau dan langsung dilakukan visum sampai Selasa subuh sekitar pukul empat dini hari. Rencananya, seluruh jenazah dikebumikan pada Selasa siang.
Korban tewas setelah sebelumnya terjadi bentrok antara pengunjuk rasa dan polisi yang mengamankan aksi. Bentrok terjadi Senin malam sekitar pukul 21.30 WIB. Polisi berupaya membubarkan aksi massa dengan melakukan tembakan peringatan ke atas. Namun, massa bertahan memblokir jalan. Akhirnya, bentrok terjadi dan warga melakukan pelemparan kepada polisi menggunakan batu.
Massa yang marah melakukan perlawanan dengan membakar dua unit mobil patroli polisi. Akibat bentrok tersebut, ada warga yang tewas dan luka-luka. Korban langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Sobirin Kota Lubuklinggau.
Selain menimbulkan korban jiwa, aksi unjuk rasa itu juga menimbulkan kerugian aset negara. Massa membakar markas Polsek Rubit di Kabupaten Musi Rawas. Aksi membakar kantor Polsek itu dipicu akibat kemarahan warga karena tewasnya empat orang tersebut.
Camat Rupit Firdaus yang dihubungi Republilka, Selasa, mengatakan yang dibakar massa hanya markas Polsek. Sedangkan, aset milik negara lainnya, termasuk kantor pemerintahan, tak ada yang dibakar. Berdasarkan data Polda Sumatra Selatan (Sumsel), selain kantor Polsek Rupit yang terbakar, juga ada 14 orang anggota Polri, empat orang polisi luka menderita berat, dan 10 orang menderita luka ringan.
Pascatewasnya empat orang warga tersebut, Satuan Brimob Polda Sumsel mengerahkan pasukannya ke daerah tersebut. Komandan Satuan Brimob Polda Sumsel Kombes Pol Adeni Mohan DP mengatakan sejak Senin malam sudah dikirim pasukan Brimob sebanyak dua kompi dari Palembang, satu kompi dari Batalion B Lubuklinggau, dan bantuan dua kompi dari Brimob Polda Jambi karena lokasi kejadian dekat dengan Provinsi Jambi.
Menurut Mohan, anggota Brimob akan melakukan pengamanan di Kecamatan Rupit, mengingat akses jalan lintas Sumatra Sumsel-Jambi yang diblokir warga. "Saya langsung memimpin semua anggota untuk melakukan pengamanan agar di lokasi menjadi kondusif," kata Mohan.
Terkait tewasnya empat orang tersebut, Mohan membantah dengan tegas bahwa mereka ditembak oleh anggota Brimob. Ia mengatakan anggotanya tidak berada di Rupit ketika penembakan terjadi. Anggota Brimob justru baru dikirimkan ke Rupit setelah terjadi penyerangan dan pembakaran Polsek Rupit.
Aksi ratusan massa yang menuntut pemekaran Kabupaten Muratara dari daerah induk Kabupaten Musi Rawas (Mura) tersebut berlangsung mulai Senin siang dengan memblokir Jalinsum yang menghubungkan Sumatra Selatan dengan Provinsi Jambi, yaitu antara Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Muara Bungo di KM 72, Kelurahan Muara Rupit, Kecamatan Rupit, Kabupaten Musi Rawas (Mura).
Selain menutup akses Jalinsum, massa menggunakan kayu yang diletakkan di tengah jalan, juga membakar ban, dan mendirikan tenda di tengah jalan. Akibat aksi tersebut, terjadi kemacetan panjang dari arah Lubuklinggau dan juga arah Jambi. Saat ini, pihak kepolisian tengah melakukan mediasi dengan warga untuk memecahkan masalah tersebut. n maspril aries ed: muhammad hafil
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.