Kamis 02 May 2013 01:48 WIB
Pasar Buku Islam

Berebut Pasar Buku Islam

 Pelajar membaca buku disalah satu stan penerbit di pameran Islamic Book Fair (IBF) 2013 di Senayan, Jakarta, Ahad (10/3). (Republika/Agung Supriyanto)
Pelajar membaca buku disalah satu stan penerbit di pameran Islamic Book Fair (IBF) 2013 di Senayan, Jakarta, Ahad (10/3). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pasar buku Islam mengalami perkembangan signifikan. Bermunculan penerbit baru atau penerbit lama yang akhirnya melirik pasar ini. Mereka bersaing dengan penerbit buku Islam yang sudah ada.

Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi)  DKI Jakarta Afrizal Sinaro mengatakan dalam kurun 10 tahun terakhir, bisnis buku Islam memang menggiurkan.

Penerbit yang semula tak melirik pasar ini kini terjun menerbitkan beragam buku Islam. Kenyataan tersebut membuat jumlah penerbit melonjak. Buku yang beredar di pasaran pun semakin banyak. “Dari  sekitar 300 anggota Ikapi, 30 persennya merupakan penerbit buku-buku Islam,” kata Afrizal kepada Republika, Selasa (30/4).

Ia menuturkan, maraknya pihak yang menggeluti pasar ini disebabkan kian sadarnya masyarakat tentang manfaat buku, khususnya buku Islam. Muncul kecenderungan dalam diri mereka untuk belajar dan menambah ilmu agama melalui buku. Mereka mengalokasikan dana dalam kisaran tertentu untuk memenuhi kebutuhannya itu.

Melihat pergerakan ini, penerbit yang tadinya memproduksi buku umum dan sekolah akhirnya ikut bersaing di segmen ini. Mereka turut berebut legitnya kue dalam bisnis buku Islam. Menurut Afrizal, persaingan semakin keras dan menjadi tantangan bagi masing-masing penerbit. Kendala yang selama ini dihadapi sebagian besar penerbit adalah distribusi.

Belum ada wadah seperti toko buku Islam yang besar di Indonesia. Toko paling besar dan cabangnya menyebar hingga ke ratusan tempat justru bukanlah toko buku Islam. Afrizal mengatakan, mereka juga membatasi penyediaan buku-buku Islam. Dalam berpromosi, penerbit pun terbentur masalah. “Tak semua penerbit mampu membayar ongkos yang lumayan besar untuk berpromosi,” kata dia.

Sebagai solusinya, kata Afrizal, organisasinya sering menggelar promosi bersama. Kegiatan ini mampu menekan biaya yang mesti dikeluarkan setiap penerbit. Cara lainnya adalah dengan menyelenggarakan pameran buku, misalnya, Islamic Book Fair (IBF). Pameran yang berjalan sejak 2002 ini memperoleh respons bagus dari masyarakat. Biasanya lokasi pameran di Istora Senayan Jakarta.

Pertama kali berlangsung, pesertanya hanya 75 penerbit. Tetapi, dari tahun ke tahun, peserta semakin membeludak. Pada 2012, misalnya, ada 360 peserta IBF. “Bahkan, waktu ada sekitar 50 penerbit tak mendapatkan tempat,” kata Afrizal. Pengunjung pameran juga mencapai ratusan ribu orang setiap tahunnya.

IKAPI memanfaatkan momen ini untuk menantang penerbit membuat buku bestseller. Tantangan ini terjawab. Beberapa tahun lalu ada buku berjudul La Tahzan yang tingkat penjualannya sangat tinggi. Afrizal berharap penerbit buku Islam lebih kreatif dalam hal distribusi. Dengan demikian, mereka tak lagi menghadapi masalah sama sepanjang waktu, yaitu distribusi.

Direktur Penerbit Khatulistiwa Mansyur Al-Katiri mengatakan permintaan pasar terhadap buku Islam sampai sekarang sangat besar. Bagi dia, ini pasar yang menjanjikan hingga tahun-tahun ke depan. “Kami terjun ke sana memanfaatkan ceruk pasar yang ada,” jelas dia. Penerbit ini berani menyasar segmen yang belum banyak terjamah penerbit lain.

Di antaranya, buku-buku spiritualisme Islam dan fikih klasik Mazhab Imam Syafii dan mazhab lainnya. Menurut Mansyur, segmen ini dulunya digarap penerbit tradisional. Mereka menerbitkannya dalam tampilan konvensional dan sangat sederhana. Melalui penerbitnya, ia menampilkan sampul yang lebih menarik perhatian konsumen.

Ia mengatakan, isi buku terbitannya memang berat. Guna memikat konsumen, ia memperindah tampilan buku, editan, tata letak, sampul, dan bahasanya. Langkah lainnya, ia menggandeng grosir untuk memperluas jangkauan pemasaran. Ini bagian dari mengatasi masalah belum adanya toko buku Islam yang besar.

Direktur Penerbit Akbar Media Anis Baswedan optimistis pasar buku Islam tetap akan menjanjikan. Ia mengatakan kebutuhan dan permintaan semakin banyak. Masih banyak juga celah yang belum tergarap dan hal ini merupakan peluang bagi calon-calon penerbit yang masih diam di luar sana. “Apalagi, menjelang Ramadhan, permintaan melonjak tajam,” katanya. n rosita budi suryaningsih ed: ferry kisihandi

Boks

Mutu Tetap Jadi Penentu

Seperti produk lainnya, mutu buku Islam menjadi penentu bagi konsumen untuk meliriknya. Ketua Ikapi DKI Jakarta Afrizal Sinaro mengatakan dulu orang akan sangat memperhatikan nama penerbit dan penulis. Namun, kini tren itu berubah. Konsumen akan mudah tertarik dengan sampul yang bagus, kemasan menarik, dan kontennya sesuai kebutuhan.

“Butuh kejelian penerbit dalam memahami keinginan konsumen,” kata Afrizal. Kalau memang penerbit membidik segmen tertentu, misalnya, menengah atas, tentu mereka harus menysuaikan dengan selera mereka. Selain itu, masyarakat sekarang lebih suka membaca buku dengan bahasa sederhana atau ngepop. Mereka akan lebih mudah memahami isi buku.

Direktur Penerbit Akbar Media Anis Baswedan menambahkan, buku mesti dikemas bagus agar dapat menggerakkan konsumen untuk membeli. Ia mengandalkan buku referensi dan Islam populer. Selain itu, ia mengungkapkan, peluang besar lainnya dalam bisnis buku adalah layanan distribusi. Sudah masanya bagi anak-anak muda mendirikan toko buku Islam.

Menurut dia, potensi bisnis ini sangat besar sebab mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim yang kini semakin sadar akan agamanya. Mereka berkeinginan besar mendalami ilmu keislaman, melek huruf, dan teknologi. Mereka berasal dari kelas menengah dan atas yang kemampuan finansialnya tak dapat diragukan. n rosita budi suryaningsih ed: ferry kisihandi

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement