Jumat 03 May 2013 08:09 WIB
Bom Boston

Tersangka Bom Boston Bertambah

Kepala kepolisian Boston, Ed Davis saat memberikan keterangan soal pemboman marathon Boston (foto: dok). Polisi Boston mengumumkan penangkapan 3 tersangka baru
Foto: AP
Kepala kepolisian Boston, Ed Davis saat memberikan keterangan soal pemboman marathon Boston (foto: dok). Polisi Boston mengumumkan penangkapan 3 tersangka baru

REPUBLIKA.CO.ID, BOSTON -- Kejaksaan Federal Amerika Serikat (AS) menyeret tiga tersangka baru dalam kasus Bom Boston. Ketiganya dituduh melakukan konspirasi untuk mengaburkan penyelidikan terhadap tersangka utama Bom Boston, Djohar Tsarnaev.

Meski demikian, para tersangka yang merupakan teman dekat Djohar itu tidak terkait langsung dengan rencana pengeboman. Satu di antara tersangka adalah remaja 19 tahun dan berkewarganegaraan AS bernama Robel Philiphos. Dua lainnya adalah Azamat Tazhayakov dan Dias Kadyrbayev yang memiliki paspor Kazakhstan. 

Dalam dokumen persidangan, jaksa mendakwa dua warga Kazakhstan itu atas tuduhan hendak menghilangkan bukti berupa tas punggung berisi kembang api dan laptop milik Djohar. Sementara Philipos didakwa membuat pernyataan palsu saat ditanya penyidik.

Gubernur Massachusetts Deval Pattrick mengatakan, ketiga orang tersebut ditahan, Rabu (1/5). Meski ditetapkan sebagai tersangka, menurut Pattrick mereka bukan ancaman bagi publik. Sidang perdana untuk mendengarkan dakwaan langsung digelar, Rabu. Persidangan dipimpin oleh Hakim Federal Marianne Bowler.

Tazhayakov dan Kadyrbayev adalah kerabat terdekat Djohar di Universitas Massachusetts. Keduanya tinggal bersama di sebuah apartemen di New Bedfort, Massachusetts. Dua remaja ini bergegas ke asrama Djohar di Pine Dale Hall, Boston, setelah tersangka pengeboman Boston itu mengabari dia telah menjadi buron Biro Investigasi Federal (FBI). Mereka mencoba menghilangkan barang bukti dengan membuang tas milik Djohar ke tempat sampah yang kemudian ditemukan petugas.

Dalam dakwaan disebutkan, tiga tersangka melakukan aksinya empat hari pascaledakan yang mencederai lebih dari 170 orang dan menewaskan tiga warga sipil itu. Jaksa juga membacakan catatan pesan Djohar kepada Kadyrbayev dan Tazhayakov untuk membantunya mencari jalan keluar dari Kota Boston.

Di ruang yang sama, pengacara tersangka, Robert Stahl dan Harlan Protass, mengatakan siap bekerja sama dengan FBI dan penyidik lainnya untuk mengungkap peristiwa Bom Boston. Robert Stahl membantah kliennya terlibat dalam kasus itu. “Dia tidak tahu bahwa Djohar merupakan tersangka pengeboman,” katanya.

Dua ledakan bom panci terjadi saat lomba lari maraton di Kota Boston pada Ahad (14/4).Tamerlan Tsarnaev (26 tahun), kakak Djohar, tewas saat pengejaran FBI, tiga hari pascaledakan.

Sementara adiknya, Djohar (19 tahun), menjadi tersangka hidup yang tersisa. Djohar sempat mengalami kritis setelah diterjang peluru di bagian lehernya. Persidangan untuk Djohar dijadwalkan akan berlangsung bulan ini. Sekarang Djohar berada di Penjara Fort Devens di pinggiran Kota Boston. Meski awalnya polisi mengatakan ini bermotif pribadi atas ketidaksenangan tersangka atas perang AS di Afghanistan dan Irak, petugas masih mendalami keterkaitan mereka dengan teroris internasional. n bambang noroyono/ap/reuters ed: teguh firmansyah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement