REPUBLIKA.CO.ID, Rafael Benitez kembali menegaskan reputasinya sebagai pelatih spesialis turnamen dengan mengantarkan Chelsea menembus partai final Liga Eropa musim ini. Meski hanya didapuk sebagai pelatih sementara, Benitez berpeluang memberikan sejarah baru bagi Chelsea jika mampu menaklukkan Benfica di Amsterdam Arena, Belanda, Rabu (15/5).

Sejak meninggalkan Liverpool pada 2010, Benitez belum menemukan klub baru yang bisa menjadi persinggahannya dalam waktu lama. Rafa, sapaan akrabnya, sempat menukangi Inter Milan selama enam bulan. Namun, dalam tempo yang singkat itu, Rafa berhasil memberikan dua trofi, Piala Dunia Antarklub dan Piala Super Italia, pada I Nerazzurri.

Kedatangan Rafa ke Stamford Bridge juga tak akan bertahan lama. Ia hanya ditunjuk sebagai pelatih sementara Chelsea menggantikan Roberto Di Matteo yang dipecat pada November tahun lalu. Kehadiran pelatih asal Spanyol ini pun sempat membawa kekecewaan karena gagal membawa Chelsea lolos dari fase grup Liga Champions. Padahal, the Blues masih menyandang status juara bertahan. Namun, bukan Rafa namanya jika tak mampu keluar dari situasi sulit.

Di tengah hujan kritikan, Rafa tinggal selangkah lagi membawa Chelsea menuju sejarah baru. Jika mampu memenangkan Liga Eropa, klub milik taipan Rusia, Roman Abramovic, itu bisa masuk jajaran elite yang mampu menjuarai tiga turnamen paling bergengsi di Eropa, yaitu Liga Champions, Liga Eropa, dan Piala Winner. Sejauh ini, hanya tiga tim yang mampu mengoleksi tiga trofi prestisius tersebut. Mereka adalah Ajax Amsterdam, Bayern Muenchen, dan Juventus.

Chelsea bisa masuk sebagai anggota keempat. Sebab, the Blues pernah dua kali menjuarai Piala Winners pada 1971 dan 1998 sebelum turnamen itu dihapus pada 1999. Satu syarat lainnya, trofi Liga Champions, juga telah dimenangkan Chelsea musim lalu.

Meski begitu, Chelsea tak boleh menganggap remeh Benfica. Bagaimanapun, pemegang gelar juara terbanyak Liga Portugal itu adalah salah satu tim terkuat di Eropa. Menjuarai kompetisi Eropa bukanlah hal baru bagi Benfica. Di masa jayanya pada dekade 1960-an, Benfica dua kali menjuarai Liga Champions. Secara keseluruhan, tim berjuluk As Aguias alias Si Elang itu telah tujuh kali menembus final kompetisi tertinggi Eropa.

Benfica juga sedang dalam puncak penampilan. Di liga domestik tim polesan Jorge Jesus memuncaki papan klasemen sementara dengan rekor tak terkalahkan sejak awal musim. Jika mampu menang melawan pesaing terdekatnya, FC Porto, akhir pekan ini, Benfica dipastikan meraih titel ke-33 di kancah Liga Portugal.

Chelsea dan Benfica pernah saling bentrok pada babak perempat final Liga Champions musim lalu. Saat itu, Chelsea berhasil menang tipis 1-0 pada leg pertama di Estadio Da Luz. The Blues kembali menyudahi perlawanan Benfica di Stamford Bridge pada leg kedua dengan kemenangan 2-1. n adi wicaksono ed: endro yuwanto

Angka Jelang Laga

1 - Ini adalah kali pertama bagi Chelsea dan Benfica menembus partai puncak Liga Eropa sejak kompetisi itu digelar pada 1971.

2 - Jika Chelsea juara, ini akan menjadi trofi Liga Eropa kedua Rafael Benitez. Sebelumnya, Benitez pernah mengantarkan Valencia menjadi kampiun pada 2004.

6 - Koleksi gol sementara striker Benfica Oscar Cardozo. Jika mampu menambah dua gol di final, ia bisa menyamai torehan Libor Kozak dan Edinson Cavani sebagai pencetak gol terbanyak.

22 - Laga final di Amsterdam Arena akan menjadi laga ke-22 Benfica pada babak //knock-out// Liga Eropa, terbanyak di atas rekor sebelumnya, 20 penampilan yang dipegang Atletico Madrid.

33 - Eduardo Salvio akan memperpanjang rekor penampilan terbanyak di Liga Eropa jika diturunkan di partai final besok. Laga kontra Chelsea akan menjadi laga ke-33 Salvio di pentas Liga Eropa. Sebelumnya, ia pernah tampil 20 kali ketika masih membela Atletico Madrid. *

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Ikuti Whatsapp Channel Republika